Three |Alley and Her Friends|

1.2K 116 9
                                    

Happy Reading 😚😚

***

Hari itu memang Alley tidak masuk ke akun perlambean terbesar di kampusnya atas ciuman tak seronok Anggara, karena teman karibnya lah yang menggantikan posisinya.

Putu --nama temannya-- tertangkap kamera usil salah satu penghuni kampus yang jalur masuknya sesulit mencari tumpukan jarum di antara jerami itu, berjalan dengan cara yang aneh.

Dengan sedikit bumbu-bumbu dari si penulis caption maka boom! Meledaklah berita bahwa Putu baru saja diperawani oleh pacarnya yang berusia enam tahun lebih tua dari Putu itu.

Pacaran sama om-om mah beda. Begitu komentar salah satu warga kampusnya.

Alley sebagai sahabat juga sebagai orang yang pernah berada di posisi itu --masuk akun gosip, tentu saja memberikan dukungan. Setidaknya itu menurut Alley, karena pada kenyataannya Ia malah mencecar sahabatnya, seperti saat ini.

"Si tolol lo beneran baru pecah telor?" Alley dengan mulut tanpa filternya mencerca Putu yang sedang kesulitan menelan bakso karena seluruh mata di kantin kini tertuju padanya.

Wajahnya memerah, antara kesal dengan mulut bocor Alley juga karena kerongkongannya dipaksa meregang ekstra untuk menelan bakso urat berdiameter besar.

Putu terbatuk-batuk.
Ia menyerobot es teh di depannya yang adalah milik Lawu --sahabatnya yang lain.

"Anjir itu punya gue! Asem lah bau jigong lo." Lawu bersungut-sungut.

Apakah Putu merasa bersalah? Maka jawabannya adalah tidak.
Ia malah bersendawa cukup keras hingga siapa saja yang mendegarnya mengernyit jijik.
Putu tertawa puas.

"Heh lo beneran udah dibobol?" Alley mengulangi pertanyaannya, dengan nada sama kerasnya, hingga penghuni kantin memasang telinganya baik-baik. Mereka sama penasarannya dengan keterangan Putu.

Putu berdecak. Ia menoyor kepala Alley kasar.
"Bego lu jangan kenceng-kenceng ceunah!"

Alley meringis. Ia mengelus dahinya yang berdenyut. "Ini dahi udah diklaim punya Anggara ya. Lecet dikit berurusan sama tuh laki lo ntar."

Lawu memutar bola mata, sedangkan Putu berdecak jijik.
Gadis yang dikabarkan baru saja diperawani itu bangkit dari bangku kantin membawa tas dan ponselnya meninggalkan kedua sahabatnya.

Lawu tergesa-gesa mengejar, karena Putu sudah berjanji akan memberinya tumpangan pulang.

Sementara Alley lebih santai.
Ia bahkan sempat-sempatnya mengamati cara jalan Putu.
"Eh iya jalannya aneh." bisiknya tertahan.

***

"Jadi gimana Tu?" Lawu yang duduk di kursi penumpang samping kemudi kembali mengungkit atas kebenaran berita di akun gosip kampus mereka.

Putu yang sedang menyetir menoleh sekilas, sedangkan Alley yang duduk di belakang sedang membalas pesan dari Anggara belum bereaksi.

"Eh ntar jangan bilang-bilang Anggara kalau kita mau ngobam ya. Gue bilangnya lagi kerjain tugas." pinta Alley setelah menyelesaikan chat nya.

Lawu mendesah malas. "Jangan suruh gue bohong sama dia. Terakhir gue bantuin lo bohong, dia datengin kost-an gue cuma buat marah-marah gajelas."

Alley mencebikkan bibirnya. "Yah nggak asik lo." sungutnya.

Ia beralih ke Putu. "Ya Tu? Bantuin gue plis.." ditangkupkannya tangannya di depan dada sembari memasang senyum manis, yang mana tak akan mempan untuk Putu.

Alley's Diaries; How We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang