Prolog

23 10 8
                                    


Pelajaran yang Aleta dapatkan saat bersama Dava adalah sejauh mana pun dia melangkah. jika dia merupakan bagian dari takdirku, maka akan tetap jadi milikku.

****

Sial!
Hari Aleta bangun tepat setengah jam sebelum gerbang sekolah ditututup. " Bunda, kok, nggak bangunin Al siih?"cewek itu mencebikkan bibir mendapati kedua orang tuanya kini hampir selesai sarapan sementara dia baru turun dari kamar dengan seragam yang terpasang acak-acakan.

"Hei,kamu itu udah bunda bangunin dari satu jam yang lalu!"

Aleta mendengus, cewek itu tidak bisa membalas ucapan dari bundanya dan buru-buru menyalami bunda dan ayahnya. " Al berangkat ya,udah telat" ucap aleta sambil melirik jam yang melingkar ditangannya.

Usai berpamitan, aleta segera berlari menuju garasi dan menyalahkan motor kesayangan. Aleta mengigit bibir bawahnya mengumpulkan keberanian untuk menerobos lampu merah yang sekarang berada dihadapannya. Aleta hanya bisa mengucapkan maaf dalam hatinya kepada orang-orang diperampatan jalan yang menyumpahinya.

Waktu yang tersisa hanya tiga menit lagi dan aleta harus benar-benar memanfaatkan waktu yang sedikit itu. Beribu syukur aleta ucapkan melihat gerbang sekolah belum ditutup. Pak satpam sepertinya baru akan menutup gerbang dan segera aleta menekan pegal gas membuat pak satpam terkejut dan refleks menjauh dari gerbang.

"yes!!" Aleta bersorak gembira, tepat setelah motor kesayangannya sukses memasuki area sekolah, bel masuk berbunyi. Kini ia bisa bernapas lega. Aleta pun segera mempercepat langkah kakinya menuju ruangan kelasnya.

" Serius al, lo nggak makan nih?" tanya giva yang baru datang sambil membawa semangkuk bakso. Aleta menggelengkan kepalanya, ia sedang tidak berselera makan berkuah pagi ini,lagi pula tadi ia juga sudah sarapan dirumah.

Giva mengangguk sambil meletakkan mangkuk bakso diatas meja,kemudian duduk dikursi yang berhadapan dengan aleta. "surganya siswa dimana saat perut lapar, eh nggak ada guru" ucap giva.
"Setuju apalagi pas pelajaran matematika pula nggak ada guru. Adem bener rasanya."

Giva tertawa. "Ngomong-ngomong pak Bahar kemana ya, tumbem nggak masuk hari ini kesambet apa tuh dia"
Aleta mengedikkan bahu. "Kesambet Jin tomang kali"sambil tertawa. "oh iya giv, gue mau nanya sesuatu,deh" bisik aleta.
"Nanya apaan" Giva menatap aleta heran, untuk apa aleta berbisik kepadanya jika hanya sekedar bertanya.
Aleta menoleh kiri dan kanan, waspada jika nanti ada yang mendengarnya. " Lo kenal nggak sama Dava?".

Giva memberhentikan makannya .ia mengalihkan pandangannya menuju aleta
"maksud Lo, Kak Dava anak XI ipa 3?".
"nggak tahu,gue Cuma tahu namanya. Orangnya tinggi,putih terus pake kacamata tapi tampangnya misterius banget.
"Kayaknya sih iya, itu kak Dava anak kelas XI ipa 3 yang lo maksud", btw dia itu anggota osis disekolah kita,
"eh emangnya dia kenapa?".
Aleta menggelengkan kepalanya. " nggak, gue cuma nanya aja" jawab aleta berbohong.
Giva memandang curiga, matanya sambil tersenyum usil
" Lo naksir ya,sama kak dava?".
"Ngaco lo, nggak mungkin gue naksir cowok kayak gitu!" ucap Aleta sewot.
" Kok lo sewot,sih? Tu kan, suka. Naksir,ya? Nggak apa-apa kali, dia juga lagi jomblo sekarang. Lumayan,tahu! Udah ganteng, anggota osis, pinter, berkharisma juga. Intinya kalo dia sama Lo, nggak ada yang bakal kebanting,kalian selevel gitu'".
" ga jelas Lo, cepetan habisin bakso lo, entar keburu jam matematika selesai." Aleta melipat tangan nya didepan dada dengan wajah kesal.

Terdengar suara derap langkah yang semakin lama semakin keras. Awalnya sih, Aleta tak peduli,tapi namanya dipanggil, gadis itu menoleh kebelakang. Dia melihat intan yang sedang berlari kearahnya. " Gawat! kelas kita ada bencana, dan bisa-bisanya kalian makan santai disini".

Aleta dan Giva menatap intan binggung, baru datang, intan sudah berkata seperti itu. "Kalian berdua dicari pak Bahar" ujar intan dengan wajah pucat basi.

Aleta yang mendengarnya,lantas kaget
" pak Bahar?!" pekiknya bersama Giva.
" Bukan pak Bahar nggak masuk ya?" tanya Aleta khawatir. Ya,ia khawatir dengan keselamatannya setelah ini.
"Aduh! Ceritanya panjang, sekarang lo berdua dicariin. Tadi Pak Bahar marah-marah gegara kalian nggak ada dikelas. Katanya sekalipun nggak ada guru kita nggak boleh Keluar kelas".

Cerita Cinta AletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang