17) Prioritas

155 20 0
                                    

Waduhh, udah 2 abad nih ga update. Lagi belajar buat persiapan UTBK tahun depan nih. Maapin ya, sangat amat merasa bersalah sama kalian, makanya ku sempetin up hari ini.

Happy reading ^^


***


Hyunjin membuka sebotol minuman yang diberikan oleh Yoora, ia lalu melirik gadis itu, namun segera mengalihkan pandangannya ketika tangan Yoora dilipat di depan dada.

"Lo ngapain sih, Jin? Kok Bang Daniel bisa marah gitu?"

"Gue tadi telpon mau minta maaf soal tadi siang, tapi gue gatau ternyata Bang Daniel yang angkat."

Yoora menepuk jidatnya mendengar jawaban Hyunjin.

"Tapi kenapa sih Bang Daniel kayaknya benci banget sama gue?"

Yoora terdiam, kalau ditanya kenapa sih jelas karena Hyunjin adalah anak dari Heang Hon Ja. Namun mana mungkin Yoora akan berucap demikian.

"Ya, lo tahu sendirilah gimana posesif seorang kakak ke adiknya. Dia itu gamau gue jatuh ke tangan cowok yang salah," jawab Yoora.

Hyunjin menggeleng pelan, "Lo ga akan pernah salah pilih cowok selama cowok yang lo pilih itu gue. Gue serius soal hubungan kita, gue akan berusaha bikin lo nyaman."

Yoora tersenyum, ia menelusupkan jari-jarinya ke rambut Hyunjin seraya mengelus lembut, "Iya, gue tahu kok, Jin. Maka dari itu, lo harus janji kalau sikap lo ke gue ga akan pernah berubah!"

Hyunjin mengangguk, mengacungkan jari kelingkingnya, "Gue janji."

***

"Mah, Yoora pulang."

Mamanya menghampiri dengan panik. "Kamu tadi dari mana sih?"

"Yoora cuma belanja ke mini market kok. Oh iya, Abang mana?"

"Tadi dia dateng terus buru-buru ke kamar, kamu tau ga kenapa Daniel kayak marah gitu tadi?"

Yoora menghela nafas, "Salah aku, Mah. Aku yang bikin abang marah. Aku naik dulu ya ke kamar Abang."

Mamanya mengangguk, sementara Yoora mematri langkahnya ke lantai dua, kamar sang kakak.

Ia mengetuk pintu, namun tak ada respon. Yoora lantas membuka pintu, melihat Daniel yang nampaknya sedang tertidur, "Abang masih marah sama aku?"

Masih saja tak ada respon.

Yoora mendekat. Daniel tidur? Dari kecil Yoora tahu betul kalau Daniel tidak pernah bisa tertidur secepat itu.

Yoora berjongkok, menatap wajah sang kakak lama, menyentuh rambutnya dan berkata, "Abang tahu kan Abang itu prioritas utama buat aku."

"Kalau gitu lo putus sama Hyunjin!"

Yoora bisa merasakan pergelangan tangannya yang dipegang erat, gadis itu menatap sepasang mata cokelat di hadapannya.

"Adek ga mau!"

"Kalau lo gamau, gue bakalan pergi dari rumah."

"Tetep ga mau."

Daniel mengernyitkan dahi, "Katanya gue prioritas utama lo. Itu cuma ucapan manis lo aja kan? Sebenernya gue nomor dua kan? Tahta nomor satu lo udah bukan gue, tapi Hyunjin, ya kan?"

"Lo emang nomor dua," sahut Yoora, "Tapi nomor satunya bukan Hyunjin. Nomor satu selalu Mama," sambung Yoora.

"Kalau misal salah satu dari gue sama Hyunjin bakalan mati, lo bakal selametin siapa?"

"Lho, kok pertanyaannya tiba-tiba gitu?"

Daniel tak perduli, "Jawab gue, Kang Yoora!"

"Yoora tahu Bang, Abang sayang banget sama Yoora. Tapi suatu saat nanti Abang bakalan punya keluarga sendiri, punya anak, punya istri, dan gitu juga sama Yoora."

"Maksud lo? Saat itu gue udah bukan lagi prioritas utama lo?"

Yoora menggeleng, "Maksud gue, waktu itu gue mungkin sedih karena Abang jadi milik orang lain, tapi ga mungkin dong Yoora marah sama istrinya Abang. Toh juga itu gabakalan merubah fakta kalau Abang itu Abangnya Yoora."

"Gue paham kemana arah pembicaraan lo. Lo nyuruh gue buat ga marah sama Hyunjin, kan?"

Yoora mengangguk.

"Kalau cowok lain sih gue ga masalah. Tapi lo sendiri tahu kan, Ra? Hyunjin itu anaknya Hwang Hon Ja."

"Abang tahu ga? Hyunjin pun juga ga suka sama bokapnya dia."

Daniel menatap Yoora lekat-lekat, "Tapi gimana kalau hubungan kalian berlanjut, lo pikir Hwang Hon Ja bakal kasih lo restu? Lo pikir dia bakalan biarin anaknya sama anak musuh dia?"

"Yoora..."

"Yoora juga gatau harus gimana kan?" tanya Daniel. "Ga semua hal segampang yang lo pikirin, Ra!"

Daniel lantas menarik selimut dan memunggungi Yoora. Menutup kedua matanya rapat-rapat, memerintahkan otaknya untuk tidur saja.

"Yah, Abang bener. Tapi Yoora ga akan nyerah semudah itu. Abang tahu kan, Yoora gimana."

"Keras kepala!" sahut Daniel.

Yoora terkekeh, ia menepuk punggung Daniel sesekali, "Tidur yang nyenyak ya Abangnya Yoora."

Ia lantas berjalan keluar, mematikan lampu, dan menutup pintu kamar. Tersenyum dengan sangat tulus, gadis itu bersyukur memiliki Kakak yang sangat menyayanginya.

***


























Pendek yah?

Lanjut ke next chapter aja deh! Up nanti kalau udah ada ide.

My Obsession-Hwang Hyunjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang