Kini, Chandra berhadapan dengan sosok pria yang sangat ingin dia jauhi selama ini, tapi sekarang dia berhadapan dengan papahnya sendiri tentunya dengan perasaan gugup.
Papahnya dengan tenang menyesap teh yang sudah disediakan di hadapan mereka sambil sesekali melirik Chandra yang hanya terdiam, menggerakan satu kakinya dengan resah dan memainkan kuku jarinya.
"Kenapa kamu pulang? Biasanya nggak mau main ke rumah." Sindir papahnya dengan halus dan Chandra hanya terdiam tidak bisa berkata apa-apa.
"Aku- a... "
Rafian,—papah Chandra— meletakkan kembali cangkir teh dengan tenang dan kini melihat lurus menatap anaknya dengan sungguh-sungguh.
"Papah mau ngomong sesuatu sama kamu."
Chandra langsung mengangkat kepalanya langsung menatap mata Rafian dan cepat-cepat menunduk kembali saat sadar kalau mereka saling bertatapan, nyali Chandra hilang entah kemana sekarang.
"Apa pah?"
Rafian terdiam beberapa detik sampai akhirnya terdengar helaan nafas berat. "Papah rindu sama kamu."
Chandra terdiam, tubuhnya menegang saat ayahnya mengatakan sesuatu yang dapat membuat jantung di dalam hatinya berhenti berdetak. Dengan cepat Chandra kembali mengangkat kepalanya, melihat Rafian yang sudah menyunggingkan senyum tipis kepadanya.
"Papah?"
"Kenapa kamu nggak kunjungi papah dan mamah di sini Chan, maaf kalau papah selama ini menelantarkan kamu, terlalu sibuk dengan apa yang papah kerjakan, tidak pulang selama berbulan-bulan sampai kamu muak dan akhirnya pindah ke apartemen ninggalin papah dan mamah di sini." Rafian mengatakan itu dengan tatapan sendu, tatapan matanya seolah-olah mengatakan kalau Rafian memang sangat merindukan anaknya.
"Papah.... " Chandra menahan air matanya agar tidak jatuh, namun Chandra tetaplah seorang anak yang memang sangat merindukan orangtuanya, maka Chandra bangkit dan berlari ke arah Rafian, memeluk tubuh Rafian dan tangisnya langsung pecah saat berada di dalam pelukan ayahnya.
Rafian membalas pelukan anaknya dan ikut menangis, bedanya Rafian hanya menangis dalam diam sedangkan Chandra terisak sambil mengeratkan pelukan mereka.
Chandra terlalu banyak salah dengan orangtuanya sampai Chandra tidak akan pernah berfikir kalau Rafian akan berbuat seperti ini. Rafian yang mengatakan perdamaian lebih dulu dan mengatakan hal yang sangat menyentuh hati Chandra. Mungkin selama ini Rafian menutupinya tapi sekarang Rafian sudah tidak bisa membendung perasaanya lagi.
"Maafin Chandra pahhhh, aahh." Chandra berkata sambil terisak bahkan sampai kencang isak tangisnya Chandra tidak bisa berkata dengan benar dan terus terisak tanpa henti.
"Iya sayang, iya." Rafian mengelus kepala Chandra dan hanya memendam rasa sedihnya, Rafian tidak mau terlihat lemah di hadapan anaknya, karena Rafian yang akan melindunti di manapun Chandra berada.
***
Irene mendengar suaranya jangkrik di daerah kompleknya, tidak biasanya Irene mendengar suara jangkrik malam-malam begini di daerah kompleknya. Irene yang duduk di balkon kamarnya itu hanya memandang lurus ke depan dan tidak memperdulikan suara jangkrik itu.
"Butuh bantuan?"
Irene tersadar dari lamunan saat dia mendengar suara Rama yang terdengar dari seberang sana, laki-laki itu melemparkan senyum sambil melambaikan tangannya ke arah Irene.
Irene membalas senyumannya dan menggeleng, jawaban untuk tawaran Rama barusan.
"Masih bingung tentang Chandra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gebetan (Crush) [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsChandra harus menerima hatinya yang patah akan seorang gadis. Namun, dia bertemu dengan gadis lain yang dijumpai nya di rumah sakit. Irene Maudy Putriana. Gadis malang yang tidak mempunyai warna dalam hidupnya. Pertemuan di rumah sakit itu malah m...