"Makasi ya, entar kalau mau pesan lagi langsung hubungi gue aja," ucap Norma memberikan sebungkus plastik berwarna putih kepada Tama.
"Bukan gue yang pesan, tapi tante."
"Ya kali aja mau pesan lagi gitu, kopi bikinan gue selalu enak di lidah semua orang."
"Gue nggak suka kopi lo," jawab Tama.
Norma memasang wajah datarnya, kemudian pergi masuk kedalam rumah meninggalkan temannya yang masih berdiri di sebelah vespa matic.
"Geni, sini dulu deh," Tama memanggil.
Pemuda yang sudah berada di ambang pintu itu berbalik, namun enggan menghampiri temannya. Alisnya naik sebelah dengan tangan yang menyilang di depan dada, menunggu kata-kata selanjutnya dari Tama.
"Dika sama Ulani bisa balikan nggak ya?" tanya Tama.
"Bisa, kalau Ulani masih mau sama tuh cowok."
"Gue suka sama Ulani."
Lantas Norma mendekat, tangannya menepuk pundak Tama keras. Sambil menatap tajam kearah pemuda itu ia berkata, "Tapi Ulani lebih cocok sama Dika, daripada lo."
"Mereka nggak ada hubungan lagi."
"Jangan ganggu mereka."
"Kenapa?"
"Dika masih suka sama tuh cewek."
"Emangnya Ulani masih suka sama Dika?" sarkas Tama.
Norma terdiam, pandangannya menuju kearah bawah. Bingung hendak menjawab apa, sebab perihal itu ia tidak tahu.
"Gue cabut dulu."
Setelah itu terdengar suara vespa milik Tama berjalan menjauh dari perkarangan rumah milik Norma.
-peduli dengan mantan-
Dana sedang santai duduk di atas sofa sambil menonton televisi yang menayangkan 2 orang kakak beradik. Yang satu tidak memiliki rambut, sedangkan satunya memiliki rambut seperti tangkai bunga.
Dika datang dengan santainya sambil membawa sepiring nasi kuning, kemudian ia duduk di sebelah adiknya. Menyuap sesendok nasi kuning ke dalam mulutnya.
"Bang minta dong," ucap Dana menoleh.
"Ghuwe lapah mawhu macan," jawab Dika yang masih mengunyah itu.
"Lo ngomong apa si bang."
Dika menelan hasil kunyahan itu, "Gue lapar mau makan."
"Minta dikit doang bang."
"Ambil sendiri di dapur sana."
Dana berdecak kemudian mematikan televisi dan berjalan kearah kamarnya, membanting pintu keras. Membuat Dika tersedak dan langsung mengumpat.
"Dana sialan, kek anak kecil aja anjir."
"GUE DENGER BANG," teriak adiknya dari arah kamar.
Dika tidak menghiraukan, ia tetap melanjutkan makannya sampai habis.
Tidak lama kemudian Dana kembali datang, sambil membawa ponsel miliknya. Memperlihatkan layar yang berisi obrolannya dengan Norma kehadapan sang kakak.
"Apa?" Dika masih sibuk dengan piring nasi kuningnya.
"Baca dulu deh bang."
"Gue sibuk makan, jangan di ganggu deh," jawab Dika setengah kesal.
"Kata bang Geni, temannya ada yang suka sama Ulani."
"Terus kenapa?"
"Ya udah nggak jadi, lanjutin aja makannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Peduli dengan mantan | ON GOING
Roman d'amourDika yang baru saja kembali dari luar negeri, atau lebih tepatnya tidak betah hidup di luar negeri harus kembali bertemu dengan mantannya. Mantan SMA yang ia putuskan hubungan dengan alasan yang tidak pernah diketahui alasannya, sebenarnya Dika masi...