14

415 70 0
                                    

"Kau merasa baikan?" tanyanya saat memasuki kamar dengan termometer di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau merasa baikan?" tanyanya saat memasuki kamar dengan termometer di tangannya. Aku mengangguk dengan senyuman. Dia duduk di ranjang, menyuruhku membuka mulut dan kulakukan. Dia meletakkan termometer si mulutku.

"36 derajat. Demammu sudah sembuh." Dia membacanya saat menarik termometer dari mulutku.

"Bagus. Aku harus keluar dan menghirup udara segar. Aku akan lelah kalau di sini lebih lama lagi," candaku dan beranjak dari ranjang. Tapi, kakiku malah sebaliknya dan aku hampir jatuh sampai Yoongi menahanku.

"Dasar ceroboh," katanya dan meletakkan salah satu lenganku di pundaknya. Dan dia meletakkan satu tangannya di pinggangku.

"Kurasa kalau begini kau butuh kursi roda," candanya. Aku menatapnya tajam dan menggunakan tanganku yang bebas untuk memukul dadanya.

"Aw! Kenapa kau sangat kuat padahal masih lemah?"

"Duh, aku punya kekuatan tersembunyi." Aku menyeringai. Dia hanya tertawa. Dia membantuku duduk di sofa dan pergi ke dapur. Dia kembali dengan satu tangan memegang piring berisi pancake dan satunya memegang minuman. Aku mengenal kemasannya, dari Starbucks. Dan aku juga mengenali pancake itu. Itu dari McDonalds.

Aku menyeringai, dia masih ingat yang kukatakan tentang itu.

"Kejutan. Ini kesukaanmu," katanya dan meletakkan keduanya di meja kecil.

"Kurasa sekarang kau punya tenaga untuk memegang sendok? Atau kau mau kusuapi? Aku akan dengan senang hati melakukannya. Dia menyeringai. Kujulurkan lidahku dan meraih piring berisi pancake, meletakkannya di atas bantal yang ada di pangkuanku.

"Sudah lama aku tidak makan ini. Tapi rasanya tetap enak," gumamku sembari mengunyah pancake. Kuteguk minumanku dan merasa seperti di surga dengan makanan di mana-mana.

"Eum, jadi," Yoongi berkata sambil menatapku tengah makan.

"Tunggu. Biar kutanya," kataku dan menelan makananku.

"Apa sekarang kau bisa memberiku password wi-fimu?"

"Kau akan tahu besok."

"Kenapa besok?"

"Ingin saja."

"Ish, kenapa tidak langsung kau berikan saja. Lagian itu tidak akan seharga nyawamu." Keningku mengernyit. Yoongi terkekeh dan mencubit pipiku. "Sabar, akan kuberikan besok. Sumpah. Kalau tidak, kau bisa memotong itu ku."

Aku menyeringai. "Oke, baiklah. Aku akan benar-benar memotong milikmu, oke? Jangan coba-coba menarik ucapanmu."

"Tidak, aku tidak akan menarik ucapanku."

~ ¤ ☆ ¤ ~

A r a

01 Januari 2021

Wi-Fi Password ➳ MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang