Honeymoon Berdarah

19 3 0
                                    

Meski pernikahan Kenzie dan Arumi sudah berjalan lima bulan tetapi sepasangan pengantin baru itu belum merasakan suasana Honeymoon. Ada beberapa alasan yang menjadi penghalang salah satunya usaha licik Daniyah.

Kini wanita itu duduk di kursi tamu rumah Arumi. Dengan wajah tegas dan mata tajamnya Daniyah meneliti seluruh isi rumah itu. Ia tersenyum sinis, "Tunggu saja, Rum. Rumah ini beserta pemiliknya akan menjadi milikku, ratu baru di rumah ini."

Daniyah sebelumnya bukan siapa-siapa Arumi atau pun Kenzie. Wanita itu hanya sebatas pasien Kenzie di rumah sakit langganannya. Berawal dari sebuah pemeriksaan karena penyakit radang usus yang dideritanya dan mendapat perawatan yang baik setelah operasi dari Kenzie yang merupakan dokter bedah di sana. Rupanya Daniyah menyimpan perasaan lebih. Ia menyukai sosok Kenzie. Namun, sayang seribuan sayang Daniyah dihantam kekecewaan ketika tahu lelaki tampan pujaan hatinya melaksanakan pernikahan di hari Daniyah akan menyatakan perasaannya pada Kenzie.

Namun, katanya banyak jalan menuju Roma. Walaupun janur kuning sudah melengkung tak ada kata usai untuk Daniyah. Maka dari itu Daniyah ada di rumah Arumi dan Kenzie sekarang, bukan niat bertamu melainkan berniat merebut sang pemilik rumah dan menjadikan Arumi sosok asing di rumah itu.

"Maaf, Mbak, saya lama ya." Tiba-tiba Rumi datang di sela-sela Daniyah tengah merancang rencana jahat untuknya.

"Tak apa, Rum. Santai saja," jawab Daniyah dengan senyum ramah penuh dusta.

Arumi meletakkan dua cangkir teh hangat untuk mereka berdua. Jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam sehingga Arumi melirik berulang kali ke arah pintu serta jam. Daniyah menyadari hal tersebut lalu tersenyum miring.

"Mas Kenzie belum pulang, ya?" tanya Daniyah. Rumi mengangguk canggung. "Mungkin dia lagi ada operasi dadakan, jadi telat, aku yakin dia bakal baik-baik saja. Kalau kamu merasa sepi di rumah sebesar ini karena sendirian menunggu suamimu pulang, aku mau kok nemenin kamu."

Wajah polos Rumi terangkat memandang Daniyah yang tengah tersenyum penuh arti. Matanya membulat.

"Benar, Mbak Dan mau temenin saya di sini?"

"Iya, dengan senang hati, Rum."

Ogah sebenarnya jika bukan ingin melihat Mas Kenzie tersayang. lalu Daniyah berdehem.

"Alhamdulillah, makasih ya, mbak. Sebenarnya Rumi memang gak berani sendiri apalagi kalau udah malam. Belum terbiasa," ucap Arumi sedikit canggung. Wanita muda itu memang belum terbiasa berakrab ria dengan seseorang karena memang sejak dulu Rumi sosok yang super pendiam, penurut dan merupakan gadis rumahan. Ia sedikit tak suka keramaian atau pun bertemu orang baru. Namun saat ini Rumi merasakan sesuatu yang beda. Sosok Daniyah di depannya membuat Daniyah merasa tidak terintimidasi.

"Kembali kasih. Oh ya, maaf juga aku malam-malam bertamu. Tadi enggak sengaja lewat habis dari rumah temen juga, nah karena sekalian lewat rumahmu jadi mampir dulu ke sini."

"Iya, mbak gak apa-apa, Rumi juga senang ada teman ngobrol. Oh ya, diminum dulu teh nya."

"Oke, makasih."

Daniyah menyeruput teh hangat itu walaupun sebenarnya ia tidak sudi meminum teh buatan wanita yang sangat ia benci. Rasanya saat ini Daniyah ingin sekali mencekik Arumi dan membuat wanita itu menghilang. Namun, itu belum saatnya karena ada rencana lain yang lebih besar yang bagi Daniyah itulah cara relevan agar bisa menyingkirkan Arumi dari kehidupan Kenzie.

"Katanya kamu sama Mas Kenzie mau honeymoon ya, Rum?" tanya Daniyah menyelidik.

"Iya, Mbak, sebenarnya ini rencana Honeymoon yang ke sekian kali karena sebelum-sebelumnya gagal terus," jawab Arumi sedih.

Iyalah, goblok. Kan gue yang bikin kalian berdua gagal pergi. Gue gak terima kalian senang-senang di atas derita gue. Cuma kali ini gue bakal biarin kalian pergi, namun gue jamin gak bakal kalian rasakan indahnya Honeymoon. Karena honeymoon kalian akan menjadi honeymoon berdarah. Daniyah membatin.

Teh yang disuguhkan sudah tandas habis. Ah, rupanya Daniyah kehausan walaupun ia tak sudi meminumnya tetapi ia tidak ingin mati kehausan sebelum membalas dendam pada rivalnya. Jam dinding pun sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Obrolan mereka sudah cukup alot sehingga tak ada lagi topik yang cocok untuk dibahas.

Tiba-tiba dari arah luar terdengar raungan dari mobil milik Kenzie. Daniyah berdebar juga senang tatkala lelaki pujaannya sudah akan datang. Sementara Arumi tengah siap-siap di dalam untuk menyambut kedatangan sang suami.

Tok! Tok! Tok!

Pintu diketuk dari luar, Daniyah bergegas berjalan ke arah pintu namun sayang ternyata lebih dulu Arumi yang membukakan pintu untuk kenzie.

Daniyah mematung di tempat, matanya perih melihat pemandangan yang menyakitkan ketika Arumi mengambil alih tas yang Kenzie pegang. Lalu wanita itu menyalami punggung tangan Kenzie sehingga Kenzie tiba-tiba mencium kening Arumi dengan khidmat.

Dadanya sesak, napasnya kembang kempis. Ia marah karena seharusnya yang ada di posisi Rumi adalah dirinya. Tapi pemandangan ini benar-benar membuat yakin jika dirinya ingin melenyapkan Rumi segera mungkin.

"Eh, ada Mbak Kenzie. Ada keperluan apa malam-malam mbak."

Kenzie menyadari kehadiran Daniyah, lalu ia berjalan mendekat ke arah wanita itu. Daniyah sedikit gelagapan dan tersipu.

"Iya, Mas Kenzie, saya habis dari rumah teman lalu ke sini dulu mampir karena melewati rumah kalian. Ternyata Rumi lagi sendiri ya sekalian saja temenin dia dulu sebelum Mas Kenzie pulang."

"Iya, Mas bener. Aku agak takut sendirian," sela Arumi. Rumi merasa jika suaminya sedikit tidak suka dengan kehadiran orang lain walaupun orang itu Daniyah. Toh memang Daniyah bukan siapa-siapa, temani dekat Rumi dan Kenzie pun bukan.

"Ah, begitu ya, kalau begitu saya suruh supir saya untuk antar mbak Daniyah pulang ya, biar mobil Anda di sini saja simpan, besok saya suruh sopir tembak yang antar mobilnya."

Entah mengapa Daniyah merasa diusir secara halus. Padahal awalnya ia berharap jika Kenzie menyilakan dirinya bermalam di sini. Sementara Arumi merasa tak enak pada Daniyah.

"Mas, gimana kalau Mbak Daniyah bermalam di sini saja, udah malam loh!"

"Sayang, justru karena sudah malam, tidak baik wanita single pergi-pergi sendiri apalagi bermalam di rumah sepasang suami istri." Daniyah semakin kikuk dibuatnya dan Arumi pun tidak bisa membantah apa yang sudah Kenzie harus perbuat.

Akhirnya Daniyah memilih untuk pulang tetapi tidak diantar dengan supir pribadi Kenzie. Ia merasa dipermalukan. Semakin benci pula pada Rumi dan semakin berambisi pula Daniyah merebut Kenzie. Ia akan membuat Kenzie bertekuk lutut di depannya dan akan membuat Kenzie meminta maaf atas perlakuannya saat  ini.

Lihat saja nanti, kau Kenzie, batin Daniyah sebelum ia melangkah ke luar rumah.

Kemudian, seperginya Daniyah Arumi sedikit merengek atas sikap Kenzie yang cuek dan tak peduli pada perasaan orang lain.

"Mas jangan gitu, dong. Mbak Daniyah kan tamu. Tamu itu harus dimuliakan jangan diusir secara halus begitu."

"Kamu tidak tahu Daniyah tamu yang seperti apa, Sayang," ucap Kenzie seraya melangkah mendahului Arumi yang melongo tak paham dengan maksud kata-kata suaminya.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Fake WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang