Part 13

10.5K 978 71
                                    




Happy Reading


Bibir tipis pucat dan sedikit bergetar itu menyunggingkan senyuman yang begitu menawan hati, pandangan matanya memancarkan tatapan kelegaan entah karena apa, sambil menengok ke belakang kala dirinya mendengar teriakan dua orang yang menjadi alasan terbesarnya untuk tetap melangkah ke tengah jalanan menunggu truk di belakangnya dengan kecepatan sedang menubruk tubuh ringkihnya yang sudah tak berharga.

Tidak peduli dengan teriakan panik kedua orang yang dengan tergesa-gesa untuk menghampirinya, mencoba untuk menjauhkan dirinya dari maut yang siap dia jemput sendiri.

Untuk apa dia tetap bertahan pada kejamnya dunia jika dirinya tidak pernah di izinkan untuk bahagia di sini, untuk apa dirinya tetap menghirup udara yang hanya membawa kesesakan bagi dirinya, kalau berada di sini hanya dijadikan boneka seks orang lain saja. Bukankah hidupnya sangat tidak berharga?

Bunyi klakson terus berdengung dengan keras di telinganya, laju mobil tidak dapat di perlambat lagi, namun langkah lebar Donghyuck pun tidak kalah cepat dengan laju mobil, dengan penuh amarah di tariknya lengan pria mungilnya lalu di dekapnya dengan erat tubuh ringkih itu.

"APA KAMU UDAH GILA NJUN? KALAU SAMPAI KAMU KETABRAK GIMANA? HA? KAMU PIKIR AKU BAKALAN NINGGALIN KAMU GITU AJA? GAK AKAN SAYANG GAK AKAN PERNAH" dengan amarah bercampur dengan kekuatiran yang begitu besar di lampiaskan pada si manis kesayangannya.

Bagaimana kalau sampai Renjunnya tertabrak tadi, lalu pergi meninggalkannya dengan cinta keduanya yang bahkan belum saling bersambut, tidak, jangan sampai, bahkan membayangkannya saja sudah membuat puluhan pedang serasa menyayat hatinya.

Rasa kuatirnya yang begitu besar dia salurkan dengan tangisan piluh melihat dalam jarak dekat betapa mengenaskan penampilan pujaan hatinya, punggung sempitnya di penuhi dengan bekas pukulan yang sudah menjadi luka penuh darah yang mengering, wajah mulusnya yang menawan kini terhalangi oleh lebam pada sudut bibirnya juga pipi gembilnya, dan terakhir luka pada telapak kakinya tanpa alas kaki akibat pecahan beling yang menusuk, serta kaki jenjangnya yang terekspos tanpa adanya celana panjang yang menutupi.

Sungguh mengapa begitu menyakitkan melihat orang yang dicintainya ini mendapat cobaan terus-menurus tanpa henti, mulai dari dirinya, teman kampus mereka, serta si bajingan brengsek yang hampir saja membuat manisnya hampir kehilangan nyawa.

"H-hyuckie? ini b-beneran k-kamu kan?" suara Renjun semakin melemah dalam dekapan Donghyuck, matanya perlahan-lahan terpejam dengan senyuman tipis tersemat pada bibir tipisnya.

"Njun? Hei? Sayang? Iya ini beneran Hyuckie kamu, Renjun hei bangun sayang, Njun?" Donghyuck semakin panik dibuat oleh Renjun yang tubuhnya semakin melemah dalam dekapannya, serta matanya yang sudah sepenuhnya terpejam.

Dirinya menepuk-nepuk dengan pelan pipi berisi pemuda Huang itu, deraian air matanya semakin deras sambil memeluk Renjun dengan sangat erat.

Suara derap langkah kaki yang terburu-buru terdengar di balik ketiga orang itu, Jesie yang hanya bisa diam melihat seberapa besar rasa kuatir Donghyuck terhadap cintanya menengok kebelakang melihat para anggota thunder yang lain di tambah dengan sahabat sekaligus sepupu dari pemuda mungil yang ada dalam dekapan Donghyuck.

Mereka dengan tergesa-gesa menghampiri ketiganya, raut wajah kekuatiran dari semuanya tidak berbeda jauh dengan raut wajah Donghyuck yang masih setia memeluk si pujaan hati.

Near (HyuckRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang