Chapter 45 (Dress code)

349 8 0
                                    

"Berikan lagi dia obat penenang dengan dosis yang lebih besar!" Ucap dokter dalam sebuah ruangan isolasi.

Beberapa perawat yang berada di dalam ruangan itu memegangi kaki dan tangan nya "t-tapi dok ini sudah suntikan ke-2" sambil memegang jarum suntik.

"Kau ingin memeganginya terus terusan?!" Tanya dokter itu.

Suasana rumah sakit yang normal tiba tiba saja ramai saat itu, teriakan histeris seseorang memenuhi satu ruangan rumah sakit yang lumayan besar itu. "Maaf nona, tapi ini sudah sesuai dengan perawatan yang akan anda jalani, ada terdapat beberapa luka internal yang terjadi di dalam tubuh anda."

Wanita itu menengok dengan tatapan tajam, matanya yang melotot kearah dokter serta suster yang siap menyuntiknya. "Bawa dia padaku sekarang! Liat apa yang sudah dia perbuat pada wanita kesayangannya! Daverell Orviller!!"

-*-*-*-*-

"Selamat pagi" ucapku kepada beberapa perawat yang ku temui pagi ini. Berjalan beberapa langkah selalu saja di pandangi oleh pasien serta orang orang yang sedang mengantri mengambil obat, aku mulai memeperhatika penampilan dan membatin "apa pakaianku terlalu mencolok untuk sekedar kunjungan ke rumah sakit?"

Yaa hari ini aku dengan segenap kerendahan hati akan menjenguk Stella di rumah sakit, menarunya di basement rumah selama kurang lebih 8 tahun menimbulkan bekas luka bagi fisik dan batinnya. Membawanya untuk berobat juga bukan hal yang mudah untuk di kabulkan oleh mama, aku benar benar harus membujuk mama dengan tas Jucci keluaran terbaru. "Secara teknis, aku mau membawa barang yang sudah di rusak mama, tapi kenapa aku juga harus yang kena cas membelikannya tas Jucci itu."

"Selamat pagi, saya mau menjunguk pasien atas nama Stella Daswart, apa sudah bangun?" tanyaku pelan dengan penjaga pintu masuk ruang psikologi. "Pasien atas nama Stella Daswart sedang dalam penanganan dokter bu."

Raut wajahku terheran, karena jelas jelas di papan pengumuman yang aku lewati tadi, pengobatan dan penanganan pasien hanya sampai jam 9 pagi untuk area psikologi, berarti jam 10 ini mereka sudah bisa untuk di temui. "Tapi di papan pemberitahuan yang ada di depan untuk area psikologi jam 10 pengunjung sudah di perbolehkan masuk?"

Perawat itu menarik nafas dan mengangkat bahunya pelan. "Mohon maaf bu, tapi pasien atas nama Stella Daswart butuh penanganan khusus."

"Mama, apa yang sudah dia lakukan." Batinku

-*-*-*-*-

"Keyra nanti malam Sean mengadakan party loh di rumahnya, kamu udah dapat undangannya belum?" Aku tidak terlalu mempedulikan informasi yang di katakan oleh Sarah saat itu. "Aku tidak memerlukan undangan itu." Ucapku santai sambil terus menggambar beberapa organ tubuh manusia di dalam buku tugas yang baru saja di berikan.

Wajah sarah dan beberapa komplotannya terheran heran dengan ucapanku, secara Sean adalah salah satu handsome boy di angkatan ku dan juga salah satu calon calon dokter karena kepintarannya. "Jika aku membutuhkan undangan untuk datang ke party Sean berarti dia juga butuh tanda tangan kakek ku untuk memperbesar aset rumah sakitnya." Ucapku sambil menutup buku pelajaran itu.

"Heyy, sadar gak sih kamu tuh terlalu pede tau gak? Sok cantik banget jadi orang!" Ucap Sarah sambil memukul mejaku dengan keras. Aku menyilangkan tanganku dan menatap wajahnya dengan jelas.

"Seharusnya kau bersyukur masih bisa masuk ke sekolah ini dan mendapatkan fasilitas senyaman dan sebagus ini bukan? Tapi aku tidak melihat rasa bersalah sama sekali di wajah itu. Sarah? You still wanna be here right?" Ucapku.

Tok.. tok..

"Sar, sarahh." Salah satu perempuan berambut coklat yang mencoba membalikan badan Sarah agar melihat kearah pintu kelas.

Yap, Sean berdiri tepat di ambang pintu sambil memegang sebuah amplop berwarna dark blue. Perlahan dia berjalan ke arah mejaku, sesekali memperbaiki dasi dan merapikan rambut agar terlihat lebih tampan. "Hmm sorry Key, undangan untuk privat party baru aku buat nih. Kamu yang pertama aku undang buat privat party yahh, sekalian kasiin buat Lira juga yah dan kalian harus datang, okey princess? Love you" ucap laki laki idola itu padaku. Mataku yang sinis langsung melihat kearah Sarah.

"Mau join privat partynya gak Sar? Bisa aku ambilin undangan sisa kok kalau kamu emang mau." Ucapku sambil terus menatap tajam padanya

Sarah pergi meninggalkan kelas sambil bermuka masam dan kesal. Well itu yang aku inginkan karena Sarah adalah seorang penindas di sekolah ini, bermodalkan mulut sampah dan komplotan yang banyak, tidak sedikit siswi siswi yang keluar dari sekolah ini. "Huh, jangan emosi Keyra tarik nafas dan hembuskan, mami selalu mengajarkannya agar tidak cepat keriput."

"Key? Kenapa? Kok kaya abis emosi gitu?" Ucap Lira yang baru saja datang dari perpus. Aku menggelengkan kepala dan berusaha untuk tetap terlihat tenang. "Im okey, ehh ini undangan privat party gitu dari Sean, dia ngundang kita berdua tadi." Ucapku sambil memberikan undangan itu ke Lira.

"Hmm privat party ha? Harus belanja dong, ini ada dress codenya loh" ucap Lira sambil merapikan rambutnya.

~~~~~~

Vote and Comment

Love yaa!

7 Januari 2022

-Next Chapter 46-

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang