Hari ke-5
Pukul 08.00.Yoo Kangmin membuat kericuhan di pagi ini karena tidak sengaja memakan sereal milik Kim Kangmin. Kim Kangmin meski tidak menangis tetap memprotes, ia memukul dan menjambak Yoo Kangmin secara brutal sampai remaja itu meringis kesakitan di sofa motel.
Soora segera menarik lengan Kim Kangmin agar berhenti menjambak rambut Yoo Kangmin. Saat berhasil ditarik, Soora dapat melihat di genggaman tangan Kim Kangmin terdapat beberapa helai rambut yang rontok.
Yoo Kangmin menatap Soora melas. "Gak berkah banget hidup gue, udah dapat nyawanya secara haram, terus sekarang baru sehari hidup aja rambut sudah rontok."
"Sereal aku!" kata Kim Kangmin seraya melangkah maju hendak menjambak rambut tersangka namun Soora telah lebih dulu mencegahnya.
"Ya masa mau gue muntahin disini?"
Kim Kangmin langsung bergidik ngeri ketika Yoo Kangmin memperagakan seseorang yang sedang muntah. Buru-buru Soora menjitak kening Yoo Kangmin agar berhenti memperagakan adegan menjijikkan itu.
Yoo Kangmin segera berhenti karena bagaimanapun juga saat ini Soora lebih tua darinya meski jika ia masih hidup --dalam artian yang sesungguhnya-- Yoo Kangmin lebih tua satu tahun.
Sayangnya saat ini tubuhnya masih terjebak di usia 16 tahun dimana ia meninggal kala itu.
Yongseung menggeliat di kasur. Memang sejak tadi ia belum bangun. Saat Yongseung membuka matanya Soora langsung tahu siapa itu.
Sorot mata tegas namun juga penuh kasih sayang di dalamnya.
"Wah, Kangmin!" seru Dongheon membuat duo Kangmin itu menoleh.
Dongheon segera meralat. "Maksud gue Yoo Kangmin."
"Lo siapa?"
Sontak Dongheon merotasikan matanya. "Masa lo nggak kenal gue?"
"Yongseung kan?"
TAK!
Yoo Kangmin mengelus kepalanya yang barusan dipukul oleh Kim Kangmin. Saat ia akan memprotes, Kim Kangmin telah menatapnya tajam membuat nyalinya menciut.
"Itu Papa Dongheon."
Yoo Kangmin tidak menjawab. Ia menatap Yongseung yang masih setia duduk pinggir ranjang dari atas ke bawah. Memang dari sorot matanya terdapat perbedaan, bukan seperti Yongseung yang selalu kalem.
Pada akhirnya ia mendengus ketika mengetahui fakta bahwa didepannya benar-benar Dongheon. Ia menyisir rambutnya kebelakang lalu menatap Dongheon malas.
"Kalau lo nyuruh gue cerita mending nanti aja, gue masih lapar."
Dongheon bangkit lalu duduk di samping Yoo Kangmin. Tangannya terulur merangkul bahu remaja itu. "Minchan udah cerita semuanya kemarin."
Yoo Kangmin menghela nafasnya. "Gue udah nolak sebenarnya."
"Gue tahu lo nggak akan nerima hidup lo kembali kalau itu pemberian sang iblis dan harus mengorbankan nyawa orang lain."
Soora memilih duduk di pinggiran ranjang yang menghadap ke arah sofa, ia lalu menyuruh Kim Kangmin untuk duduk di sampingnya.
Dongheon menatap Soora, ia merasa bersalah padanya. "Sebenarnya maksud Minchan baik,"
"Aku tahu." jawab Soora seraya memeluk Kim Kangmin yang saat ini hanya bergeming.
Kim Kangmin tahu saat ini nyawanya terancam. Namun ia tidak mau menunjukkan bahwa ia ketakutan, ia takut kalau sikapnya akan membuat sang Mama merasa lebih khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] G.B.T.B | VERIVERY
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya menjadi dingin dan kegelapan terus melanda. Tidak ada cara lain selain terus berlari. Tetapi mau sa...