Penting!!
Kalau kalian merasa pernah baca cerita ini, Iya kalian gak salah. Cerita ini pernah aku publish beberapa bab juga di sini tapi dengan judul "Our Kingdom"Karena banyak yang berminat dengan cerita fantasy, jadi aku suguhkan cerita ini. Dan dengan nama mereka yang tidak aku ubah sepenuhnya.
But, it's only fiction! Harap bijak dalam membaca. Cerita ini tidak berkaitan dengan kehidupan mereka.
Jangan lupa vote dan komentarnya, Love!
So, hope you guys enjoy the story!
***
Suara nafas yang bergemuruh itu menemani dua wanita yang tengah berlari dengan terseok dan juga tangan yang terus bertautan. Mentari yang sudah siap tenggelam juga terasa turun terlalu cepat bagi keduanya.
Kaki mereka sudah terluka, bahkan salah satu kaki milik wanita berambut hitam dan panjang itu sudah terlalu sulit untuk untuk diajak berlari. Rasa takut lebih mendominasi daripada rasa sakit yang mereka rasakan. Mereka tak ingin terjebak di dalam hutan yang akan semakin menggelap itu. Terlalu takut, hutan dengan banyak pepohonan tinggi yang menjulang dengan rapat dan juga semak belukar yang begitu tinggi mengelilingi. Semua hal itu membatasi pandangan mereka.
"Kak, aku lelah."
Lilac, satu di antara keduanya membuka suara. Benar-benar terlalu lelah setelah berlari sepanjang hari ini hingga kakinya semakin sulit untuk digunakan.
Tubuhnya melemah, bersamaan dengan rasa lapar dan haus yang mendera. Bibirnya bahkan sudah mengering, wajahnya semakin pucat dengan mata yang semakin sayu. Memperlihatkan betapa kacaunya dirinya karena begitu lelah.
"Lilac, tapi langit sudah semakin gelap. Kita harus cepat mencari jalan keluar, kita tidak bisa terus menerus berada di sini." Irene, satu gadis lainnya menimpali. Tangannya berusaha tetap menarik Lilac yang hampir terduduk begitu saja.
Sebenarnya dia juga sama saja, lelah, teramat. Akan tetapi, dia masih bertekad untuk melanjutkan langkahnya, mencari jalan keluar dari hutan yang semakin terlihat menyeramkan ini. Lapar dan haus juga dia rasakan seperti Lilac, tapi dia masih bisa menahannya. Dia masih memiliki kekuatan untuk bertahan karena tekad kuatnya, berbeda dengan Lilac yang sudah terlihat sangat putus asa.
"Kak, tapi aku lelah sekali, lemas. Tidak kuat lagi berjalan, kepalaku pusing." Lilac melepas genggaman tangan Irene, sebelum akhirnya terduduk dengan perlahan. Tubuhnya ia sandarkan pada salah satu pohon besar yang ada di sana.
Irene terlihat panik dan khawatir secara bersamaan. Tidak tega juga melihat Lilac seperti itu, meskipun memang mencari jalan keluar juga sama pentingnya kalau mengingat kondisi dirinya sendiri.
Tapi ini Irene, yang akan selalu mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. "Ya sudah, kau beristirahat saja dulu di sini. Kakak akan berjalan sebentar ke sana, tidak jauh. Mencari minum atau buah-buahan yang bisa dimakan untukmu."
Lilac menggelengkan kepalanya dengan lemah. Tangannya terulur menarik lengan Irene, menahannya untuk tidak melangkah pergi seperti apa yang dikatakan.
"Jangan, kak. Aku takut," ucap Lilac lirih. Iya, dia takut ditinggalkan seorang diri, tapi dia juga takut jika terjadi sesuatu pada Irene. Takut Irene juga semakin kelelahan, karena dia juga harus beristirahat bukannya malah memaksakan diri seperti itu.
"Sebentar saja, tidak perlu takut. Kakak akan cepat, kakak masih bisa berlari jadi tidak akan lama. Kau disini, dan beristirahat saja," ucap Irene berusaha meyakinkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED LOVE THE PEGASUS
Hayran KurguPegasus dan Unicorn? Irene percaya jika hal yang sering dikatakan sebagai mitos itu benar adanya. Namun, dia tak pernah menyangka jika dia bersama Lilac harus masuk ke dalam dunia yang selalu dipenuhi dengan beberapa hal yang membuat mata membulat t...