01• pahlawan kesiangan

447 78 7
                                    

“Kenapa hidup gue gak pernah berjalan dengan sempurna? Hancur semuanya. Oh iya, gue kan bukan makhluk favorit, makanya di uji mulu.“ sambil menghisap rokoknya, Naya mencoba untuk memanjat pagar pembatasan jembatan dan berdiri di sana.

Asap terus bertebaran kemana-mana karena ia tak kunjung melepaskan rokok di mulutnya, malahan, dia terus menghisap nya sampai asap semakin ngebul. Ya, bagi Naya sendiri, rokok adalah alat penghangat tubuh di malam hari.

Sebenarnya ia tengah menunggu temannya yang tak kunjung datang menjemputnya, katanya sih, temannya itu mampir sebentar ke sebuah minimarket untuk membeli rokok dan beberapa alkohol. Tapi, hingga saat ini dia tak kunjung datang menjemput Naya, sampai-sampai dia sudah habis rokok tiga batang.

“Apa enaknya mati muda? Kayaknya gue belom siap. Gue masih mau bebas ngelakuin apapun termasuk ngerokok dan balapan.” Naya berdecak, dia kemudian membuang rokoknya yang sudah pendek ke bawah sungai.

Well, meskipun dia seorang perempuan tapi  dia sangat menyukai dua hal tersebut. Pertama merokok dapat menenangkan dirinya kedua, balapan dapat menambah pundi-pundi uang.

“Harapan gue sebelum mati, gue pengen jadi miliarder. Jadi, sungai. Tungguin gue, begitu semuanya udah tercapai, gue bakal balik lagi kesini.” Naya terkekeh, bicara apa sih dia ini?

Naya kemudian mencondongkan tubuhnya, ia jadi penasaran kira-kira tinggi jembatan ini menuju sungai berapa meter ya? Apakah terjun bebas ke sungai sama dengan terjun dari rooftop atau sebuah rooftop apartemen?

Di samping itu, seorang laki-laki yang kebetulan tengah berjalan kaki di area khusus pejalan kaki, membulatkan matanya saat melihat seorang perempuan yang ingin lompat dari jembatan.

“WOI, JANGAN LOMPAT!“ teriaknya yang tak di gubris sama sekali, malahan perempuan itu semakin mencondongkan tubuhnya dan nyaris jatuh.

Sontak laki-laki itu membuang rokoknya asal dan berlari untuk menarik perempuan itu.

“Tinggi juga, berati yang pernah terjun dari sini nyalinya gede juga——“ suara Naya tercekat manakala kupluk hoodienya di tarik dengan kencang yang menyebabkan keduanya terjatuh ke tanah.

”Lo gila ya?!” Naya berteriak. Perempuan itu dengan cepat mendorong tubuh laki-laki yang menimpanya.

”Lo yang gila, ngapain naik-naik ke pager?! Mau loncat? Lagi stres? Banyak masalah? Banyak hutang? Atau abis di putusin pacar?” Naya merenggu kesal, perempuan itu berdiri tegak. Menatap sinis laki-laki tersebut.

”Berisik Lo! Jangan ikut campur!” Naya melenggang pergi meninggalkan laki-laki itu.

“Woi, hp Lo jatoh!“ Naya reflek membalikkan tubuhnya, dan mengambil ponselnya dari laki-laki tersebut.

“Jangan buru-buru mati, katanya akhirat lebih kejam daripada dunia.”  Naya menaikkan sebelah alisnya.

”Berisik Lo! Gue gak butuh di ceramahin.” laki-laki itu tercengang mendengar penuturan Naya barusan, matanya membulat tak percaya dengan balasan apa yang di berikan oleh perempuan itu. Padahal dia sudah menyelamatkan nyawanya.

Tak lama ponselnya berbunyi, terdengar sebuah notif pesan masuk.

Mama Negara

|Cepet pulang atau Mama pesantrenin kamu!

Laki-laki itu beranjak dari tanah, kemudian merogoh saku jaketnya untuk mengambil permennya. Mamanya gak boleh tau kalau ia merokok diam-diam lagi, gak boleh. Jangan sampai sang Mama menyita uang jajannya.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang