Prolog

2.6K 183 7
                                    

“AKU PASTI BAKAL JADI KOMIKUS BEKEN !!!”

Anak perempuan itu berteriak kencang ketika melihat bintang jatuh di belakang rumahnya.Sementara anak laki-laki di sebelahnya hanya bisa tertawa ngakak mendengar permohonan cempreng sahabatnya itu

“Harusnya kamu ngomongnya dalam hati aja, Mat.” Katanya terkikik. “ Permohonanmu jadi sia-sia deh…” Tambahnya nyengir.

“ Heeee….” Kontan wajah anak perempuan itu syok mendengar perkataan si anak laki-laki.

“Iya. Peraturannya kan  harus ngomong dalam hati.” Kata si anak laki-laki sok innocent. Padahal kenyataannya boleh-boleh saja memohon kepada bintang jatuh sekeras mungkin.

“Cih…” Sungut si anak perempuan. “Mo gimana lagi.” Katanya pasrah.

Alis si anak laki-laki naik satu. “Cepet amat nyerahnya?” Tanyanya heran.

Mulut si anak perempuan monyong kayak angka tiga. “Habis…” Sungutnya bete. Tiba-tiba dia bersin keras sekali. Tak cocok banget dengan identitasnya sebagai perempuan.

Si anak laki-laki tersenyum. “Nih…” Dia melempar jaketnya kepada si anak perempuan. Menutupi mukannya.

“Ngasih yang bener dong ah…” Sungut si anak perempuan. “Tapi thanks…” Katanya kemudian mengenakan jaket itu.

Si anak perempuan kemudian menatap si anak laki-laki lama. Sorot matanya terlihat agak muram. Karena ini adalah pertemuan terakhir mereka, sebelum si anak laki-laki meninggalkannya ke luar kota di seberang pulau. Mereka berdua saling pandang dan seolah memikirkan hal yang sama. Tak lama kemudian si anak perempuan nyengir.

“Ngomong-ngomong kau minta apa barusan sama bintang jatuh?” Tanyanya penasaran.

Si anak laki-laki terdiam sejenak, kemudian tersenyum misterius.

“Rahasia.” Katanya pendek.

“Dasar pelit.” Protes si anak perempuan.

“Hahaha…”

Suasana malam kembali senyap. Mereka berdua kehabisan bahan pembicaraan lagi. Susah sekali mengungkapkan banyak hal di kepala saat perpisahan datang menghampiri mereka berdua.

“Sering kasih kabar. Oke?” Kata si anak perempuan akhirnya.

Si anak laki-laki mengangguk. “Pasti.” Katanya mengacungkan jempol. “O…ya, sepeninggalanku jangan males makan saking rindunya sama makhluk kece ini. Oke?” Katanya cengar-cengir.

“Narsis.” Cibir si anak perempuan. “Kelaut aja sono.” Tambahnya terkikik sambil menyodokkan siku ke perut si anak laki-laki. Sesaat kemudian mereka kembali tertawa. Mereka pun kembali masuk ke rumah mereka masing-masing. Ya, mereka memang tetanggaan.

.
.
.

“Kita pasti akan ketemu lagi.” Kata si anak laki-laki memandang jendela kamar si anak perempuan yang berhadapan dengan jendela kamarnya.

Dan disaat itu aku akan bersamamu selamanya…. Gumamnya berjanji dalam hati.

☺☺☺☺☺☺☺

Note:
Akhirnya prolog baru dimulai. Gimana menurut kalian? aneh? semoga saja#dihajar.

See next time
Chimut07

Kokoro AntimainstreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang