S E M B I L A N

6.8K 504 24
                                    

Aora memimpikan sesuatu yang terasa menyenangkan. Tapi tiba-tiba dirinya terbangun begitu saja.

Gadis itu berusaha sekuat mungkin untuk membuka matanya yang terasa lengket. Sangat ngantuk.

Tetapi, tiba-tiba terlintas masalah tadi malam. Aora cepat-cepat mempersiapkan diri sebelum terlambat pergi ke sekolah.

Karena Vania salah paham, Aora menangis semalaman dan menjadi tidur larut malam. Kedua matanya yang sembab pun menjadi korban tangisannya.

"Maa paa, Aora berangkat sekolah dulu yaa!!" teriak Aora.

"Iya bentar. Salim dulu sinii."

"Eh, mata kamu kok sembab banget sih?"

"Hehehe maap. Aora mah tidurnya kemaleman."

"Eh ma. Btw papa mana?" tanya Aora sambil mencari keberadaan Dedi.

"Papa udah berangkat kerja tadi. Katanya ada meeting mendadak."

"Oke deh. Ya udah Aora berangkat dulu, dah telat nih gak keburu sarapan ma," ucap Aora dengan tergesa-gesa.

"Iya, nanti jangan lupa sarapan di kantin loh ya. Ayo buruan mama anterin," ajak Rini lalu mengambil kunci mobil.

"Bye maaa. Aku naik ojek aja. Nanti malah telat kalo naik mobil."

"Okeeey. Hati-hati ya sayang."

---

Tin tin tin...

Klakson motor dan mobil berdering kencang bagaikan alarm yang suka membangunkan tidur Aora.

Jalanan mulai macet dan perasaan Aora mulai tidak enak.

"Bang, agak cepetan bisa gak? Aora telat nih," ucap Aora sambil menepuk keras bahu babang ojek.

"Aaaahhh dek pelan-pelan dong kalo nepuk, ntar abang keenakan nih," bukannya marah karena bahunya di pukul oleh Aora, abang ojek itu malah mendesah keenakan.

Sontak apa yang dibicarakan abang ojek itu membuat pikiran Aora traveling.

Saat mencerna lagi kata-kata lelaki di depannya, Aora menjadi jijik dan memilih untuk berangkat sekolah sendiri saja.

"Bangg, turunin Aora!!"

"Lah kok turun neng?"

"Turunin Aora sekarang atau Aora teriak mesum nih?!" ucap Aora dengan polos.

"Ya udah ya udah. Abang turunin," kata abang ojek tersebut sambil memarkirkan sepeda motornya.

"Kalo butuh apa-apa tinggal call me ye," abang ojek mengedipkan salah satu matanya.

"Ih jijik Aora gasuka. Nih ongkosnya! Mamam tuh," setelah membayar ongkos, Aora langsung pergi meninggalkan abang ojek.

"Kembaliannya neng?" teriak abang.

"GAK USAH MAKASIH!!"

---

Aora sangat kebingungan. Sekarang sudah terlambat. Jarak antara posisinya dengan sekolah pun masih jauh.

"Aduh gimana nih? Perut Aora jadi mules kann," Aora selalu saja begitu. Setiap gugup, pasti perut Aora menjadi tidak terkendali.

Brak...

Aora jatuh tersungkur karena tidak sengaja ditabrak oleh seorang lelaki yang menaiki moge.

"Aw," Aora merintih kesakitan. Lalu membersihkan serpihan aspal yang menempel di tubuhnya.

"Aaaa sakittt!" teriak Aora pada lelaki yang helm nya masih terpasang utuh di kepala.

Laki-laki itu pun membuka helm dan merapikan rambutnya dengan penuh pesona tampannya.

Seketika Aora ternganga dan takjub saat mengetahui bahwa lelaki itu adalah Revan.

"Revan sakit tau gak!

"Yaelah. Senggol dikit aja ngamuk. Lebay banget lo," ucap Revan tanpa dosa.

"Iya kalo disenggol sama badan. Lah ini kesenggol ama moge ih," Aora menghentak-hentakkan kakinya di aspal.

"Tanggung jawab Revan!" tambah Aora.

"Ogah. Lo jadi orang terlalu manja."

"Revan!! Revan harus tanggung jawab dengan cara anterin Aora ke sekolah!!" Aora teriak-teriak tak karuan.

Spontan mereka berdua menjadi pusat perhatian warga disana.

"Dari pada nih anak makin parah, mending gue turutin aja lah," ucap Revan sangat frustasi.

"Naik buru!"

"Yey," dalam hati Aora tersenyum bahagia.

Sebenarnya ia tidak mengalami sakit sedikit pun. Tapi baginya hal itu lumayan untuk mendapatkan perhatian dari Revan.

---

Sial.

Gerbang sekolah sudah di tutup.

Otomatis Aora langsung mengambil langkah untuk membujuk Pak Satpam yang menjaga gerbang sekolah.

"Ekhem," Aora berdehem keras dengan harapan satpam itu menoleh.

"Yeah! Noleh pak satpam!" Aora dalam hati kegirangan.

"Apaan?" tanya satpam itu dengan jutek. Layaknya sudah tau trik Aora.

"Hmm gini pak, Aora mah telat gara-gara tadi malem nangis gak berhenti-berhenti. Terus pas berangkat naik ojek, ojeknya mesum pak. Kan Aora jadi jijik. Terus pas lagi jalan ke sekolah Aora ditabrak ama Revan. Jadinya jam segini deh nyampe sekolahnya," ucap Aora panjang kali lebar. Alhasil membuat satpam itu mendelik terkejut dengan alasan Aora yang tidak biasa.

"Ya udah. Aora boleh masuk ya, tapi jangan diulang," satpam itu berusaha memperingati Aora.

"Syiiiapp pakk," jawab Aora sambil bergaya hormat.

"Kalo kamu kenapa?"

"Aslinya saya gak terlambat pak. Cuma karena disuruh tanggung jawab sama tuh anak jadi nya ikut terlambat juga."

"Ya sudah kamu boleh masuk juga. Tapi lain kali jangan di ulangi ya."

Sungguh satpam yang baik hati.

---

Tapi tidak hanya sampai situ saja kesialan mereka. Kini pelajaran matematika sedang berlangsung.

Sudah pasti Aora dan Revan akan terkena hukuman.

"Wah. Hebat ya kalian berdua telat setengah jam. Pak Hasyim gak mau tanya-tanya alasan kalian bisa terlambat, yang jelas kalian saya hukum membersihkan toilet seluruh sekolah ini. Paham?!" ucap Pak Hasyim panjang kali lebar.

Hukuman Pak Hasyim sontak membuat seisi kelas mendelik terkejut. Pasalnya ia tidak pernah memberikan hukuman seberat ini hanya karena siswa yang terlambat sekolah.

Vania yang mendengar spontan tersenyum sinis, "Mampus kan lo."

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang