Dunia ini memang benar berbentuk bulat, sejauh apapun kau melangkah kau akan kembali pada tempat dimana kau memulai untuk melangkah maju. Sejauh apapun kau berjalan suatu saat kau pasti akan kembali pada titik dimana kau memulai semua perjalananmu.
Dan Mino rasa itu benar adanya. Analogi diatas maksudnya. Sejauh apapun ia membuang semua kenangan buruk yang berhubungan dengan Kwon Jiyong rupanya kenangan yang rapat-rapat ia simpan itu pada akhirnya akan kembali muncul ke permukaan.
Kwon Jiyong dan segala perbuatan buruknya yang susah payah Mino kubur jauh-jauh dalam lubuk hati yang paling dalam.
Kwon Jiyong yang ia benci.
Ditambah Choi Siwon yang ia serapahi.
Duo paket lengkap yang susah payah Mino buang dalam hidupnya.
"Kenapa Mino? Kau mengenalnya?"
Pertanyaan Irene seolah mengembang diudara, padahal perempuan itu berbicara dekat sekali dengan telinga Mino. Oh Mino sampai lupa kalau saat ini Irene tengah duduk diatas kedua pahanya.
Seduktif sekali padahal dia baru saja bergumul dengan suaminya.
Mino bisa pastikan itu. Ada bau laki-laki dari sela tubuh perempuan ini dan entah kenapa Mino, tidak suka.
Memangnya siapa yang suka dengan bau pria lain yang ada pada wanita yang kau taksir? Mino masih cukup waras untuk tidak melakukan hal itu ya.
"Kalau bilang aku mengenalnya, bagaimana??" Balas Mino yang malah membalikan pertanyaan sebagai jawaban. Bu Irene menyeringai lalu mengedikkan bahunya tidak perduli.
"Siapapun bisa mengenalnya ko, apalagi dia pengusaha. Cukup terkenal juga" balas Irene acuh.
"Iya, ibu benar ... Akan aneh juga kalau dia tidak bisa dikenali siapapun" balas Mino asal.
Bu Irene menjauhkan kepalanya beberapa centi, perlahan melepaskan tautan kedua lengannya yang sejak tadi melingkar di leher Mino. Alisnya kemudian bahkan naik sesekali.
"Ada apa Mino? Kenapa kau jadi gelisah?"
"A-aku tidak gelisah"
"Oh kufikir kau gelisah" balas Irene dengan seringai halusnya. Mino yang mendengarnya kemudian mendongak dan perlahan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Irene. Mendorong sedikit tubuh mungil itu sampai jarak diantara mereka secara perlahan terpangkas beberapa centi.
"Bau nya masih bisa kucium" gumam Mino dengan wajah masam, tapi kemudian ia mengecup beberapa bagian kepala perempuan itu. Diatas cuping telinga, bagian rambut lalu turun ke pundak.
"Aku belum sempat mandi" elak bu dosen muda itu dengan seringai jahilnya. Ia membiarkan bibir Mino mengendus lagi, mengecup beberapa bagian pundak nya yang memang terekspos oleh mata.
"Ayo kita mandi ... Sama-sama" tawar Mino dengan seringai yang kemudian muncul.
Persetan dengan Choi Siwon dan Kwon Jiyong, saat ini ia butuh sesuatu untuk pelampiasan hasratnya.
"Mandi? Dimana??"
Mino tersenyum mendengarnya. "Aku bisa menggosok punggung anda, ah aku hanya ingin bau suamimu hilang" balas Mino santai.
Bu Irene tertawa lalu melingkarkan kedua kakinya pada pinggang Mino. "Gendong saya"
"Tidak masalah, anda tidak berat" sindir Mino yang kemudian tertawa mengabaikan raut wajah Irene yang tiba-tiba saja cemberut.
"Bagaimana kalau kita berendam di bathub?" Tawar Irene ketika Mino kemudian berdiri dengan tangan memeluk erat pinggangnya. Posisinya persis seperti tengah menggendong seorang anak kecil saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
FanfictionBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...