JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. BERUPA VOTE DAN KOMEN YA. TARIMA KASIH 🥰
***
"KALIAN TAU GAK? INI TUH GAK ADA APA-APANYA DIBANDING KITA DULU!"
"JANGAN LEMAH!"
"AYO LARI KELILING LAPANGAN LIMA KALI LAGI!"
"MANA YEL-YELNYA! BARU SEGINI AJA UDAH CAPEK!"
"Woy! Ngomong mulu lo pada gak haus apa?!"
"Jeruk nipis warna biru. Anak osis banyak mau!" pekik Banusastra dari gedung lantai dua sekolah Bakti Sentosa.
"SIAPA ITU YANG NGOMONG?!" kelakar Nitika—Wakil Ketua Osis yang terkenal dengan sikap galak sekaligus juteknya.
"KALAU BERANI MAJU SI KE DEPAN! JANGAN NGOMONG DI BELAKANG?!" lanjut Nitika dengan pengeras suara toa masjid yang ia pegang.
Beberapa anggota Osis pun juga merasa dibuat kesal oleh suara mengekang itu. Baru jadi siswa baru sudah buat keributan.
"TUNJUKIN DIRI LO SEKARANG!"
"JANGAN BERANINYA DI BELAKANG DOANG!" Nitika kembali bersuara.
"Gua di atas wey. Nyarinya jangan di barisan!" jawab Banusastra—manusia yang baru saja membuat keributan itu.
Suasana lapangan langsung dibuat gaduh lantaran orang yang berbuat keributan itu ternyata bukan dari barisan para siswa baru. Para osis lantas menatap Banusastra tidak percaya beberapa menatap sinis dan beberapa malah tertawa diam-diam.
"Biar gua urus," kata Adhinata—si ketua Osis. Manusia paling unggul dalam segala hal sama seperti arti namanya dalam bahasa Sansekerta.
Dengan langkah cepat dan tegap Nata—panggilan akrabnya. Menyambangi Banusastra yang asik tertawa tanpa rasa bersalah di atas. Ketika sudah sampai di lantai dua Nata, kemudian langsung melayangkan pukulan ke kepala Banusastra mengunakan buku yang berisi nama-nama siswa beserta pengelompokan kelas.
"ADUH, SIALAN?!" gerutu Banusastra tidak terima.
"WOY SIAPA DAH! BERANI-BERA—"
Pelampiasan kemarahan Banusastra berhenti tiba-tiba saat tahu siapa yang memukulnya.
"Eh ada pak ketua Osis!" kata Banusastra.
Banusastra pun mengulurkan tangannya berniat untuk bersalaman. Namun, Nata tak membalas uluran tangan Banusastra. Ia justru menatap tajam pada cowok dihadapannya itu. Dan menarik kembali tangannya, lalu masuk ke dalam kantung saku celana.
"Lo tuh gak bisa apa gak ganggu gua sekali aja?!" ucap Nata penuh emosi.
"Capek banget gua sama kelakuan lo tau!" keluh Nata.
Shanina yang juga pengurus Osis ikut menyambangi Banusastra. Ia tanpa aba-aba dengan gemas menarik daun telinga Banusastra membuat cowok itu meringis kesakitan.
"A—aduh ... Aduh!" Banusastra dengan cepat menepis tangan yang dengan sembarangan menjewer kupingnya.
"Lo apaan sih?! Sakit tau!" protes Banusastra pada Shanin.
"Sakit ya? Sukurin!" omel Shanina yang sudah merasa jengkel dengan kelakuan teman SMP-nya itu.
"Ya elah nin. Jahat amat lo sama gua," keluh Banusastra menampilkan wajah sedih.
"BODO AMAT!" cetus Shanina.
"Awas sekali lagi lo ganggu. Gua bakal laporin lo ke kepala sekolah!" peringat Nata. Ia dan Shanina pun lantas pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKALA
Teen FictionKala lelah terus berjuang, tapi gak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah men...