40. Kembalinya Masa Lalu

3.1K 203 12
                                    

40. Kembalinya Masa Lalu

Perlahan-lahan tubuh Railin melorot ke bawah. Air mata yang sedari tadi ia bendung, kini lolos mengalir di pipinya. Railin merasakan hatinya begitu sakit. Rasa sakit yang sama, setiap kali Refan membentaknya. Rasanya begitu sakit, ketika seseorang yang begitu dekat dengannya tiba-tiba berubah tanpa alasan jelas.

Rey, Joy, dan Ardan saling berpandangan. Selama mereka bersahabatan dengan Arsan, baru kali ini Arsan menunjukkan sikapnya yang begitu sulit di pahami. Arsan tidak pernah seperti ini, bahkan ia mengucapkan bahwa ini bukan urusan mereka. Ada yang aneh dari Arsan hari ini.

"Dia kenapa sih? Tumben banget."

"Gue juga gak tahu, Dan. Arsan gak pernah kayak gini," jawab Rey, membalas pertanyaan Ardan.

"Rai? Lo gak papa, kan?" tanya Mitha, mensejajarkan tubuhnya dengan Railin.

Gadis itu hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala singkat.

"Rai, gue tahu kalau kelemahan seorang perempuan adalah ketika orang yang paling dekat sama dia, itu ngebentaknya. Tapi gue tahu, lo kuat!" ujar Sella, berusaha menenangkan Railin.

Lagi-lagi Railin menggeleng. Pandangannya begitu kosong. "Bukan karena bentakan Arsan. Gue udah terbiasa dari dulu. Bahkan gue udah mati rasa. Gue cuma benci diri gue sendiri, karena setiap kali gue dekat sama seseorang, orang itu pasti berubah karena gue."

Mitha dan Sella menggeleng tegas. Mereka menggenggam tangan Railin. "Ini bukan salah lo, Rai."

"Iya Rai, masih ada kita buat lo! Kita pasti akan selalu ada buat lo," ujar Sella, membenarkan ucapan Mitha.

Pandangan Railin mengarah pada Sella, kemudian beralih pada Mitha. Railin menyunggingkan senyumnya. "Makasih."

Sella dan Mitha ikut tersenyum, kemudian mereka bertiga saling berpelukan. Mendengar sahabat Railin dulu telah meninggalkannya, Sella dan Mitha berjanji untuk menjadi pengganti ke-dua sahabat Railin dahulu. Sella dan Mitha, akan mencoba menjadi sahabat yang baik.

•••

Setelah kejadian di perpustakaan tadi, Railin, Rey, Joy, Ardan, Mitha, dan Sella kembali ke kelas mereka. Dan saat ini, mereka tengah duduk di kursi mereka masing-masing. Hanya Arsan yang tidak ada di dalam kelas itu. Railin hanya menatap kursi yang ada di sampingnya, hanya ada tas milik Arsan di situ.

"Selamat siang anak-anak," sapa sang guru yang baru saja masuk sambil berjalan pada meja guru.

"Siang bu..." jawab semua murid yang ada di dalam kelas itu.

"Semuanya sudah masuk kelas?" tanya guru itu. Semua murid terdiam, lalu guru itu melihat-lihat ke seluruh kelas. Dan ia melihat ada satu kursi yang kosong di sebelah Railin. Guru itupun bertanya,"Railin? Di mana Arsan?"

Railin mendongak. "Saya, tidak tahu bu."

"Rey, Joy, Ardan? Dimana Arsan?" tanya guru itu kepada mereka.

"Kita juga nggak tahu, bu."

Guru itu mengernyit bingung. "Bukannya kalian selalu bareng?"

"Permisi," ucap seseorang dari arah pintu, dengan satu orang lagi berada di sampingnya.

"Eh? Kamu anak baru, ya?" tanya guru itu.

"Iya, bu."

"Silahkan masuk. Kamu Arsan, dari mana saja!" ucap guru itu mempersilahkan masuk. Railin, Joy, Rey, dan Ardan yang mendengar nama Arsan pun mendongak.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang