"Ibu gak mau tau, pulang kamu harus bawa uang yang banyak. Enggak bosen hidup susah? Gak mau kayak orang lain punya ini itu?"
"Jadi anak kok gak berguna?"
***
Harusnya keluarga menjadi rumah dan tempat ternyaman untuk kembali. Tapi ternyata, hidup gue tidak semulus itu. Tuntutan dan tekanan dari orangtua gue cukup membuat frustrasi. Mereka gak peduli gue harus ngapain demi bawa uang untuk mereka.
"Jen, ada yang nanyain lo tuh didepan. Kayaknya pelanggan baru."
Gue yang masih sibuk memoles wajah langsung menengok ke arah Sana yang tiba-tiba datang menghampiri.
"Okay, sebentar lagi gue kesana." balas gue
Setelah membereskan alat-alat makeup, gue menyimpannya di loker yang biasa gue pakai.
Dress ketat diatas lutut, heels, rambut diurai, lipstick merona menjadi tema gue malam ini. Sekaligus mencoba produk lippies yang kemarin diberikan pelanggan setia.
Suasana bar malam ini memang tak seramai biasanya, mungkin karena ini masih weekday.
Gue mencoba mencari sosok yang Sana bilang. Apa malam ini mendapat pria tua lagi? Kadang mereka menyebalkan dan tak asyik jika diajak becanda.
"Jen, lama banget deh." tiba-tiba Sana menarik tangan pelan dan otomatis gue mengikuti dia. Entah kemana dia akan membawa gue pergi.
Tak lama gue dan Sana masuk ke tempat VVIP alias meja private. Hanya orang-orang tertentu yang mau membuang uangnya untuk menyewa tempat seperti ini. Bahkan harganya jauh lebih mahal dari hotel.
"Kenapa kesini?" tanya gue
Sana malah ketawa, "Bego, ya ketemu pelanggan lah. Dia tetap pengennya sama lo, padahal gue udah menawarkan diri." kata Sana
"Om-om lagi ya?" tanya gue
"Ya liat aja deh. Tuh dia lagi menghadap ke arah barat, di meja nomor 5. Gue harus ketemu klien dulu, bye bye cantik."
"San—"
Sana malah meninggalkan gue sendirian. Bahkan gue belum tau siapa klien gue sekarang. Aneh, malam ini gue sama sekali gak niat kerja, bawaannya malas dan maunya diam. Tapi gue gak munafik, gue butuh uang.
Gue segera mendatangi meja private nomor 5. Namanya juga VVIP, fasilitas lengkap dan lebih bebas tentunya. Meski sudah sering masuk ke ruangan ini, tetap saja gue selalu merasa degdegan dan ingin mundur lagi.
"Permisi." sapa gue
Lelaki yang tadi memunggungi gue langsung menengok saat mendengar suara gue.
"Oh, here you are. I've been waiting for you." ujarnya
Ternyata diluar bayangan gue, bukan om-om mesum yang selama ini suka menjebak gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Track [Jennie X Juyeon]
Fanfiction17+ "Let me know your phone number." "No, you can contact me by Mami Chaelin." "5 millions for your number." Berurusan dengan lelaki ini tak akan jauh dari uang dan nominal. Apa menurutnya semua didunia ini bisa dibeli dengan uang? "Okay." ©2021...