Hari ini adalah hari dimana Sherly akan tinggal jauh dari sang Oma, menetap di negara kelahirannya Indonesia sampai lulus SMA.
Kayona Sherly Marilyne adalah gadis remaja berdarah campuran. Dedynya berdarah Inggris dan Momynya berdarah Indonesia.
Dady dan Momynya sudah lama menetap di Jakarta. Tetapi tidak dengan Sherly, gadis itu sejak kecil menetap di Inggris bersama Omanya.
Meski pun Sherly tidak tinggal bersama kedua orang tuanya, gadis blasteran itu rutin ke Indonesia bersama sang Oma.
Tetapi sudah dua tahun sang Oma menderita sakit parah, hal itu membuat Sherly datang ke Indonesia bersama sang paman, terkadang juga kedua orang tuanya langsung yang pergi ke Landen.
Tepat satu Minggu Sherly ditinggal sang Oma ke negara singa untuk menjalankan pengobatan disana, kedua orang tuanya mengajak gadis itu ke Indonesia untuk menyelesaikan sekolahnya yang tinggal setahun.
Pada awalnya Sherly menolak mentah-mentah ajakan itu. Tetapi gadis itu takut sang Oma memikirkan Sherly yang sendiri di Landen, akhirnya Sherly setuju untuk menetap di Indonesia sampai waktu kelulusannya.
Tapi, bagaimana jika akhirnya Sherly mencintai pemuda dari negara kelahirannya? Akankah ia menetap di Indonesia? Atau ia akan menemani sang Oma di masa tuanya?.
* * * *
"Oma, hari ini Sherly akan pergi ke Indonesia. Nanti jika hari libur Sherly akan sering berkunjung kembali ke Singapura, Oma cepat sembuh ya."
Wanita tua yang berbaring di ranjang rumah sakit itu tersenyum menghadap sang cucu. Wajah cantik itu semakin terlihat mengerut dan pucat, meski terlihat rentan wanita tua itu tak ingin melihat cucu kesayangannya khawatir, tangan kirinya yang bebas mengelus kepala cucu bungsunya sayang.
"Iya Sherly. Oma juga sudah merasa lebih baik dari sebelumnya, apa lagi mendengar cucu Oma yang cantik akan sering datang menjenguk."
Sherly memeluk tubuh tua sang Oma.
"Maafin Oma ya."
Sherly meletakan kepalanya di dada wanita tua yang telah mengurusnya sendari kecil.
"Minta maaf untuk apa? Oma enggak punya salah sama Sherly, malah Sherly yang sering ngerepotin Oma."
"Maaf Oma belum bisa ngejagain cucu Oma sampai lulus sekolah."
Sherly mendengak menatap wajah wanita tua di depannya.
"Kok Oma nangis? Kata Oma kita enggak boleh cengeng."
Tangan Sherly menghapus air mata yang membasahi pipi sang Oma.
Wanita tua itu terkekeh.
"Cucu Oma sekarang udah besar ya?"
Wanita tua itu mencoba bangkit duduk yang langsung dibantu sang cucu.
"Oma tiduran aja."
"Oma capek, dari tadi tiduran terus."
Sherly duduk di samping wanita tua itu, tangannya bergerak memijiti kaki sang Oma.
"Oma cepet sembuh, biar kita bisa tinggal di Landen lagi."
Wanita tua itu mengulas senyum.
"Sherly janji! Kalau Oma udah sembuh dan udah boleh pulang, Sherly akan kuliah di Landen."
Wanita tua itu kembali mengulas senyum.
"Emang Sherly enggak mau kuliah di Jakarta? Tinggal sama Dedi dan Momy disana?"
Sherly menggeleng tegas.
"Sherly mau jagain Oma, kaya Oma jagain Sherly waktu kecil."
Wanita tua itu terkekeh.
"Wah, cucu Oma yang satu ini baik sekali, makasih ya sayang."
Sherly mengangguk. Kini tangannya beralih memijat tangan kiri wanita tua itu.
"Tapi kalau nanti cucu Oma yang cantik ini jatuh cinta sama orang sana gimana?"
Sherly mengerucutkan bibirnya.
Wanita tua itu terkekeh melihat ekspresi sang cucu.
"Kenapa? Wajarkan kalau cucu Oma suka sama lawan jenis?"
"Oma!."
Wanita tua itu mengulum senyum.
"Apa Sherly?"
Sherly mendengak menatap wajah sang Oma.
"Sherly enggak akan jatuh cinta Oma! Lagi juga Sherly hanya satu tahun disana, enggak mungkin Sherly bisa jatuh cinta."
"Enggak ada yang enggak mungkin, nak. Apa lagi cowok-cowok di Indonesia itu punya pesona yang enggak gampang diabaikan."
"Tapi kalau sampai Sherly punya pacar disana, Sherly enggak akan susah buat ninggalin siapa pun dia. Karena Sherly di Indonesia hanya sebentar, rasanya mustahil jika sulit meninggalkan."
Baru saja wanita tua itu ingin berkata, suara seseorang menghentikannya.
"Good morning!."
Sontak mereka berdua menoleh ke arah pintu.
"Momy!."
Sherly berhambur ke dalam pelukan wanita cantik yang berdiri di depan pintu.
"Bagaimana kabar Momy?"
"Momy baik sayang."
Yang dipeluk Momy aja, Dedy enggak?"
Sherly menoleh ke samping, tangannya terlepas dari tubuh wanita cantik di hadapannya.
"Dedy!."
Seru Sherly sambil memeluk lelaki gagah yang berdiri di samping Momy.
"Apa kabar anak Dedy? Makin cantik aja."
"Baik Ded."
"Ella!"
Sontak semua menoleh ke asal suara.
"Mom!"
Daniel berjalan mendekati sang ibu lalu mencium tangan wanita tua yang telah melahirkannya.
Ella menyusul sang suami lalu memeluk tubuh tua sang mertua.
Sherly duduk di sofa samping ranjang sang Oma, memberi ruang untuk kedua orang tuanya melepas rindu.
* * *
Sherly menitikan air mata mengingat kejadian tadi pagi bersama sang Oma. Baru tadi pagi Sherly bercengkrama dengan Oma, kini dirinya sudah berada di Indonesia.
Malam ini Sherly telah sampai di bandara Halim Perdanakusuma. Waktu telah menunjukkan 21:48 tetapi mobil yang ditumpanginya masih saja terkena macet, satu hal yang selalu Sherly ingat dari Indonesia, jalanan Ibu Kota yang selalu ramai setiap waktunya.
"Sherly!"
Gadis itu mengalihkan pandangan dari kaca mobil menatap sang Dedy yang sedang mengemudi.
"Ada apa, Ded?"
"Udah ngantuk belum?"
Ella menoleh kebelakang menatap anak semata wayangnya.
Sherly menggeleng.
Ella kembali menatap jalanan yang sedikit lengang dari kaca depan.
"Dedi sama Momy udah ngurusin surat perpindahan kamu ke sekolah yang baru, kata pihak sekolah kamu besok udah boleh masuk. Tapi kalau masih capek, besok lusa aja masuknya."
Sherly mengangguk kecil.
"Besok Momy sama Dedy juga mau ke Bali sebentar, ngurusin proyek yang bermasalah disana. Tapi kami usahain malam sudah sampai rumah."
Sherly mengangguk kembali, matanya menerawang jauh ke depan.
"Maaf ya nak, Momy sama Dedy belum bisa nemenin kamu."
Sherly mengulas senyum menatap lelaki gagah yang sedang menatapnya dari kaca dalam.
"Enggak apa-apa, Sherly ngerti, Momy sama Dedy kerja juga buat Sherly."
* * *
TBC!.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Of Love.
Romance"Kayona Sherly Marlyne!!" Seruan dari belakang membuat Sherly sontak menoleh. "Babe, tunggu gue!" Cowok asing itu berlari kecil menghampirinya. Sherly menghentikan langkahnya, ia menautkan alis ketika cowok asing itu tepat berdiri di depannya. "I lo...