-27 🌠

1.6K 100 13
                                    

Rosé menarik tangan Jimin menuju mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rosé menarik tangan Jimin menuju mobilnya. Rosé menyuruh Jimin masuk dan duduk di samping kursi pengemudi. Rosé mengeluarkan ponselnya dan menghapus semua airmatanya.

"Hapuslah airmata mu."

Jimin menghapus airmatanya. Jimin juga menangis tadi. Ia juga merasa bersalag pada Rosé. Ia masih ingin bersama Rosé, ia tak ingin berpisah. Namun di satu sisi, Jimin harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Iya memang, Jimin mempunyai rasa pada gadis Thailand itu. Rasa? Jangan kalian fikir itu adalah rasa cinta karena yang ada di fikiran Jimin hanya ada rasa kasihan terhafap Lisa, that's it. Dan lagi - lagi Jimin berbohong pada Rosé.

Rosé mencari sebuah kontak di ponsel nya dan segera menelefon nomor itu dan mengaktifkan kamera ponselnya, Videocall.

"Halo Rosé, ada apa?"

"Chaemin ada dimana bi? bisakah aku mengobrol dengannya sebentar?"

Irene menghadapkan ponselnha pada Chaemin. Rosé juga menghadapman ponselnha pada wajahnya dan Jimin sehingga mereka berada pada satu frame.

"Chaeminn.. anak eomma, sedang apa hm?"

"Aku sedang bermajn sebentar eomma, eoh! ada appa?"

"Iya sayang, appa disini. Kenapa belum tidur? Sudah malam."

"Aku sedang menunggu appa dan eomma menjemputku dan pulang ke rumah."

"Chaemin, nanti eomma pulang dan kita akan pergi jauh dari sini okay?"

"Heum, baiklah appa juga ikut ya eomma!"

"Chaemin sayang, appa sedang sibuk mencari uang. Biar eomma saja yang bersamamu nee?"

"huhh, yasudah kalau begitu. Appa cari uang yang banyak ya! supaya aku bisa beli mainan yang banyak."

"Iya Chaemin, appa akan mencari banyak uang."

Rosé segera mematikkan telefonnya. Ia kembali menangis sejadi - jadinya. Ia tak sanggup berbohong pada anaknya. Ia tak sanggup melihat ekspresi anaknya ketika ia tau kalau orang tuanya berpisah. Ia tak sanggup untuk menahan semua ini.

"Jim, apa kau yakin? Kau memilihnya daripada aku? Apa kau tak berubah fikiran?"

Jimin yang melihat istrinya sangat rapuh di depannya seperti ini menjadi tidak tega. Namun, tanggung jawab adalah tanggung jawab.

"Aku yakin Rosé. Maafkan aku."

"Yasudah pergilah kau dari mobilku, kau susul saja wanita baru mu. Aku yang akan mengalah."

Jimin turun dengan pasrah dan melihat Rosé melajukan mobilnya. Jimin kembali menangis bahkan lebih keras dari sebelumnya.

"Jimin!!"

Merasa namanya di panggil, Jimin menoleh ke arah sumber suara.

Jimin menatap tak percaya wanita di depannya ini. Pasalnya perempuan yang ia bela mati-matian di depan istri sahnya ini tengah berlari ke arahnya tanpa ada pincang sedikit pun. Padahal perban di tangan dan kaki kanannya masi terpasang. Bagaimana bisa?

"Jimin, akhirnya kau berpisah dengan istimu."

Lisa pov.

Lisa melihat punggung kedua orang yang masih berstatus menjadi lasangan suami istri itu keluar dari Apartmentnya. Lisa masih mempertahankan senyumannya. Ia merasa senang.

"Bibi bangga padamu nak."

Lisa menoleh ke arah kamarnya. Ia melihat bibinua yang keluar dari kamarnya untuk bersembunyi dan menguping tentunya.

"Ah bibi mengagetkanku."

Lisa berdiri dari kursi rodanya dan memeluk bibinua itu, Park Soo-young a.k.a Joy.

"Aku akan membalas perbuatan Rosé pada Seulgi eonni bi. Lagipula aku mencintai Jimin dan sudah bosan dengan Jungkook."

Lisa merupakan anak dari adik Soo-young. Ia lahir di Thailand karena suami ibunya asal Thailand, maka dari itu Jimin baru tau kalau Lisa ini sepupj dari mendiang mantan kekasihnya. Jimin tau ketika ia sedang merawat Lisa di saat yang bertepatan ketika Soo-young mengunjungi Lisa. Dan itu membuag Jimin semakin tidak bisa meninggalkan Lisa, ya karna ancaman yang di berikan Soo-young. Sungguh, Soo-young ini sangatlah licik.

"Yasudah, kau susullah Jimin. Tak perlu menggunakan kursi roda, bibi yakin Jimin pasti sudah berpisah dengan Rosé."

"Baiklah bi."

Lisa pov end.

"L-lisa? Bagaimana bisa?"

"Kenapa Jim? kau kanget melihatku bisa berlarian hm?"

Jimin menganggukkan kepalanya.

"Ya tentu saja aku berakting untuk menaik perhatian mu."

Lisa semakin tersenyum dan mulai memeluk erat lengan Jimin.

"Kau dan bibi mu itu sama-sama licik!"

Jimin melepas kasar pelukan Lisa pada lengannya. Ia berlari menuju mpbilnya dan melajukan mobilnya keumahnya. Ia merasa bodoh karena telah percaya pada wanita ular. Jimin tak peduli lagi dengan sekitarnya, yang terpenting ia harus bisa cepat pulang kerumahnya. Ia harus bisa menghentikkan Rosé yang ingkn pergi dari nya.

Jimin memakirkan mobilnya asal. Ia langsung berlari menujur kamarnya. Jimin tidak bisa berfikir jernih sekarang. Ia terlalu bodoh, sangatt bodoh. Jimin membuka lemari bajunya, dan benar saja ia terlambat. Lemari tersebut kosong. Semua pakaian milik istri dan anaknya tidak ada, hanya tersisa pakaian miliknya.

Jimin mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ia melihat sevarik kertas di atas meja. Ia yakin itu pasti surat terakhir dari Rosé untuknya. Dengan airmata yang masih mengalir, Jimin mengambil surat itu.

Satu part lagi END, bsk aku up yak paginya!sengaja di gantung, soalnya part terakhir ini sad bgtt, so yap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu part lagi END, bsk aku up yak paginya!
sengaja di gantung, soalnya part terakhir ini sad bgtt, so yap

𑁍┊Mianhae 'JR  ˎˊ˗ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang