Ketua Osis dan jejeran pengurusnya menghampiri setiap kelas XII untuk menjelaskan trip ke Bandung.
Tujuan mereka pertama adalah kelas XII IPA 1. Ya! Itu kelas Aora.
"Siang teman-teman," Vraska selaku ketua osis membuka pembicaraan.
"SIAAANGG," teriak Aora tak kalah semangat.
Aora langsung bisa menebak bahwa kehadiran Vraska sekarang ini untuk menjelaskan tentang trip yang akan dilaksanakan tiga hari lagi.
"Kalian tau kan kalo tiga hari lagi kita akan trip ke bandung?"
"Yeah. Bener kan tebakan Aora," ucap Aora dalam hati. Spontan dia menyenggol bahu Revan lalu mengedipkan sebelah matanya.
"Dih apaan."
"Kita bakal trip!" bisik Aora.
"Lo udah bilang berapa kali bego. Pusing gue dengernya."
"Wkwkwkwk."
"Ok gue lanjutkan. Diharap semuanya memperhatikan dengan cermat."
"Pertama gue mau nanya sama kalian. Kalian lebih nyaman berangkatnya naik trasportasi apa? Kereta api atau bus?"
"Pesawat," usul salah satu siswa yang hobi nya celometan.
"Ok boleh naik pesawat. Tapi lo yang bayarin satu angkatan ya?"
"Cielaaaah."
"Huuuu!!" seisi kelas menyoraki lelaki celometan itu.
"Vania. Ini kesempatan Vania buat interaksi sama Vraska. Ayo usul Van mau trasportasi apa," ucap Aora kepada sahabat perempuannya itu.
"Ok ok, huhhh tarik nafass," Vania mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"GUE PILIH NAIK BUS."
"Alasannya?" tanya Vraska kepada vania.
"Gustii help gue! Pandangannya ya gusti cakep benerrr!" hati Vania meronta-ronta saat Vraska menatap dirinya.
"Halo? Alasannya apa Vania?" tanya Vraska sembari berusaha menyadarkan Vania dari lamunan.
"Eh iya. A-alasannya karena kalo trip itu ya enaknya pake bus. Perjalanannya lebih kerasa. Ya gak Ra?" senggol Vania kepada Aora sambil menetralkan perasaannya yang gugup.
"E-eh iya. Aora juga pilih bus."
"Ok yang lain gimana?" Vraska meminta usul kepada siswa-siswi yang lain.
"Gue ngikut."
"Gue setuju."
"Lo gimana?" tanya Vraska kepada Revan tapi tidak kunjung dijawab.
"Revan, itu ditanya sama Vraska," senggol Aora.
"Gue ngikut aja anjir berisik amat sih."
"Oke fix bus ya."
"Untuk informasi lainnya, bisa kalian liat di brosur. Yang belum dapet silahkan angkat tangan."
Dua siswa perempuan mengangkat tangannya karena belum mendapatkan brosur trip.
"Oke. Ini aja ya yang belum, ntar gue bagiin brosurnya nyusul ya."
"Sekian terimakasih atas perhatiannya," pamit Vraska sebelum meninggalkan kelas.
---
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Aora dan Vania berencana pergi bersama ke accesories store untuk trip ke Bandung nanti.
Saat sampai, Aora langsung gerak cepat saat melihat beragam baju dan celana yang bagus dengan harga terjangkau.
"Eh Raaa tungguin guee!!"
"Sini Van. Liat nih bajunya bagus tapi harganya murah pake bangett," ucap Aora sangat bersemangat.
"Kayak emak-emak aja lo. Gila diskon."
"Biarin ih."
Setelah dua jam belanja keperluan untuk trip, Aora kembali ke rumah mendahului Vania.
"Ma pa, Aora pulang," sambut Aora kepada kedua orangtuanya itu.
"Sini Ra. Kumpul di taman belakang," teriak Dedi dari belakang rumah.
"Iya pa bentar. Aora ganti baju dulu."
Aora tidak perlu memakan waktu lama untuk berganti pakaian. Setelah selesai ia langsung turun ke lantai bawah untuk menemui Rini dan Dedi.
"Hai pa ma," sapa Aora.
"Eh haii sayang. Sini duduk di sebelah mama," tawar Rini kepada anaknya.
"Papa, mama. Kalo gak salah tiga hari lagi seangkatannya kelasnya Aora bakal trip ke Bandung."
"Trip ke Bandung? Papa gak setuju," ucap Dedi serius.
Aora yang tadinya bersemangat, kini menjadi lunglai.
"Loh pa? Kenapa Aora gak boleh ikut trip?" Rini berusaha membantu Aora. Ia sangat tahu bahwa anaknya itu ingin sekali mengikuti kegiatan trip.
"Trip itu bahaya. Apalagi kamu naik bus, liat tuh berita-berita di tv bus kecelakaan," sikap protektif Dedi mulai keluar.
"Hus pa. Gak boleh papa ngomong gitu. Sama aja doain anaknya sendiri."
"Bukannya papa doain. Tapi papa ngomong kenyataan."
"Pa dengerin mama. Trip itu gak bahaya pa. Kesalahan bus itu juga tergantung dari supirnya. Tapi kan ini bus milik sekolah Aora sendiri, mama yakin pasti aman."
"Papa inget kan acara trip Aora waktu masih kelas sepuluh? Naik bus juga kan pa? Gak bahaya kok," tambah Rini berusaha meyakinkan suaminya.
Perkataan Rini membuat Dedi terus berpikir keras.
"Ya udah deh papa ijinin. Tapi kamu harus hati-hati ya Ra," akhirnya Dedi luluh oleh bujukan istrinya.
Aora yang mendengar sontak kesenangan.
"Makasih ya pa. Aora sayang papa sama mama," Aora memeluk kedua orangtuanya.
---
Revan menghampiri Sandy yang sedang membaca koran di ruang keluarga.
"Pa, hari Jumat angkatan Revan bakal trip ke Bandung."
"Wah bagus dong," jawab Sandy sambil menyeduh segelas kopi panas.
"Naik apa ke Bandung?"
"Bus pa."
"Sip. Kalo ada peralatan yang belum kamu punya, kamu kasih tau papa ya. Biar nanti kita beli bareng-bareng di Mall," tawar Sandy kepada anak satu-satunya itu.
"Kayaknya sih udah lengkap pa. Nanti kalo ada yang kurang, Revan kasih tau papa."
"Sip pinter."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl (Completed)
Fiksi RemajaBIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YA!! Jgn lupa vote jugaaa!!! SEQUEL DI PUBLISH JIKA TEMBUS 500K VIEWERS <><><><><><><><><><><> Kesalahan yang Revan dan Aora perbuat menyebabkan mereka terjerumus ke dalam pernikahan. Tapi tunggu dulu! Saat mereka menjal...