- 27 September 2013 -
Page 3 : Here, With You
🍁🍁🍁🍁🍁
Undangan Rapat Wali Murid dan Pengambilan Raport Kelas 5 SD
Jena hanya termenung melihat surat undangan itu tergeletak di meja kamar Rafka. Semenjak Alaska pergi keluar kota beberapa hari yang lalu, Rafka enggan untuk keluar kamar dan mengobrol dengannya. Bahkan Rafka sempat menolak untuk makan.
Jena tau, Rafka sangat lengket dengan Alaska. Tapi Jena menyayangkan keputusan Alaska untuk ikut sang Papa rapat bisnis di Batam selama seminggu.
"Bunda ngapain disini?"
Jena menoleh sejenak, melihat Rafka yang berdiri di ambang pintu dengan handuk di lehernya, habis dari kamar mandi.
"Rafka kenapa gak bilang Bunda kalo besok ada rapat?" tanya Jena sambil menunjukkan surat undangan tersebut ke Rafka.
Rafka menolak untuk menjawab. Ia melempar handuknya asal, lalu merebahkan tubuhnya keatas kasur. Sesekali netra Rafka melirik kearah Jena yang sekarang mulai duduk disampingnya.
"Rafka..."
Rafka masih enggan untuk menjawab. Bahkan sekarang ia menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Rafka marah ya sama Bunda?"
Rafka menggeleng pelan.
Jena menghela napas pelan, perlahan pandangannya tertuju pada frame foto diatas nakas meja belajar Rafka. Jena terus memperhatikan foto tersebut, hingga tak terasa air matanya jatuh menetes.
"Rafka inget nggak, waktu itu Ayah pernah bikinin rumah pohon buat Rafka di belakang rumah. Padahal itu pohon mangga satu-satunya yang Bunda rawat waktu SMA, eh taunya ditebang juga sama Ayahmu. Jadinya Bunda gabisa ngidam mangga lagi deh buat adek kamu sekarang," ujar Jena
Tiba-tiba saja Rafka lompat bangun dari kasurnya.
"B-Bunda sama Ayah... jadi bikin adek?"
Jena mengangguk. Perlahan ia menunjukkan perut besarnya pada Rafka.
Hampir 5 bulan lamanya Jena sengaja memakai pakaian longgar biar gak ketauan Alaska maupun Rafka kalo lagi hamil. Namun sekarang sepertinya sudah saatnya Rafka tau. Jena tak tega melihat Rafka selalu menyembunyikan kesedihannya sendirian. Dan Jena merasa bersalah karena salah satu sifat buruknya itu terpaksa menurun ke Rafka.
Jena tersenyum melihat Rafka begitu tercengang kaget melihat perutnya. "Rafka gamau kenalan sama dedek?"
"Kenalan? Emangnya dedek yang ada di dalem perutnya Bunda cewek atau cowok?" tanya Rafka
"Rafka pengen jagain yang mana?"
"Rafka suka jagain cewek."
🍁🍁🍁🍁🍁
Sesampainya di parkiran, Rafka langsung menghampiri Agnes yang terlihat lagi bersandar di jok salah satu sepeda motor.
"Nungguin lama ya?" Rafka berusaha tersenyum walaupun paru-parunya serasa kembang kempis gak beraturan. "Sorry, tadi ada urusan bentar."
"Gapapa kok," jawab Agnes ramah.
"Beneran?"
Agnes mengangguk tersenyum.
Syukurlah, batin Rafka lega, lalu mengeluarkan motor ninjanya keluar dari parkiran.
Rafka pun men-stater sepeda motornya. Agnes mulai naik ke jok belakang. Ketika Rafka hendak memakai jaket motor dan helmnya, tiba-tiba tangan Agnes memeluk pinggangnya dari belakang.
Sontak saja Rafka terdiam kaku gak bisa gerak saking kagetnya. Apalagi jantungnya sekarang mulai dag dig dug sendiri.
"Agnes... ngapain?" tanya Rafka masih dengan posisinya yang membeku di tempat
"Gapapa. Kamu enak buat dipeluk."
"H-Hah?"
Tak beberapa lama Agnes melepas pelukannya. Akhirnya Rafka bisa duduk dengan benar, meskipun jantungnya masih dangdutan gak berhenti-berhenti.
Sesekali Rafka melirik Agnes dari spion motornya. Agnes tersenyum singkat. Buru-buru Rafka menutup kaca helmnya, biar gak ketahuan.
"Agnes kalo gak nyaman, bisa pegangan tasku aja," ujar Rafka.
Tapi Agnes langsung memeluk erat pinggang Rafka. Lagi. "Aku nyamannya gini. Gapapa kan Raf?"
Rafka kehabisan kata-kata. Untung aja gak kehabisan napas. Dia hanya bisa mengangguk gugup lalu melajukan motornya perlahan. Semoga saja dia masih bisa fokus nyetir. Pesona Agnes bener-bener bikin Rafka gagal fokus.
●●●
Keesokan harinya
Rafka bangun kesiangan soalnya kemaren pulang agak malem dan berakhir tidur kemaleman. Alhasil, sekarang Alaska ngamuk-ngamuk di ruang tamu.
"Udah Ayah bilangin berapa kali sih Rafka? Jangan kelayapan!!"
"Rafka gak kelayapan," tutur Rafka sembari sibuk membenarkan tali sepatunya. "Rafka cuman jalan-jalan bentar sama temen Rafka."
Alaska berkacak pinggang. "Temen yang mana? Siapa namanya?"
Rafka pun ketawa hambar. "Kepo. Udah, Rafka berangkat dulu Yah. Udah telat."
Alaska tiba-tiba berlari menghadang pintu depan sambil merentangkan kedua tangannya.
"Gamau. Jawab Ayah dulu. Keluar sama siapa kemaren? Temen cewek atau cowok?"
"Bukan urusan Ayah." Rafka berpaling membuang muka. "Yah, aku udah telat ini, nanti gaboleh masuk."
"Tenang, ntar berangkat bareng Ayah. Sekolahnya punya Ayah. Pokoknya sekarang kamu jawab dulu pertanyaan Ayah tadi," ujar Alaska
"Sekolahnya punya Oma, bukan punya Ayah. Ayah cuman guru BK."
●●●
"Men men men!!"
"Hm?"
"Gimana kemaren?" Ucup menggeser kursinya untuk duduk di sebelah Rafka. "Aman? Mulus? Lancar jaya kan?"
Rafka hanya memberi jempol ke Ucup. Ia masih fokus push rank Mobile Legend, mumpung lagi jamkos.
"Ceritain dong... gue kan penasaran." Ucup menggerakkan kedua alisnya naik turun.
Rafka terkekeh hambar. "Ya bisa lo tebak sendiri Cup. Nonton film, jalan-jalan bentar, udah itu doang."
"Ah! Gak seru lo!"
"Yaudah."
Ucup mencak-mencak kesel. "Eh tapi, lo udah nembak dia belum?"
"Belum. Niatnya sih hari ini gue bakal nembak dia."
Tbc.
Jangan lupa vote dan comment ya ❤
Vomment dari kalian sangat berharga biar author semangat buat update lagi 😁
Saranghae~
Lope-lopenya jangan lupa 💚💚💚
😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Girl
Teen Fiction"Rafkaaa!! Ini bayi siapa digeletakin di teras!?" Rafka terbelalak kaget, kemudian berlari menghampiri ayahnya di teras. "Bayi??" "Katanya bayi ini bayi kamu. Kamu habis ena-ena sama siapa!!" "Lho Rafka gatau apa-apa Yah" ujar Rafka lalu menatap bin...