Sᴏʀʀʏ ғᴏʀ ᴛʏᴘᴏ(s)
Ketika setiap waktu berlalu, Sunghoon memejamkan matanya—merasakan pening di kepala. Pandangannya yang tadi melebur, sedikit demi sedikit mulai terlihat jernih.
Sunghoon meremas rambutnya dengan keras, sebab sakit yang mendera begitu hebat.
Menghela napas panjang, Sunghoon mencoba untuk mengingat apa yang sedang dialami. Maniknya terbuka dengan lebar, mengamati sekitar dengan detak jantung berlomba-lomba.
Apa-apaan?
Sunghoon mendorong diri sendiri menjauh dari tempat tidur. Matanya melotot tidak percaya dengan apa yang ada di sana.
Sial.
Sunghoon mencoba tenang, namun bahu Yuan yang terekpos membuat amarahnya mencuat.
Pertanyaannya adalah; mengapa Park Sunghoon bisa berada dalam satu ranjang yang sama dengan Yuan yang seperti bertelanjang?
Kepalanya menggeleng, ingatan tentang apapun yang terjadi tidak ada di otaknya.
"Eum.. Hoonie, kau sudah bangun?" Suara Yuan menyapa, membuat Sunghoon kembali sadar—sadar sedang berada di situasi apa dirinya sekarang.
Omong-omong, Sunghoon hanya bertelanjang dada.
"Apa yang terjadi?" Sunghoon menatap tajam, pada perempuan yang sedang menutupi tubuh dengan selimut itu.
Yuan tersenyum kecil. "Kita bersama sejak semalam, kau tidak mengingat apa-apa?"
Tidak.
Tidak ada hal yang terjadi bukan?
"Kau melewati batas, Park Yuan." Sunghoon berujar dengan aura gelap yang timbul ke permukaan.
"Tidak salah? Kau yang sangat-sangat melebihi batas! Aku tidak peduli, aku akan bicarakan ini pada orang tua kita—"
"Jangan bertingkah sesukamu, sialan! Aku tidak pernah merasa melakukan apapun itu denganmu, oke? Jadi lupakan."
Sunghoon mengambil bajunya di sofa, memakainya dengan cepat kemudian bergegas pergi dari sana.
Banyak pertanyaan di kepalanya—namun tidak ada satu pun jawaban yang Sunghoon temukan.
Berbulan-bulan sejak Sunghoon mencari sang mate, sampai detik ini tidak ada juga perubahan.
Ada satu hari di mana Sunghoon lelah mencari, dan Park Yuan berhasil menjebaknya dalam sebuah ilusi. Mereka hanya mencari kepuasan diri, ada batas tertentu yang tidak boleh dilewati.
Namun, apa-apaan semua ini?
Sunghoon benar-benar ingin menangis, bagaimana bisa ia terjebak seperti ini?
Sunghoon memejamkan mata, mencoba berbicara pada Grey—yang bahkan tidak muncul sejak tadi.
'Grey?'
'Sial, kau ke mana brengsek?'
'Grey, aku mohon, aku butuh bantuan..'
Sepertinya serigala itu sudah mulai bosan dengan kelakuannya selama ini. Sejak Sunghoon dan Yuan saling mencumbu satu sama lain—Grey memang sudah tidak peduli.
Grey tidak berharap banyak dari Park Sunghoon, ia hanya menginginkan anak sulung Park itu menemukan belahan jiwanya—bukan malah berputus-asa kemudian berkhianat.
Kini Sunghoon benar-benar berada di titik terendah, ia tahu semua yang terjadi akan menjadi bencana.
Sunghoon membutuhkan Grey, hanya Grey yang akan sangat mengerti, karena mereka adalah satu diri. Namun Sunghoon mengabaikan keluhan Grey selama ini, terlalu sering—mungkin ada waktu di mana serigala itu muak dan memilih pergi.
Sedari awal Sunghoon memang bersalah, mengabaikan semua nasihat orang—bahkan teman-temannya sekali pun. Jika seperti ini siapa yang akan peduli padanya?
Sedangkan Yuan sudah pasti merasa senang, tinggal menjentikkan jari maka Park Sunghoon akan usai.
tbc
jangan cari sunoo dulu, oke? munculnya belakangan.
jadi ini lompat beberapa bulan dari pertemuan sunghoon dan teman-teman.

KAMU SEDANG MEMBACA
On My Way, ˢᵘⁿᵍˢᵘⁿ
FanficSunghoon terjebak dalam permainannya sendiri, menimbulkan sebuah masalah yang rumit sekali. warning¡ •sungsun •sunghoon, dom. •sunoo, sub. •omegavers •fanfiction start: 26-10-2020 end: -