Posesif ku wajar dan beralasan, soalnya usaha buat dapetin kamu gak main-main.
-Faris Haryaka Rafa
______________Typo, Tandai!
Vote and comment🖤
______________"Kamu sudah sarapan kan?" Faris menatap spion motornya, agar bisa melihat wajah gadis yang tengah diboncengnya.
Merasa ditanya, Thafa mencoba memajukan wajahnya untuk menjawab. "Belum," jawabnya singkat sembari menyengir menampakkan deretan giginya.
"Kok belum? Kalau kamu sakit gimana Thafa?" Dengus Faris saking khawatirnya mengetahui Thafa tidak sarapan.
"A-aku takut kamu nunggunya lama kalau aku sarapan dulu." Thafa menggigit bibir bawahnya, takut Faris marah kepadanya.
"Thafa, aku jemput kamu cepat itu karena aku tau kalau kamu orangnya gak bisa telat, tapi bukan berarti kamu gak sarapan. Lebih baik aku yang nunggu lama daripada kamu sakit karena gak makan pagi." Faris menjalankan motornya dengan pelan, agar Thafa bisa mendengar nasihatnya.
"Iyah, maaf."
Faris tersenyum gemas, melihat wajah Thafa meminta maaf yang menurutnya sangat imut. "Lain kali jangan diulangin ya?" Yang dibalas anggukan antusias oleh Thafa.
Sifat Thafa yang selalu minta maaf inilah, yang membuat Faris tambah sayang kepadanya. Baginya cintanya ke Thafa sudah tidak bisa ukur lagi. Andai ada alat untuk mengukur besaran cinta, maka cinta Faris ke Thafa akan merusak alat tersebut saking besar dan unlimited.
"Hari ini kamu gak usah masuk kerja dulu yah! Kan aku mau ngajak kamu ke tempat spesial sepulang sekolah nanti." Faris mengingatkan Thafa sekali lagi.
"Hari ini memang aku gak ada jadwal kerja." Hari ini adalah hari sabtu, hari dimana Thafa libur dari kerjaannya.
"Atau lebih baik kamu berhenti kerja saja ya, aku gak mau kamu kecapean karena kerja."
"Gak bisa, Ris. Selain karena kebutuhan aku semakin hari semakin banyak, aku kerja juga buat ngumpulin uang untuk beliin ibu kado yang ulang tahun 3 bulan lagi." Jelasnya, yang membuat Faris ngangguk paham. Faris juga tidak bisa memaksakan kehendaknya pada Thafa. Tugasnya saat ini hanyalah melindungi dan memastikan Thafa gak sakit dan selalu senang.
"Emang ibu kamu sudah pulang dari Amerika?"
"Belum. 2 bulan lagi dia pulang. Nanti, kamu anterin aku beli kado buat ibu ya?"
"Siap bu boss." Faris mengangkat tangan kirinya ke dahi, seraya hormat.
"Faris, kok berhenti?" Tanyanya, saat Faris menghentikan motornya didepan warung Mang Udin.
"Sebelum ke sekolah, kamu sarapan dulu!"
Thafa menuruni motor, "Tapi nanti tel—"
"Gak bakal telat. Warungnya mang Udin kan dekat dengan sekolah, nanti kalo bel masuk kita juga pasti denger kok." Faris memotong ucapan Thafa, sembari menggandeng tangan Thafa.
Thafa hanya pasrah dengan kemauan Faris. Karena Thafa tau, perintah Faris tidak bisa dibantah. Toh, ini juga demi kebaikannya. Ia tau, Faris ngelakuin ini agar Thafa gak sakit karena tidak sarapan.
"Mau pesan apa den Faris? Mbak Thafa?" Tanya Mang Udin saat keduanya telah duduk.
"Mau pesan apa?" Tanya Faris pada Thafa.
"Bakso mercon."
"Gak boleh! Ini masih pagi, bakso mercon gak baik buat perut kamu." Larangnya, "Bubur ayam aja, 2 ya Mang. Teh manis juga 2." Lanjutnya yang diangguki Mang Udin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma ✓
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Jika orangtuaku tidak menginginkanku dan kamu ternyata bukan milikku, lantas atas tujuan apa kakiku berpijak di bumi? Karena sepertinya, langitlah yang lebih menginginkanku dan tanahlah yang akan tulus mendekapku. ~ Startin...