S E P U L U H

7.7K 489 12
                                    

"Gara-gara lo, gue jadi di hukum kayak gini," dumel Revan kepada Aora.

"Sstt, Revan gak boleh bilang gitu. Ini perbuatan kita berdua," jawab Aora sembari menunjukkan senyum smirknya.

"Dih mesum ya lo," tuding Revan asal.

"Ih nggaaak. Mana mungkin Aora kayak gitu," Aora berusaha mengelak.

"Dih dasar mesum," ejek Revan.

"Nggak Revan! Pikirannya Revan aja yang ngawur," ucap Aora tidak mau kalah.

"Dih dasar mesum jijik gue."

"Nggaaaak!! IHHH!!"

---

Hukuman yang di berikan Pak Hasyim untuk Revan dan Aora memakan waktu tiga jam.

Setelah selesai, Revan langsung pergi ke kantin untuk membeli minuman segar.

Sedangkan Aora, tiba-tiba ia dihampiri oleh Vraska. Tidak lupa Vraska membawa minuman dingin di tangannya.

"Capek ya Ra?" tanya Vraska saat melihat keringat Aora bercucuran.

"Banget Vraska. Nih kayaknya Aora mau bau ketek. Ketek Aora basah nih," ucap Aora tanpa dosa.

"Wkwkwk ada-ada aja sih. Nih minum dulu," tawar Vraska sembari membukakan tutup minuman tersebut.

"Wah makasih ya Vras-"

Spontan Aora tidak melanjutkan pembicaraannya karena melihat Vania yang melintas tepat di depan dirinya.

Aora berlari menghampiri sahabatnya itu dengan harapan Vania tidak akan salah paham,"Vania, jangan marah. Ini gak kayak yang Vania bayangin," ucap Aora sambil memegang erat tangan Vania.

"Gak yang kayak gue bayangin gimana? Kemaren lo jalan sama dia. Dan sekarang lo berduaan sama dia. Terus bagian mana yang gak sesuai seperti yang gue bayangin hah?"

Vraska melihat pertengkaran antara Aora dan Vania tepat di depannya. Vraska kebingungan.
Apakah mereka berdua bertengkar karena dirinya?

"Stop. Kalian apa-apaan sih berantem kayak anak kecil," Vraska berusaha melerai.

"Tapi bener Vaniaa!! Aora gak ada apa-apa sama Vraska!!"

Ups! Aora keceplosan menyebut nama laki-laki yang disuka Vania di depan Vraska.

Spontan Vania mendelik saat mendengar apa yang Aora lontarkan.

"Goblok sih lo Ra. Vraska jadi tau kan sekarang," bentak Vania menyalahkan Aora.

"Vraska tolong jelasin ke Vania kalo kita gak ada apa-apa," ucap Aora yang membuat hati Vraska sedikit tertohok.

"Vania, gue sama Aora bener-bener gak ada apa-apa. Jadi lo jangan pernah marahan sama ni anak," bela Vraska.

Saat Vraska mengeluarkan suara, sebenarnya ada sedikit rasa tenang di hati Vania.

"Lo serius Ra?"

"Duarius Vania. Aora gak ada perasaan sama Vraska. Vania gak boleh marah-marah lagi ya."

"Maafin gue Ra. Gak seharusnya gue marah sampe segininya sama lo," kata Vania sembari memeluk sahabatnya itu.

"Gak apa-apa Van. Aora juga minta maaf ya."

Vraska merasa lega saat melihat dua wanita di hadapannya berbaikan.

"Tapi apa bener Aora gak ada perasaan sedikit pun sama gue?" pikir Vraska dalam hati.

---

Revan duduk di kantin seorang diri. Karena merasa sangat lapar, Revan memesan beranekaragam jenis makanan.

"Dooorrr!!" Aora menepuk keras bahu Revan.

Sontak Revan yang sedang mengunyah sesuap nasi menjadi tersedak.

"Uhuuk uhuuk!!" dengan gerakan cepat, tangan kiri nya ia gunakan menepuk-nepuk dadanya dan tangan kanan nya untuk meraih minuman.

"Minum Van minuumm!!" Aora panik.

"Lo bisa gak sih gak gangguin gue sehari aja?" omel Revan setelah tersedaknya berhenti.

"Wkwkwkkw maaf. Abisnya Revan lucu sih," Aora cengar-cengir tanpa beban.

"Maaf maaf mulu lo anjir. Pusing gue dengernya."

"Wkwkwkwk maaf ya Aora sering bilang kata maaf."

"Lo ngomong maaf sekali lagi gue sikat gigi lu pake arang ye," ucap Revan penuh emosi.

"Revann gak boleh galak-galak sama Aora, nanti suka lo."

Revan yang mendengar hanya bisa terdiam. Malas menanggapi gadis di sebelahnya itu.

Sadar tak digubris, tentu saja Aora tak akan langsung diam. Kini Aora beralih pada berbagai makanan yang Revan pesan.

"Idiih idiih Revan kalo makan banyak bener dah."

"Serah gue lah. Iri?"

"Bilang boss!! Papale papale pale pale," Aora menyanyi asal, ia menirukan gerakan yang sedang viral di media sosial.

"Gak jelas banget lo."

"Biarin dong terserah Aora."

---

Jam pembelajaran akan dimulai, tapi sedari tadi Vania belum hadir di kelas.

Tiba-tiba ada seorang perempuan yang berteriak dari luar kelas dengan senyum yang merekah excited.

"Raaa lo harus liat inii!" teriak Vania sambil membawa selembar brosur.

"Ih Vania apa sih kok teriak-teriak?" tanya Aora sembari mengindahkan novelnya.

"Lo harus liat ini Raa!"

"Iya iya ini Aora liat," Aora mengambil brosur yang ada di tangan Vania dengan penuh penasaran.

"Wah kita mau trip yey!"

"Iya Ra. Trip itu diselenggarain sama anak-anak osis."

"YEYY!! Kita jadi gak mikir pelajaran terusss hhahahaha yey!!" Aora heboh.

"Berisik anjrot!" omel Revan saat mendengar Vania dan Aora asik sendiri.

"Revan! Kita bakalan trip ke Bandung yey!" Aora sangat senang layaknya anak kecil yang baru dibelikan mainan.

"Terus? Gue harus bilang wow gitu?" wajah Revan sangat datar.

"Pokoknya nanti kita trip nya bertiga ya! Revan gak boleh pergi dari Aora ok?!"

"Apaan sih. Ngatur gue lo?"

"Biarin bwek."

"Ntar kita disana bakal jalan-jalan ke--" Aora langsung mengucapkan berbagai rencana yang muncul di otaknya dengan sangat tak sabaran.

Revan menghela nafas panjang. Padahal, hal yang direncanakan sebelum terjadi bisa saja tidak akan terwujud. Dasar cewek!

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang