せる11

842 117 18
                                    

Jisung berada di kantin rumah sakit bersama Hyunjin. Kedua anak Adam tersebut tengah makan siang dengan lahap tanpa beradu suara, hanya setingan sendok saja yang terdengar.

Sampai akhirnya kegiatan makan selesai, Jisung pun memulai pembicaraan dengan Hyunjin.

"Pacar lo serepot itu emang kalau ditinggal?"

Hyunjin tadinya minum dengan tenang pun tersedak, dan menatap nyalang ke arah Jisung. Bisa-bisanya laki-laki berpipi chubby itu mengatai adiknya merepotkan.

"Mengapa kamu bilang dia merepotkan?" Sarkas Hyunjin.

"Karena ditinggal bentar aja udah nyusahin." Jisung menumpu belakang kepalanya.

Hyunjin menaruh gelasnya, memandang kecewa ke arah Jisung. "Dia tidak pernah menyusahkanku, karena dia kekasihku. Kamu paham, Sung?"

"Iya tau, tapiー"

"Sung, bagaimana jika besok kamu memiliki anak seperti Jeongin?"

Jisung mengerutkan keningnya bingung, "maksud lo apa, Hyun?"

" Aku tanya, bagaimana jika suatu saat kamu memiliki anak seperti Jeongin?"

"Y-ya b aja sih. Memangnya kenapa?" Jisung menatap Hyunjin gugup.

"Apa kamu tidak akan menyayanginya?"

"Hyunjin, kenapa topik kita konyol kaya gini?" Jisung tertawa garing.

Hyunjin menghela nafasnya, dan beranjak meninggalkan Jisung. Namun sebelum langkah kakinya menjauh, Hyunjin berujar pelan di telinga Jisung.

"Suatu saat kamu pasti mengerti. Mengapa aku membahas Jeongin dan masa depan kamu."

Hyunjin menepuk pelan bahu Jisung, kemudian pergi dari kantin rumah sakit, menyisakan Jisung yang masih merasa heran.

"Hyunjin kenapa ya?"

かぞく

Minho mengamati tiap sudut wajah Jeongin, terlihat manis di matanya. Minho lupa bahwa dirinya sudah memiliki kekasih.

Benar, ia lupa hanya karena kehadiran Jeongin yang selalu mengusik pikirannya. Tidak hanya itu, bayang-bayang wajah Jeongin menangis disaat memeluknya masih teringat jelas di otaknya. Minho bisa gila lama-lama jika seperti ini terus-menerus.

"Kenapa lo masuk dipikiran gue terus-terusan ya? Padahal lo cuma orang baru."

Minho mengelus pelan pipi Jeongin, tangannya merasakan kulit halus milik Jeongin. Tidak hanya itu saja, ia juga sempat menyentuh bibir Jeongin.

"Bibir loー"

Minho menggelengkan kepalanya, mencoba sadar untuk tidak melakukan hal aneh pada Jeongin. Ia harus ingat posisinya sekarang.

"Tidak, gue pacarnya Hannie. Nggak mungkin gue harus ngelakuin hal ini."

Minho mengalihkan pandangannya dari Jeongin. Menahan dirinya, agar tidak melihat Jeongin. Namun apa daya, keinginan Minho lebih besar daripada kesetiannya.

"Jeongin, maafー"

Laki-laki itu mendekat ke wajah Jeongin, dan mencium serta melumat pelan bibir plum milik si rubah tersebut.

Minho menikmati ciumannya, meski Jeongin tidak sadarkan diri. Jeongin masih lemah untuk bangun, laki-laki berparas bak rubah itu hanya tidur dan melihat dari alam bawah sadarnya.

"Ayah jahat sama ibu ..."

Hai-!! Kita ketemu lagi eheq:v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai-!! Kita ketemu lagi eheq:v

Untuk bocoran, chapter depan akan ada nc alias mantap-mantapan wkwk. Kalian ... Tolong jangan hujad aku kalau tidak bisa bikin sebagus itu hehe.

Jangan lupa tinggalkan jejak^^

[1/2] My Parents [minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang