2 - Moodbooster

374 134 111
                                    

🌹بسم الله الرحمن الرحيم🌹

•~~اللهمّ صلّی وسلم وبارك علی سيّدنا محمّد~~•

Satu alasanku membawa serta dirimu dalam hatiku adalah kamu juga makhluk yang diciptakan oleh-Nya.

Tidak ada alasan bagiku untuk tidak membiarkanmu tetap berada di sana.

Bagiku, hati adalah tempat paling indah, dan semua keindahan bisa menetap di sana.

Termasuk dirimu, moodbooster.

.
.
.

🌹

Lima belas menit perjalanan telah berlalu. Aku sampai di Galeri Budaya, salah satu gudang karya seni terbesar di kota ini. Pemilik galeri ini adalah teman ayahku, dan putrinya kini tengah menjadi sahabatku. Aku bersyukur karena tidak semua orang seperti ayah.

Aku sudah terlebih dahulu menghubungi Minara sebelum sampai di sini, dan kini dia sudah berdiri menungguku turun dari taksi. Gadis berparas oriental itu langsung menghambur, memelukku dengan erat saat aku sampai di hadapannya. Aku beruntung karena memilikinya sebagai sahabat. Seperti arti namanya, Minara adalah sang pencuri hati. Pencuri hati siapapun yang ada di dekatnya, sikapnya yang friendly membuat semua orang menyukai dia.

Tanpa menunggu lama Mina langsung mengajakku ke rumah gedong yang berada tepat di belakang galeri. Orang tua Mina lebih sering menghabiskan waktunya di luar kota, aku hampir tidak pernah bertemu mereka saat berkunjung ke rumah Mina.

"Langsung naik ke atas, ya! Aku mau ambil minuman dulu," kata Mina.

Aku membalasnya dengan anggukan. Kulangkahkan kaki menaiki anak tangga marmer berwarna putih tulang yang mengkilap. Lalu masuk ke kamar Mina yang tidak terkunci. Aku merebahkan tubuh di sofa ungu samping tempat tidur, tempat favoritku dan Mina saat maraton drama korea atau streaming MV bias yang baru rilis.

Sudah sejak SMP aku berteman baik dengan Mina. Bukan tanpa sengaja, tapi sepertinya memang sudah menjadi kehendak Tuhan aku bisa bertemu dan bersahabat dengan Mina. Orang tua kami pun telah berteman sejak sekolah, mereka semua terjun dalam dunia seni dan sukses dalam usahanya.

(Klek!)

Daun pintu terbuka, Mina datang dengan membawa nampan yang penuh berisi makanan. Dua gelas besar coklat panas, enam potong roti susu isi coklat dan semangkuk cookies keju siap untuk dihabiskan. Namun, mood-ku telah habis sebelum aku sampai di sini, bahkan tak tergoda saat melihat coklat panas yang lezat itu. Sepertinya Mina mengerti apa yang terjadi padaku.

"Beneran enggak dibolehin ya?" Mina bertanya dengan hati-hati.

Aku menghela napas panjang. Kupandang wajah Mina dengan mata merah yang sembab. Tanpa mengatakan apapun lagi Mina langsung memelukku, sangat erat. Hangat seperti pelukan Mama, membuatku terisak lagi. Usia Mina yang lebih tua dua tahun membuat dia memperlakukanku seperti adiknya.

"Kalau kamu enggak dapat izin, aku juga enggak akan berangkat," tuturnya.

Aku melepaskan pelukan. "Kenapa gitu?" Tanyaku heran.

Kutatap matanya dengan penuh selidik. Kuliah di K'Arts Korea Selatan adalah mimpi kami berdua. Kami selalu membicarakannya sejak duduk di kelas delapan, dan Mina selalu lebih antusias dariku. Bagaimana dia melupakan mimpinya yang tinggal selangkah itu hanya karena aku?

WA'ALAIKA KOOKIE-SSI! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang