Two Sides¹ : "Ciuman dan Cinta"

2.6K 256 26
                                    

Jihoon tiba di rumah barunya. Pria itu menghela nafasnya, kemudian berjalan masuk ke rumah mewah bernuansa serba putih tersebut. Rumahnya yang sekarang, benar-benar 180° kebalikan dari rumahnya yang lama. Begitu ia masuk, ia disambut oleh beberapa pelayan dari rumah lamanya yang berbaris rapih menunggu kedatangannya disana. Jihoon menghentikan langkahnya, begitu melihat Seungkwan berdiri tak jauh darinya.

"Selamat datang, Tuan muda Lee. Semoga anda betah, tinggal disini dan bisa memulai lembaran baru" Ujar Seungkwan dengan ramah, sembari membungkukkan tubuhnya hormat kepada atasan, sekaligus Tuannya itu.

"Hm, terima kasih. Siapkan makanan untuk sarapan, aku akan istirahat satu jam sebelum ke kantor...oh ya, kirimkan sarapan untuk Soonyoung apa saja, atas permintaan ku" Perintah Jihoon seperti biasa, kemudian pria itu pergi melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, dan berjalan menyusuri lorong dan masuk ke ruangan besar yang akan menjadi kamarnya.

•••

Soonyoung merebahkan tubuhnya di atas sofa, tangannya sibuk mengecek benda persegi panjang yang sedaritadi tak kunjung ada notifikasi pesan. Sekalinya ada, itu sudah pasti dari operator kesayangan Soonyoung. Hampir sejam sejak kepergian Jihoon, bahkan kini sudah hampir jam enam dan matahari baru saja terbit dengan malu-malu. Tapi, Jihoon belum kunjung memberinya kabar?

Soonyoung menghela nafasnya, kemudian bangkit dan duduk di sofanya. "Ah, Untuk apa menunggu kabar darinya? Lagipula, dia bukan siapa-siapa ku juga. Kenapa aku khawatir sekali, konyol" Monolognya.

Kemudian, Soonyoung meletakkan ponselnya di atas meja ruang tengah. Lalu, bangkit dan hendak menuju dapur. Baru beberapa langkah, ia meninggalkan sofanya, muncul bunyi notifikasi dari ponselnya. Mendengar itu, Soonyoung berlari kembali dan mengambil ponselnya dengan segera, kemudian mengecek isi pesan tersebut.

Kira-kira, seperti ini:

Message

Lee Sajangnim

Aku mengirimkan sarapan
Jgn masak dulu, ok?
Aku mau tidur, bye!
Oh ya, Soonyoung...
Meeting nanti di tunda, jadi lusa
Aku akan datang siang ke kantor
Jadi jangan menunggu ku ^•^

Soonyoung berdecih, "percaya diri sekali dia"

Soonyoung
Terima kasih
Ok, selamat tidur
Ok, jgn terlalu percaya diri
Lee Jihoon-sshi
[Read]

Soonyoung melempar ponselnya ke atas meja, "apa-apaan itu, hanya dibaca? Cih! ... Ck, Akh!! Aku ini sebenarnya kenapa?!!"

•••

Soonyoung melihat benda yang melilit pergelangan tangannya tersebut. Sekarang, sudah pukul sembilan, tapi Jihoon belum kunjung menunjukkan batang hidungnya seperti biasanya. Berkali-kali, Soonyoung menghela nafasnya. Ia bingung pada dirinya sendiri, kenapa ia selalu memikirkan Jihoon terus. Bahkan, aneh dan seolah rindu dengan sosok atasannya tersebut, padahal mereka sekali lagi bukan siapa-siapa.

Soonyoung menegakkan tubuhnya dan tersenyum, ketika mendengar suara pintu ruangannya yang dibuka. Namun, senyuman itu luntur dan tubuhnya mendadak kembali lemas ketika seseorang yang membuka pintu ruangannya itu, bukanlah sosok yang ia harapkan.

"Soonyoung-sshi, ini ada beberapa laporan yang perlu kau tangani" Itu Seungkwan, dengan beberapa tumpuk laporan ditangannya.

"Untuk sementara, Tuan Lee mempercayakan kantor ini padamu, selagi aku dan Tuan Lee pergi untuk urusan di Singapura. Untuk meeting besok, biar ditangani oleh Jeonghan hyung..." Jelas Seungkwan.

"Tunggu, Jihoon— maksudnya, Tuan Lee dimana dia sekarang?" Tanya Soonyoung, Seungkwan menyernyitkan keningnya sembari menatap Soonyoung keheranan.

"Dia baru saja berangkat ke Singapura, aku akan menyusulnya siang ini. Apa, ada yang ingin kau sampaikan? nanti, aku akan menyampaikannya ke tuan Lee" Soonyoung menggeleng, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya.

"Baiklah, aku pergi dulu..." Seungkwan berbalik meninggalkan ruang kerja pria itu. Sedangkan Soonyoung, asik bergelut dengan pemikirannya sendiri, sekali lagi Soonyoung menghela nafasnya panjang.

"Tidak mungkin kan, aku mulai menyukainya...?" Gumam Soonyoung, lalu mengusap wajahnya kasar.

•••

Seminggu sudah, Jihoon berada di Singapura untuk urusan pekerjaan disana. Seminggu pula, ia berhasil membuat Soonyoung uring-uringan menunggu kabar dari Jihoon yang tak kunjung ada. Pria itu benar-benar sibuk, sampai tak sempat memeriksa ponselnya, atau bagaimana.

Setiap hari, agenda utama Soonyoung adalah menunggu kabar dari Jihoon, tapi pria itu bahkan benar-benar terlampau sibuk. Jika ia ada uang, mungkin ia akan menyusul Jihoon ke Singapura dengan modal kenekatannya. Tapi, itu tidak mungkin, sangat tidak mungkin bahkan mustahil untuk Soonyoung lakukan.

Soonyoung bangkit dari kasurnya, setelah mendengar suara bel rumahnya yang berbunyi. Pria itu berjalan gontai, menuju pintu utama untuk membukakan pintu tersebut.

"Soonyoung..." Pria itu membeku beberapa saat, ketika melihat tamu yang berdiri di depannya adalah sosok yang selama ini ia rindukan.

"Jihoon!" Soonyoung memeluk tubuh kecil pria itu dengan erat, seolah ditinggal beberapa tahun lamanya dan dipertemukan kembali. Jihoon terdiam, terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Soonyoung yang memeluknya seperti ini di depan rumah.

"S-soonyoung..."

"Aku merindukanmu, sangat..." Jihoon lagi-lagi terdiam, otaknya bahkan terlalu lambat untuk memahami kondisi dan sikap Soonyoung sekarang.

"S-soonyoung...kau mabuk?" Tanya Jihoon memastikan, tapi dari tubuh pria itu tak sama sekali ada bau alkohol sedikitpun.

"Ani, aku hanya merindukanmu..." Ujar Soonyoung. Lalu, Jihoon melepaskan pelukan pria itu, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah Soonyoung tanpa permisi. Soonyoung tersenyum, lalu berbalik menyusul Jihoon masuk ke dalam rumahnya.

Jihoon terlonjak kaget, begitu Soonyoung tiba-tiba memeluknya kembali dari arah belakang. Kemudian, membalikkan tubuhnya dan membuat tubuh mereka berjarak cukup dekat, ah--sangat dekat, nyaris tak berjarak lebih tepatnya.

Kemudian, tanpa peringatan sedikitpun Soonyoung menempelkan bibirnya dengan bibir Jihoon. Pria manis itu membulatkan matanya, tidak berusaha menolak karena tubuhnya mendadak kaku sekarang. Tangan kiri Soonyoung memeluk pinggang Jihoon dan menariknya lebih dekat lagi, sedangkan tangan kanan Soonyoung menarik tengkuk Jihoon dan mulai melumat bibir pria itu dengan berani.

Percayalah, Jihoon benar-benar dibuat bingung dengan sikap tiba-tiba Soonyoung yang seperti ini. Tadi, memeluknya dan sekarang bahkan menciumnya. Sebelumnya, Soonyoung sangat menghindari hal semacam ini, bahkan tak menyukainya sama sekali. Tapi sekarang?

Lumatan demi lumatan, Soonyoung benar-benar lupa akan batasannya. Ia terlalu buta, akan kerinduannya dengan sosok di pelukannya tersebut. Sosok yang benar-benar membuatnya, bingung dan heran dengan dirinya sendiri, bahkan frustasi karena terlalu merindukannya.

Jihoon refleks membalas lumatan itu, ketika Soonyoung mengigit bibir bawahnya agar pria itu lebih leluasa menjelajahi rongga mulutnya. Mata Jihoon terpejam, tangannya melingkar sempurna di leher managernya. Soonyoung melepaskan tautan mereka, menempelkan kedua jidat mereka dan membiarkan mereka saling merasakan deru nafas lawannya satu sama lain.

"Aku merindukanmu, ani...aku mencintaimu. Ya, aku mencintaimu Lee Jihoon..."















"Nyata atau hanya ilusi semata..."

#Two_Sides

•••

Gpp kan upnya kecepetan? Mata authornya udh 5 watt, denger lagu bntr juga kelelep tidur. Jadi, upnya sekarang aja, semoga suka ya sm partnya...stay safe all💖

Two Sides || SoonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang