IX - SEMBILAN

127 35 3
                                    

Mina tersedak jus stroberi yang tengah diminumnya.

"Wait, what? He gave you what?"

Nayoung yang duduk di sebelahnya langsung menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. "Kamu terlalu berlebihan."

"Minumlah lagi!" perintah Sejeong sembari mengangkat kotak kemasan berisi jus stroberi di depan Mina.

Mina menyedot kembali jus stroberinya untuk menenangkan tenggorokan yang terasa sakit. Setelah batuknya benar-benar hilang, Mina melanjutkan lagi, "Seriously? Dia menyuruhmu mengikutinya cuma untuk itu? Kalian tidak membicarakan apa pun?"

Sejeong mengangkat kedua bahunya. "Aku bersyukur dia bukan mau mengajakku berkelahi," ucapnya tak acuh.

Gadis itu memasukkan kimchi dari piring makannya ke mulut dengan sumpit aluminium. Hari ini, murid-murid Skyline disuguhi makan siang berupa sup, daging, dan kimchi. Begitu bel istirahat siang berbunyi, Mina berlari ke ruang kelas 10-1 dan menyeret kedua sahabatnya ke kantin.

Mina belum sempat bertanya mengenai kejadian pagi tadi ketika Sehun menyuruh Sejeong mengikutinya karena bel masuk sudah terlebih dahulu berbunyi sebelum Sejeong sampai di kelas. Gadis berambut panjang ikal itu berusaha menahan diri dari berbagai macam dugaan yang muncul di kepalanya sepanjang pelajaran berlangsung.

Setelah mendapatkan tempat duduk di meja panjang sebelah kiri, Mina tidak dapat menahan rasa penasarannya lagi.

"Kenapa dia memberimu susu?" tanya Mina dengan polosnya.

"Mina-ya, kamu mulai terdengar seperti reporter acara gosip. Aku yakin Sejeong juga tidak tahu jawabannya," kata Nayoung sembari memakan dagingnya.

Mina tak menggubris ucapan Nayoung dan masih menatap Sejeong dengan penuh selidik. Matanya menyipit.

"Entahlah?" Sejeong mengangkat alisnya. "Dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menyuruhku mengikutinya sampai di depan mesin penjual otomatis di samping lapangan sepak bola itu. Lalu, begitulah."

Mina terlihat tak puas dengan jawaban Sejeong, jadi ia mencoba berpikir sendiri dengan otaknya yang dipenuhi sarang laba-laba. Ia menelengkan kepalanya.

"Bagaimana dia tahu kalau kamu suka vanila?" Mina menunjuk Sejeong dengan sumpitnya.

Sejeong menyuapkan nasi ke mulut sembari melirik gadis di depannya. Lagi-lagi Sejeong hanya mengangkat bahu.

"Sepertinya dia hanya memilih acak. Lagipula itu bukan hal besar. Mau dia memberiku coklat atau stroberi. Pertanyaannya, kenapa dia tiba-tiba melakukannya?" Sejeong berpikir sejenak. "Ah, tapi itu juga tidak penting sih."

"Mina-ya. Bagaimana kalau kamu langsung bertanya padanya? Kalau bertanya langsung, kamu akan langsung mendapatkan jawaban pastinya." Nayoung mengusulkan sesuatu yang terdengar mustahil di telinga Mina.

"You must be joking."

Gadis itu hanya memonyongkan bibir menanggapi usul Nayoung. Ia bahkan tidak bisa berdiri di depan laki-laki tampan itu. Bagaimana mungkin ia menanyakan sesuatu hal yang tidak masuk akal seperti itu?

Nayoung tidak berminat memberi Mina saran. Ia hanya merasa kasihan dengan Sejeong yang terus diberondong pertanyaan oleh sahabatnya yang cerewet itu. Nayoung memerhatikan Sejeong yang terus menyuap nasi demi nasi ke mulut. Tampak tidak terganggu dengan Mina.

Meskipun begitu, Nayoung ingin percakapan tentang Sehun ini berakhir. Ia rasa, ada banyak hal menarik yang bisa dibicarakan selain laki-laki angkuh itu.

Baru saja Mina membuka mulut untuk bertanya kesekian kalinya, tiba-tiba ada beberapa anak yang datang ke meja mereka. Anak-anak perempuan itu berdiri di samping Sejeong dan Mina yang duduk berhadapan di tepi meja.

Vanila - SejeongxSehun [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang