Bagian 17

21.1K 4.1K 346
                                    

Buat Part ini jangan kaget dulu. Kalian boleh kaget kalo udah Vote👁 jangan lupa komen juga

•••

Juyeon membuka sepatu nya dan langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya yang terbilang sangat mewah. Seperti biasa, rumahnya sepi kosong, seperti tak ada orang.

Kedua orang tuanya bekerja di luar negeri dan ia ditinggal sendiri. Eh ralat, ada satu orang lagi dirumahnya.

"Darimana?"

Juyeon tak menoleh kearah orang yang mengajaknya berbicara, melainkan fokus mengganti-ganti saluran Tv.

"Gue bilang darimana. Lo keluyuran malem terus dah!" Cibir saudara kembarnya. Lino.

"Lo bisa diem gak anjing," jawab Juyeon santai. Matanya masih fokus menatap layar Tv.

Lino mendelik tak terima." Dih, gue nanyak baek-baek!"

Juyeon memejamkan matanya jengah dan langsung melayangkan tatapan tajam nya kepada kakak-eh maksudnya saudara kembarnya.

Fyi, Lino lebih tua dua menit.

"Bisa gak sih lo gak usah ngajak ngomong gue mulu!" Kata Juyeon kesal.

Akhir-akhir ini berbicara dengan Lino membuat emosinya semakin naik. Ia bahkan tak tahan melihat wajah Lino, ia sangat muak melihat wajah kembarannya itu, melihat sekilas membuatnya ingin memukul wajah Lino.

"Lo ngambek ama gue cuman gara-gara Hana?" Lontaran kalimat itu membuat telinga Juyeon memanas. Bahkan tambah panas lagi ketika Lino mendecih sinis.

"Mulut lo ' cuma'! Gila apa lo mau bunuh anak orang! Cewek lagi! Gak punya hati nurani apa ya lo ama temen brengsek lo itu!" Omel Juyeon marah. Laki-laki itu marah.

Lino membuka mulutnya tak percaya." Hah. Lo malah nuduh gue?! Gue gak pernah punya niatan gitu ke Hana, gue juga gak pernah bully Hana! Harus berapa kali gue bilang bangsat!"

"Terus tadi itu apa hah!? Lo cuman ngeliat Hana tenggelem, lo nungguin dia mati! Lo emang abang gue bukan sih?!"

Lino makin membuka mulutnya lebar-lebar dan melotot sempurna. Ia tak percaya jika kembarannya sendiri tak mempercayainya.

"Lo kenapa jadi sensian gini? Lo gak mau ngomong ama gue berhari-hari, kita berantem sekarang cuman gara-gara Hana? Cewek itu?!"

Ya, memang. Juyeon tidak mau berbicara dengan Lino berhari-hari hanya karena Hana. Untuk pertama kalinya juga mereka berantem sampai seperti ini.

Hanya karena seorang perempuan.

"Lo kalo gak tau apa-apa mending diem deh! Lo harusnya terimakasih ama Hana, karena udah nolongin gue! Kalo gak ada dia waktu itu, mungkin gue udah mati tau gak!" Teriak Juyeon dengan wajah merah padam.

Nafasnya memburu dengan cepat, tangannya terkepal seakan-akan ingin memukul Lino saat ini juga.

"Asal lo tau, gue gak pernah ikutan bully Hana." Lino tak tau apa lagi yang harus ia katakan kepada kembarannya yang keras kepala.

Memang, selama ini Lino tidak pernah ikut-ikutan dalam pembullyan Hana, cowok itu hanya diam dan menyimak. Menyentuh Hana dan menertawai Hana pun tidak pernah.

Itu bukan karena Juyeon yang mempunyai hubungan dengan Hana, tapi Lino memang tidak mau ikut campur, karena ia merasa tak punya masalah dengan Hana, itu juga bukan urusannya. Terkadang ia juga merasa kasihan kepada Hana, tapi balik lagi ke point tadi, itu bukan urusannya.

Lino juga baru mengetahui kalau Juyeon mengenal Hana beberapa hari yang lalu. Saat Juyeon memukul Lino di gang sempit malam itu.

"Terus lo diem aja pas liat ada orang di bully? Bahkan lo itu lebih parah dari pembully..."












Degg













Ucapan Juyeon barusan benar-benar menusuk hati Lino. Terbukti dari Lino yang diam tak berkutik.

"Kenapa? Mau marah lo? Gue ngomong sesuai fakta." Mata Juyeon membulat sempurna karena emosinya semakin naik." Bahkan Hana rela luka dan ngorbanin impiannya demi gue."

Sekali lagi Lino dibuat bungkam. Juyeon tak pernah semarah ini padanya, Juyeon tak pernah separah dan senyolot ini dalam membela seseorang. Ini bukan Juyeon yang ia kenal.

Kenapa Juyeon tak pernah cerita?

"Kenapa lo gak pernah cerita?"

Gantian, sekarang Juyeon yang mendadak bungkam.


























Oh ya Kalian pada ngira gak sih kalo ternyata mereka sodara kembar😕

Bully You | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang