14. Beringharjo

126 14 13
                                    

"Ti..... " Lamunan si Pemuda yang sedang mengepel lantai pendopo rumah singgah terpecah

"Ya mbah kenapa? " Lirihnya seraya mengelap keringat

"Kita gak bisa membelikan snack untuk anak anak, kasihan mereka lapar lapar harus belajar" Ujar mbah Putri takut takut....

"Mbak dini kranggan kenapa mbah? Kita bisa bayar di akhir bulan kan? " Bingung Jati yang sekarang memeras lap pel untuk kemudian mengepel lantai lagi

"Cerita soal hutangku sudah menyebar, mereka takut kalo aku hutang lagi, aku gak bisa bayar.... " Lirih mbah Putri

Jati sedikit terpingkal mendengarnya "coba kalo kayak gini.... Yang repot mbah sendiri kan? " Lirihnya

Mbah terdiam dan menepuk nepuk pundak Jati "itu teorinya kan? Kenyataannya mbah yang nyusahin kamu? " Lirihnya mendung

Jati mengangkat bahunya "makin banyak beban.... Makin berasa hidup kan? " Senyumnya pahit

"Termasuk beban yang bukan tanggungjawabmu nak? " Sambung Mbah Putri lagi

Jati terdiam sesaat... "Mbah tanggungjawabku.... Bahkan Bapak yang ngeselin itu juga tanggungjawab ku.... " Sahutnya kemudian....

"Tapi kamu baru sembilan belas tahun nak.... " Gusar si wanita tua

"Biar aku saat seumuran mbah nanti gak buat keputusan bodoh untuk maen judi.... Bahkan untuk alasan mulia.... " Cemberut Jati yang seketika mendapat tepukan lembut di pipi

"Sadis kamu.... " Cibir Mbah Putri

Jati tertawa sesaat "biar lebih hati hati mbahnya, Jati perlu sedikit lebih pedas.... Lagian mulut ini dibanding babak belur Mbah beberapa minggu lalu.... Rasanya bukan apa apa" Timpal si Pemuda yang kembali mengepel, udara sore masuk meniup rambut rambut mereka

"Tentang mbak Dini,  biar aku yang ngomong... Tak kedipin juga meleleh" Cengir Jati....

Mbah Putri terdiam sesaat "apa kita bisa minta tolong Bapakmu di Singapore ti? " Usulnya takut takut

Jati terdiam mendengarkan usul mbah Putri dan pelan pelan menggeleng

"Kita jalanin bareng bareng aja mbah, mbah Putri bantu Jati ya? " Tawarnya perlahan....

"Kamu yang nolong mbah Ti.... Jangan kebolak balik" Ujar perempuan itu sambil memeluk Jati dari belakang

Jati menepuk nepuk tangan keriput perempuan tua itu " Jangan kepleset lagi ya mbah... Jati mau terus temenin mbah Putri... " Lirih si Pemuda

Perempuan Tua itu terdiam.....Keadaan rumah menjadi lebih sepi  sore itu

********

.... Daster.... Wayang wayangan.... Bakpia dan tiwul dua besek..... Jati mengingat ingat apalagi yang dipesan Pak Haryadhi.... Sepedanya terus dipacu nya menuju pasar Beringharjo....

Sekelebat bayangan Arthur datang lagi saat Jati melewati jalan Mataram

Apakah Arthur disana Baik baik?, kak Venus memberikan nomor telepon mereka di Pontianak, tapi selalu tidak ada yang mengangkat

Jati tak sengaja menggeleng gelengkan kepalanya, sudahlah konsentrasi urus hutangmu dulu Ti.... Pikirnya lebih lanjut

Arthur sudah ditempat yang aman.... Kamu yang masih ngos ngosan.... Fokus ke situ aja lirihnya dalam hati.....

Di depan Shopping, Jati tak sengaja menghentikan sepedanya... Dilihatnya seorang gadis muda berargumen dengan tukang becak

"Hanya 1 putaran dan Bapak minta lima puluh ribu, you gotta be kidding me!! " Ujarnya kesal

The Eternity Origins : SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang