Khalid Arsy

79 3 0
                                    

Seorang pria tampan duduk seorang diri di dalam pesawat pribadi milik kerajaan Arab−Khalid Arsyad−Pangeran kedua yang terkenal dengan kejeniusannya di dunia Informasi dan teknologi. Pria itu tersenyum melihat layar computer yang menampilkan foto gadis Jepang bernama Ayumi dengan masker penutup wajah.
 
“Aku masih belum berhasil melihat wajah kamu tetapi aku sudah jatuh cinta dengan setiap gerakan dan tindakan yang kamu lakukan.” Khalid menyentuh mata tajam yang sedang menatap dirinya.
 
“Gadis mafia atau Tuan Putri Kekaisaran Jepang? Aku terus mencari dirimu.” Khalid menutup layar komputernya.
 
“Ayumi Tadahsi, kita pasti akan bertemu.” Khalid melihat langit Arab yang sangat cerah dari jendela pesawat.
 
“Tuan Muda, silakan turun.” Seorang pramugari tersenyum cantik pada Khalid.
 
“Terima kasih.” Khalid membalas senyuman pramugarai dan beranjak dari kursinya.
 
Sebuah mobil mewah dengan lambang kerajaan Arab telah menunggu pria itu di pintu keluar, seorang pelayan membukakan dan menutup pintu mobil untuk Khalid. Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju Kerajaan.
 
Fauzan Arsyad−pria tampan dan terlalu sempurna itu terlihat sibuk di ruang kerjanya menyelesaikan banyak dokumen kenegaraan. Sejak kembali ke kerajaan Fauzan benar-benar berkutat dengan pekerjaan, ia bahkan tidak sempat membaca surat dari banyak putri untuk dirinya. Pria yang sangat gila kerja tetapi tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai hamba Tuhan.
 
Berkas yang tersusun tinggi bagaikan menara itu telah menutupi surat-surat cinta dan lamaran dari banyak gadis di seluruh dunia tidak disentuh sama sekali oleh pria yang terlihat dingin itu. Fokus pekerjaan tidak membuat dirinya lupa akan kewajiban atas perintah sang Pemilik Alam semesta. Ketika waktu salat telah tiba pria itu akan langsung bergegas menuju Masjid tanpa menunda lagi.
 
“Tuan Muda.” Asraf berdiri di samping Fauzan.
 
“Ya.” Fauzan menjawab tanpa melihat Asisten pribadinya.
 
“Pangeran kedua telah tiba di Istana.” Asraf memandang wajah lelah Tuannya.
 
“Syukurlah, akhirnya ada yang akan membantu diriku.” Fauzan tersenyum dan beranjak dari kursi.
 
“Apa yang bisa aku bantu?” Seorang pria yang tidak kalah tampan dengan Fauzan tersenyum di depan pintu.
 
“Khalid, saudaraku.” Fauzan segera memeluk pangeran kedua untuk melepas rindu. Melihat kedua saudara yang butuh waktu bersama, Asraf segera pamit keluar dari ruangan.
 
“Apa kabar Kak?” Khalid membalas pelukan Fauzan.
 
“Alhamdulilah, aku sangat merindukan dirimu.” Fauzan menepuk punggung Khalid dengan lembut.
 
“Aku juga merindukan dirimu saudaraku.” Pangeran kedua melepaskan pelukan mereka.
 
“Lihatlah, apa yang kamu lakukan selama ini sehingga ada banyak berkas yang harus dikerjakan?” Khalid tersenyum tampan.
 
“Aku berkeliling dunia dan membiarkan semuanya menjadi penuh.” Fauzan menarik tangan saudaranya duduk di sofa.
 
“Pria paling sempurna ini tetap bisa melakukan kesalahan.” Khalid menatap wajah lelah Fauzan.
 
“Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah.” Fauzan menyenderkan tubuhnya di sofa yang empuk.
 
“Setidaknya kamu adalah manusia yang Allah ciptakan dengan sempurna.” Khalid menatap Fauzan.
 
“Aku berharap kamu atau saudara lainnya yang akan menjadi raja.” Fauzan tersenyum.
 
“Kami tidak mungkin melakukan itu.” Khalid menepuk pundak saudara tertuanya.
 
“Apa kamu menemukan gadis yang menarik perhatian selama berkeliling dunia?” Khalid beranjak dari kursi dan mengambil minuman dingin dari lemari pendingin.
 
“Terakhir kali aku dari Indonesia.” Fauzan tersenyum.
 
“Gadis Indonesia sangat manis dan cantik.” Khalid memberikan botol minuman dingin berisi air mineral kepada Fauzan.
 
“Lumayan.” Fauzan tersenyum, ia menerima botol minuman dan meneguknya.
 
“Bagaimana dengan lamaran pernikahan?” tanya Khalid yang kembali duduk di depan saudaranya.
 
“Aku harus menyelesaikan semua perkerjaan yang telah aku timbun.” Fauzan tersenyum.
 
“Kamu sengaja melakukan itu.” Khalid tersenyum lebar.
 
“Ini hanya sebuah trik dan bukan penipuan.” Fauzan tertawa lepas bersama Khalid.
 
“Apa kamu sudah bertemu dengan Ayesha dan Kenzo?” tanya Fauzan.
 
“Ya, suami Ayesha adalah pria yang tampan dengan ciri khas wajah Arab.” Khalid menatap Fauzan.
 
“Kamu benar, aku tidak begitu memperhatikan wajah Kenzo.” Fauzan seakan baru menyadari ketampanan Kenzo yang berbeda dengan warga Indonesia.
 
“Apakah kamu tahu tentang latar belakang keluarganya?” tanya Khalid menyelidiki.
 
“Dia tumbuh dan besar di pesantren, tidak ada yang tahu tentang orang tuanya.” Fauzan terlihat serius.
 
“Kamu sangat tidak teliti memilih suami untuk Ayesha.” Khalid menatap wajah Fauzan.
 
“Mereka memang sudah ditakdirkan bersama.” Fauzan tersenyum.
 
“Ya, aku tahu dia pria yang baik tetapi setidaknya kamu bisa berusaha mencari tahu tentang keluargannya.” Khalid beranjak dari sofa dan berdiri di depan jendela kaca yang menghadap ke istana Ayesha dan Kenzo.
 
“Aku tidak memikirkan sampai kesana, selama mereka berdua bahagia itu sudah cukup.” Fauzan kembali ke kursi kerjanya.
 
“Kamu selalu berpikiran baik tentang semua orang.” Khalid tersenyum dan berdiri di depan Fauzan.
 
“Apa yang kita pikirkan itulah yang akan kita dapatkan.” Fauzan menyerahkan berkas pada Khalid.
 
“Apa ini?” Khalid menerima berkas dari saudara tertuanya.
 
“Mulailah bekerja.” Fauzan tersenyum.
 
“Aku baru saja tiba, aku harus beistirahat terlebih dahulu.” Khalid meletakkan kembali berkas di atas meja.
 
“Ah, apa aku juga perlu membantu membaca dan membalas surat cinta ini?” Khalid lebih tertarik dengan banyak surat dari para gadis untuk sang Pangeran.
 
“Lakukan saja dan ambil yang kamu suka.” Fauzan kembali fokus dengan pekerjaanya.
 
“Baiklah.” Pria itu segera mengambil semua surat yang ada di meja kerja Fauzan dan membawanya ke meja dekat sofa mewah. 
 
“Apa kamu tidak jadi istirahat?” Fauzan melirik Khalid yang bersemangat memilih surat-surat cinta untuk calon Raja.
 
“Aku akan membacanya dengan rebahan di sofa, mungkin bisa membuat diriku tertidur.” Khalid mengedipkan matanya.
 
“Hah, bagaimana dengan perjalanan cinta kamu?” tanya Fauzan.
 
“Bekerjalah, aku juga tidak punya waktu untuk bertemu gadis pujaan hati.” Khalid memilah surat berdasarkan Negara asal dan matanya tertuju pada surat tanpa Stempel kerajaan ataupun kekaisaran. Surat dari Negara Indonesia berbentuk Jas berwarna hitam sangat kontras dengan surat-surat lain dengan warna terang dan lembut ciri khas seorang wanita.
 
“Berapa lama surat-surat ini menumpuk?” Khalid mengambil surat dengan tampilan berbeda dan merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk.
 
“Aku tidak tahu, kamu bisa melihat waktu kedatangannya.” Fauzan menjawab tanpa melihat Khalid.
 
“Apa semua surat bisa masuk keruang kerja Kamu?” Khalid melirik Fauzan yang fokus dengan pekerjaanya.
 
“Aku meminta petugas tidak pilih-pilih dengan semua surat yang masuk.” Fauzan melihat sekilas kepada Khalid tersenyum tampan padanya.
 
“Viona Alexander.” Khalid membaca nama yang tertera di sudut amplop berwarna hitam.
 
“Ini pasti surat dari penggemar karena tanpa stempel kerajaan, aku sangat tertarik dengan warna dan bentuk amplop surat ini, sangat berbeda.” Khalid bersiap untuk menyobek ujung amplop dengan sigap tangan Fauzan merebut surat dari adiknya.
 
“Apa?” Khalid terkejut dan langsung duduk di Sofa. Ia melihat Fauzan memperhatikan surat yang sekarang berada di tangannya.
 
“Apa dia kekasih kamu?” Khalid tersenyum.
 
“Aku tidak punya kekasih.” Fauzan memasukan surat ke dalam saku celananya.
 
“Benar, jika dia kekasih kamu kenapa harus menulis surat? Gadis itu tentu bisa menghubungi dirimu.” Khalid kembali merebahkan tubuhnya.
 
“Ponselku sudah tidak aktiv lagi sejak aku kembali ke Arab.” Fauzan kembali ke kursi kerjanya.
 
“Hmm, aku curiga dengan surat itu.” Khalid memejamkan matanya.
 
Fauzan mengeluarkan surat Viona dari sakunya, ia tersenyum melihat amplop hitam bergambar tubuh pria dengan jas hitam dan berdasi putih garis-garis, dasi yang ia gunakan di hari terakhir bertemu dengan gadis itu. Ia sudah tidak tahu berapa lama tidak berhubungan dengan Viona, karena terlalu banyak pekerjaan yang menyambut kedatangannya sejak kembali ke Kerajaan.
 
Manusia pada umumnya selalu memiliki sebuah perasaan bernama rindu. Rindu bisa muncul pada setiap manusia untuk apapun dan siapapun. Tentu saja manusia yang memahami perasaannya akan memahami bahwa rindu adalah hal fitrah dan normal yang akan dimiliki. Rindu biasanya dikesankan kepada seseorang yang dicintai atau dimiliki perasaan tertentu.

My Prince FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang