Brum brum brum...
Cuit cuit cuitt...Terdengar suara siulan burung dan geberan motor yang menggema di setiap ujung gang ini, itu sudah menjadi alarm sehari hari seorang
Akrala maretta dan beberapa penduduk di gang ini, aktifitas itu sudah dimulai dari jam 05.00 pagi hari, Dari tukang sayur yang mangkal di ujung gang depan mushola, para kepala rumah tangga yang bersiap berangkat kerja dan menunggu busway di halte, suara anak menangis yang susah dibangunkan, suara ibu dan anak yang berdebat sampai lempar lempar piring pun ada di gang ini, produktif sekali memang para warga nya.Sekarang jam sudah menunjukan di angka 06.05 Maretta masih sibuk mengantar keranjang gorengan yang baru matang dari dapur ke meja depan rumahnya.
"Retta sudah sana berangkat" Ucap ibunya melihat Retta masih sibuk dengan gorengan "nanti baju kamu kena kotoran, mana hari ini pake baju putih, susah nanti nyucinya Retta" Omel ibunya melihat Maretta yang sudah rapi begitu masih ubek dengan adonan bala bala dan minyak.
"Hehe iya bu ini sedikit lagi selesai" Balas Maretta sambil membalik adonan bala bala di atas penggorengan.
"Gibran sama Tana udah berangkat bu?" Tanya Maretta
"Belum kayaknya, masih di kamar tuh, Tana juga masih mandii" Jawab Ibu
7 menit sudah berlalu
"Gibran, Tana, Retta cepat berangkat udah jam berapa ini" Teriak ibunya dari depan karena melayani pembeli.
Dibanding sekolah Retta, sekolah gibran dan Tana masuk lebih awal, yaitu jam 06.30 sedangkan sekolah Retta masuk jam 07.00, tetapi jarak sekolah Retta dan adiknya jauh, sekolah Retta berjarak sekitar 5 km dari rumah, sedangkan adiknya hanya 1.5 km.
"Iya bu" Jawab si tengah, Gibran.
"Ayok Tana cepetan" Ucapnya lagi sembari mengikat sepatu.
"Kak Retta ayok bareng sekalian" Ajak si bungsu.
"iya ayok berangkat" Retta bangun dari tempat duduk dan menyalimi ibunya.
"Pamit ya bu" Salam Maretta si sulung "mari mama aldi berangkat dulu" Maretta menyapa seorang tetangga yang membeli nasi uduk ibunya.
🍭🍭🍭🍭
Mereka bertiga keluar rumah beriringan, kedua adik Maretta berboncengan menggunakan sepeda BMX yang di beri injakan kaki di belakangnya.
Ketiganya sampai di depan sekolah Tana SDN PELITA RAYA.
"Kak Retta, Mas gibran, Tana masuk dulu ya" Pamit si bungsu sembari menyalami ke dua kakaknya.
"Iya jadi anak baik ya sayang" Ucap Retta sambil mengelus pelan rambut adik bungsu nya.
Setelah Tana masuk ke dalam sekolah nya, kedua kakak adik ini kembali melanjutkan perjalanannya. Di tengah-tengah perjalanan Gibran memecahkan keheningan.
"kak, kemarin Gibran dapet tawaran kerja" Ucap nya.
Sontak pernyataan itu membuat si kakak kaget.
"Loh? Kerja apa dek?" Tanya Retta sambil menatap adik laki-laki nya.
Maretta takut kalau adik laki lakinya ini sampai salah jalan, ataupun sampai terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas, di zaman sekarang banyak hal yang harus semakin di takutkan.
"Kemarin Gibran ngebantu kakek marto yang punya toko beras itu kak, Gibran ngebantu ngangkat karung beras" Ucap Gibran
"Hah? Kamu ngangkat karung beras?! " Kaget Maretta, Maretta tau karung beras itu berat, bisa berkilo kilo bobotnya. "Kamu ditawarin kerja jadi apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALA
Teen FictionIni tentang mereka, dua insan Tuhan yang di pertemukan tanpa sengaja dan di jatuhkan tanpa sengaja pula. mereka berbeda dari segi pandang mana pun. Mereka sadar tidak pernah dan tidak akan bersatu. Ataukah ada suatu keajaiban yang mempermudah mer...