Reksha sibuk memandangi adiknya dalam diam. Sejak mereka berpamitan untuk pergi sampai sekarang, Retha sibuk melakukan kegiatan yang cukup membuatnya kesal sendiri.Menunduk, kemudian menghela nafas, setelah itu menegakkan kepalanya lagi, kemudian menunduk lagi menghela nafas, menegakkan kepalanya lagi, dan begitu seterusnya.
Reksha yang melihat itu pun geram sendiri melihatnya, "Kalo gue dengar helaan nafas lo lagi, gue jamin lo gue turunin diperempatan jalan sana" ancam Reksha begitu mobil yang ia kendarai berhenti menunggu lampu merah.
Retha menatap kakaknya dengan wajah kesal, dan menyenderkan kepalanya kesamping menghadap kejendela, melihat seorang bapak-bapak yang sedang membonceng anaknya sambil bercanda ria.
Reksha menatap adiknya, sebelum ia lanjut menjalankan mobilnya, begitu melihat lampu hijau sudah menyala,"kakak ngga tahu kamu kenapa pagi ini. Kalo kamu butuh teman cerita, kakak bisa dengerin cerita kamu"
Retha terdiam sesaat, sebelum menghadap ke arah Reksha yang saat ini tengah sibuk menyetir tanpa menatapnya.
"ngga panas" ucap Retha begitu selesai meletakkan telapak tangannya di dahi Reksha.
"maksud looo?!" tanya Reksha kesal, ia sangat tahu betul apa maksud dari ucapan adiknya tadi.
Retha menoel kasar pipi Reksha, "jangan sok manis deh, jijik gue"
"wah" Reksha menatap tak percaya kearah adiknya ini. "gue berusaha jadi kakak yang baik niii... hargai kek"
Retha pun hanya diam tidak menanggapi.
Setelah beberapa saat, akhirnya mobil yang dikendarai Reksha pun sampai didepan sekolah Retha, SMA Loka Setia, sekolah swasta yang dibangun oleh kakek mereka waktu muda. Sekolah ini juga termasuk salah satu sekolah unggulan dikota mereka.Bahkan papa dan mama mereka juga merupakan alumni sekolah ini.
Berbeda halnya dengan Reksha, yang memilih untuk bersekolah di sekolah negeri, yang mana masalahnya sekolah negeri itu sangat sangat jauh dari arah rumah mereka.
Jadi ya seperti ini sekarang, Retha yang harus pergi kesekolah bersama Reksha pagi ini, mengharuskan dirinya bangun pagi, bahkan pergi lebih pagi untuk sampai kesekolah. Bel masuk sekolah Retha yang sekarang dimulai pukul 8 pagi, sedangkan Reksha dimulai pukul 7 pagi. Agar kakaknya itu juga tidak terlambat saat sampai kesekolahnya.
Retha saja sampai bingung, emang apa yang kakaknya lihat waktu dulu, sampai-sampai ia mau bersekolah disana. Padahal banyak sekolah negeri yang berada disatu daerah juga dengan rumahnya, agar bisa lebih mengikis waktu.
Retha segera melepaskan seatbelt nya. Dan membuka pintu. Tetapi sebelum itu, ia berpamitan terlebih dahulu kepada kakaknya.
Retha kini menatap sekolah yang akan ia tempati, suara dari langkah kaki kecilnya kini menghiasi suasana pagi hari yang masih sepi.
Hanya ada beberapa murid, bahkan petugas kebersihan yang ia lihat selama berjalan menuju kantor kepala sekolah.
Ya, dirinya harus melapor terlebih dahulu kepada kepala sekolah, yang notabenenya adalah orang yang ditunjuk langsung oleh kakeknya untuk mengurus sekolah ini.
Pagi tadi, sebelum ia akan berangkat ke sekolah. Papa nya berpesan agar ia ke ruang kepala sekolah terlebih dahulu. Untuk mengetahui dikelas mana ia akan ditempatkan.
Retha saat ini juga memakai seragam yang sama dengan murid lain. Dirinya sendiri yang meminta langsung kepada kakeknya untuk disiapkan seragam sekolah yang akan ia kenakan sehari-hari. Retha sama sekali tidak mau kalau sampai pada saat ia pertama kali masuk kesekolah, dirinya malah memakai baju seragam dari sekolah lain. Seperti murid baru kebanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seandainya
Dla nastolatkówSejak dulu.. Seharusnya sejak dulu dirinya seperti ini, bersikap bahkan melakukan apapun tanpa perlu memikirkan orang lain ataupun bersikap baik terhadap orang lain. Kalau waktu bisa diulang, mungkin Aretha ingin kembali ke masa-masa dimana dirinya...