Awal tahun ajaran baru berarti aku akan mendapatkan kelas baru dan teman kelas baru. Yah, aku harap begitu. Pada awalnya, aku tidak memikirkan apa-apa saat mengambil kursi di pojok belakang kelas selain menerima konsekuensi tidak mendengarkan penjelasan guru karena berakhir ketiduran. Tapi siapa sangka, sepertinya aku sangat dijauhi oleh teman perempuan di kelasku atau mereka yang sangat rajin sampai mengambil kursi. Alhasil aku pun harus kebagian tempat untuk duduk dengan namja.
Sebenarnya sih, aku tidak ada masalah sama sekali untuk duduk dengan siapa saja. Tapi, ada beberapa pengecualian. Terlalu pendiam atau terlalu berisik akan ku coret dari daftar teman duduk. Teman sebangkuku sekarang ini memang memenuhi standar teman dudukku. Dia introvert tapi bisa berisik di beberapa situasi. Sayangnya, dia diam di saat yang tidak tepat dan berisik di saat yang tidak tepat.
Hoshi namanya. Pada awal aku duduk di bangkuku dan Hoshi duduk di sampingku, aku harus berusaha mendekatinya terlebih dahulu. Apalagi, aku akan duduk dengan selama satu semester ke depan. Tidak mungkin aku akan berbicara formal terus padanya. Itu hanya menciptakan suasana dingin di kelas yang sudah dingin ini.
Sekarang ini jam istirahat ke dua. Aku memilih mengistirahatkan kepalaku dengan tidur di kelas. Apalagi jam pulang sekolah masih lama. Jam 7 malam dan ini masih jam 4 sore. Kalau tiba-tiba ada kelas tambahan hari ini, aku yakin kami akan pulang jam 9 malam. Seseorang tolong beritahu aku siapa yang mencetuskan sistem belajar seperti ini.
Aku tahu negara di Asia timur seperti jepang, Hongkong. China dan Taiwan juga punya jam pulang sekolah yang mirip seperti Korea Selatan. Tapi, kalau di liat lebih jauh seperti di benua Eropa banyak negara dari benua itu yang juga mendapatkan peringkat 10 besar negara dengan pendidikan terbaik. Misalnya saja Finlandia, Polandia, Irlandia dan Belanda. Rata-rata mereka hanya memiliki waktu belajar sekitar 7 hingga 8 Jam... Ah sudahlah pembahasan ini terlalu berat. Aku akan menganggap diriku yang tidak beruntung lahir di negara dengan persaingan seketat ini.
Aku menikmati waktu tidurku dengan tenang untuk beberapa saat. Benar hanya beberapa saat, karena Hoshi dan teman-temannya tiba-tiba membuka pintu dengan keras dan berteriak-teriak dengan temannya. Lee Seokmin. Tolong telingaku... Rasanya aku ingin melempari kepalanya dengan kamus bahasa koreaku. Lumayan tebal, bisa membuat kepala mereka bocor.
"YAK BERISIK!!!" Teriakku dengan jengkel. Beberapa teman sekelas melirikku karena berteriak. Tapi, aku tidak memusingkannya dan kembali tidur. Hanya beberapa saat saja hening karena selanjutnya Hoshi dan Seokmin malah dengan kurang ajarnya mengusik tidurku. WHAT THE....
"Y/N!"
"IREONA IREONA IREONAAAA~"
"KEBAKARAN, KEBAKARAN!"
"Y/N EHEHE... Y/NNNN."
DUAR!!!
Apa kalian mendengar ledakan? Maaf itu emosiku.
Seseorang tolong singkirkan mereka dari sekitarku. Di mana aku menaruh kamus bahasa koreaku tadi? Haish... tidak-tidak. Aku tidak mau bukuku rusak. Harganya juga mahal. MENGHILANG SAJA KALIAN DASAR DUO KAMPRET!!
Aku mengangkat kepalaku menatap mereka berdua dengan jengkel. Ini bukan pertama kalinya oke. Sebulan setelah aku duduk di tempat ini, Hoshi sudah mulai mengeluarkan sifat aslinya. Ini adalah alasan kenapa aku selalu menyesal karena sudah memilih teman sebangku dengan Hoshi.
"Berisik! Aku mau tidur! Kalian berdua main saja di kelas Seokmin." Suruhku sembari mengumpat kecil. Tidak digubris. Aku menyerah. Terserah mereka saja.
****
Sekarang pelajaran terakhir. Akhirnya aku merasakan saat-saat pulang sekolah. Untungnya orangtuaku tidak memaksaku untuk ikut bimbel tambahan. Kalau iya, mungkin saja kepalaku sudah meledak sekarang. Eomma, Appa saranghae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine: Be mine?
Fiksi PenggemarImagine Oneshot You and Seventeen member Season 1 (end) Season 2 (end) Special part (End)