jeno membalik setiap foto, terdapat tulisan yang sama di setiap foto xiyeon.
oleh jeno
semuanya ditulis dengan gaya tulisan yang sama.
tulisan tangan jeno.
"ini dimana?" tanya jeno.
xiyeon tersenyum, "waktu nginap di rumah nenek." gadis itu melanjutkan, "itu pertama kali aku ketemu kamu."
"gue nggak inget." sahut jeno.
xiyeon mengendikkan bahunya, "cuma 1 kali, setelah itu kita gak ketemu lagi." ujar gadis itu seraya tersenyum.
jeno menyimpan semua foto xiyeon kembali ke dalam amplop. laki laki itu mendekatkan dirinya pada xiyeon. mereka berdua saling menatap lurus netra satu sama lain.
"aku bener bener nggak inget, yeon." ujar jeno. "bisa kamu ceritain gimana awalnya aku bisa disana?"
sesaat xiyeon mengerjapkan matanya. jeno tahu xiyeon terkejut kala mendengar jeno tidak lagi menggunakan 'lo-gue' dalam obrolan mereka.
xiyeon tersenyum, "nggak tahu, tiba tiba kamu ada disana. nemenin aku." ujar gadis itu.
"hmm, lalu?"
kini xiyeon tersenyum lebar hingga menampilkan giginya, "aku cerita tapi kamu jangan potong ya?"
melihat senyum cerah xiyeon, tidak sadar jeno ikut tersenyum. laki laki itu mengangguk, membiarkan xiyeon bercerita.
"aku masih ingat kamu datang pas tengah malam. aku lupa tepatnya jam berapa, pokoknya tengah malam."
"foto foto tadi diambil di rumah nenek. kucingnya pun peliharaan nenekku. namanya momo."
"hari itu, aku sengaja keluar dari rumah. kalau nggak salah sekitar jam 10 malam. aku minta tolong sama om dan tante yang rumahnya nggak jauh dari sini. diantar pakai mobil mereka. mereka sempat tanya aku, kenapa malam malam mau ke rumah nenek. kujawab, disuruh ayah."
jeno diam mendengarkan cerita gadis itu.
xiyeon terkekeh, "sebenarnya ayah nggak kasih izin aku keluar. tapi semua yang aku lakuin, ayah tau. bythe way, jarak ke rumah nenek makan waktu sekitar 1 jam. karena rumah nenek udah termasuk daerah kota." ujarnya.
"lalu, pas sudah sampai rumah nenek, aku bilang terimakasih ke om dan tante itu terus mereka pergi. waktu ketemu nenek, aku dicerca banyak pertanyaan. tapi aku jawab pelan pelan sambil senyum, aku juga bilang kalau ayah tau semuanya, tapi dia belum kasih izin."
"gak lama nenek suruh aku naik ke lantai 2. udah malam, harus tidur. aku naik terus masuk ke kamarku. di lantai 2 ada 4 kamar, 3 kamar punya sepupu ku yang lain. biar kalau nginap nggak rebutan kamar jadi udah di sediain."
"waktu di kamar, bukannya tidur, aku malah nangis sesegukan." xiyeon tertawa, "sampe sepupu perempuanku bangun. hari itu cuma ada dia yang kebetulan lagi nginap juga."
jeno mengangguk. dirasa xiyeon tidak melanjutkan kalimatnya, jeno berujar, "iya.. terus...?"
"dia nenangin aku sampai hampir tengah malam. setelah aku tenang, aku bilang dan ngeyakinin dia buat lanjut tidur aja. habis dia setuju, aku ke toilet di lantai 1. karena sekalian mau ambil kripik bawang."
"kamu tau kan, perempuan kalau stress atau habis nangis biasanya banyak makan cemilan?"
jeno terseyum, "iya." ujar sang adam. "kamu suka keripik bawang?"
xiyeon mengangguk ribut hingga rambutnya yg terurai terlihat berantakan. "suka banget!" seru gadis itu.
tangan jeno bergerak merapihkan rambut xiyeon. spontan gadis itu terkejut, sambil memejamkan matanya.
"heh, kenapa?" ujar jeno sembari tertawa hingga matanya membentuk garis lengkung.
xiyeon membuka matanya, "gak apa apa." ujar gadis itu sembari tersenyum sumringah.
gemes juga
"habis ambil keripik bawang, gimana? kamu ngemil?"
xiyeon kembali teringat akan ceritanya yang belum selesai. gadis yang tadinya berseri berubah menjadi tersenyum simpul.
"pas aku balik ke kamar, udah ada kamu di sana."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
