REUNI

11 0 0
                                    

Atalas

Kraaaaak.... "Ahh, Uuh.. ehm.. Yaaaa, Uuh Ooouch."

"Selanjutnya, posisi tubuh bagaimana sayang, di atas oke di bawah boleh uuh ehmm ?."

"Aku pasrah saaayaaaaang uuuuh," suara desahan pelan menyelip di percakapan malam dua insan manusia yang bergelut asmara.

"Sebentar laaaagiii tahaaan saaayaang, tahaan, tahaan."

"Astagaaaaaa..," Boni terkejut.

"Roo nnn nii..," Pak Sem kebingungan arah, ia meraih selimut menutupi aurat tubuhnya yang terpampang bulat tanpa sehelai benang bersama Bu Sem.

"Saa saayang, kenapa bocah ini sampai kesini ??!."

"Maa maaf sayang, nanti kita bicarakan lagi." Pak Sem berjalan membungkuk menemui Boni diujung pintu.

"Maaf Pak Sem, Saya kira ruangan ini Toilet, saya tidak bermaksud untuk mengganggu Bapak dan Ibu, mungkin saya bisa permisi meninggalkan Bapak," Boni membalikkan tubuh berjalan selangkah menjauhi kamar Pak Sem.

"Tunggu Roni."

Boni membatu, ia menggigit bibir bawahnya sembari menahan getaran kaki, semakin dekat Pak Sem menghampiri, dengan serta merta rasa takut memaksa bibirnya mengucap "Saaayaaa bisa untuk menutup mulut saya Pak Sem, menyimpan rahasia ini rapat - rapat."

Pak Sem menepuk pundak Boni dengan hangat, lalu sekejap beralih di hadapan dua mata tak bersalah milik Boni.
Senyum kecil mewarnai suasana tegang di pikiran Boni.

"Roni, ini bukan salah kamu untuk melihat kejadian seperti ini, memang kebiasaan buruk saya selalu lupa menutup pintu kamar rapat, kejadian malam ini biar menjadi pelajaran bagi kita, tidak baik ditiru remaja seusia mu tapi di usia dewasa mu kelak kamu pasti mengerti tanpa harus diajari, sekarang tidak perlu memikirkan bagaimana rasanya, cepat atau lambat saat usiamu mencukupi pasti kamu merasakan juga tentunya disertai tanggung jawab besar sebagai seorang laki - laki, apa perlu bapak sedikit menyinggung pelajaran Biologi ?."

"Hehehe, tidak Pak Sem, saya kira Pak Sem akan marah dan mengusir saya."

Keduanya saling tersenyum lega, diakhir perbincangan Pak Sem memanggil Atalas untuk turun menemui Boni.

"Pak Sem, apakah saya boleh bertanya sedikit tentang Atalas ? Saya teringat dengan apa yang saya temui di kamarnya beserta kebiasaannya," ucap Boni.

Pak Sem serasa diketuk kedua kali oleh rasa kejut.

"Iya, Kebiasaan buruk Atalas," Pak sem menunduk malu seraya menghela nafas panjang.

"Atalas anak yang baik, dia anak lugu dan polos, Atalas adalah korban kesalahan kami. Kelalaian kami selaku orang tua meskipun hanya sebatas orang tua asuh, semenjak dia kecil, kami tidak menyadari ia selalu berdiri di tempatmu tadi. Keegoisan kami untuk selalu berusaha memperoleh anak keturunan sekejap saja melupakan kehadiran Atalas di rumah ini. Sampai pada berkali - kali kami dikejutkan olehnya dan terlambat menyadari, awal mula kami merasa tabu bagaimana cara untuk menjelaskan kejadian - kejadian itu. Hingga dia tumbuh menjadi anak yang dipenuhi rasa penasaran, kami menjumpai Atalas mulai senang oleh hal - hal berbau porno, sekali kami memberikan arahan dan nasihat dia selalu mendebat dan menyalahkan kesalahan kami, bahkan parahnya saya sempat membawanya dari pakar konseling hingga spesialis psikolog, baik menggunakan metode psikoterapi Cognitive Behavioral Therapy hingga berbicara dengan ayah dan ibu kandung Atalas, semua berjalan sia - sia, Atalas selalu marah dan kabur dari rumah jika para orang tuanya memberikan arahan," Pak Sem kembali menghirup nafas panjang.

"Langkah pilihan terakhir kami, memberikannya pengobatan terapi obat dan memasukkannya ke pondok pesantren agama. Namun, langkah pilihan berat itu pupus ketika Atalas bertemu dengan Rengganis."

"Rengganis ?? Almarhumah teman sekelas kami Pak Sem ??!," Boni terkejut memotong cerita Pak Sem.

"Iya, sungguh keajaiban hanya dengan waktu 3 bulan Atalas berubah total semenjak dekat dengan Reng.."

"Rengganis," Sahut Atalas dengan keras sembari menuruni tangga.

Pak Sem dan Boni menghentikan pembicaraan dengan terkejut.


***

"Untuk seorang wanita yang sangat aku cintai, entah aku bodoh atau gila, aku akan menyanyikan lagu untuknya. Cherry.. Dengarkanlah aku sangat mencintaimu, terimalah aku menjadi pacarmu."

"Woooooo wuuuu..!!!." Suara sahutan dari para pendengar.

"Woy Samanta bantu aku," Suara lirih Felis memberi kode arahan.

"Berisik ! Bodoh amat, awas saja kalau kau tidak membayar ku nanti !," Samanta mencibir.

"Suara Mikrofonnya kurang keras bodoh ! Putar lagunya ! Cherry sudah di depan kita !," Felis kembali bersuara lirih.

Malam dimana acara reuni Pak Sem hendak berakhir, Felis memberikan kejutan kepada seluruh tamu dan rekan - rekan timnya...

Ceklik.. (Suara lagu Garuda Di Dadaku - Netral).

"Bodooooh, bukan lagu itu Samanta !."

"Hahahaha Haa haha," Suara tawa para tamu undangan bersahutan terbahak - bahak.

"Aduh salah lagu, sial, oke - oke aku dengar bodoh," Ujar Samanta.

Ceklik... (Suara lagu Janji Suci - Yovie & Nuno).

Dengarkanlah, wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu, dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Felis pun bernyanyi, ia melangkah maju mendekati Cherry dengan membawa setangkai bunga mawar putih, lalu ia menunduk menyerahkan bunga itu di hadapannya.

"Cherry.. Mau kah kau menjadi pacarku ?," pinta Felis.

"Woooooo huuuuu... Terima, Terima, Terima," Suara teriakan para tamu yang menikmati suguhan panggung Felis.

"Sem, murid - murid mu mengingatkan masa muda kita," ucap salah satu teman Pak Sem.

"Aduh apa yang dipikirkan bocah - bocah ini, acara reuni ini membuatku malu," balas Pak Sem.

"Tidak Sem, kau memilih murid - murid yang pintar, kau membuat kami semua mengenang masa remaja kita, aku suka dengan acara mu, bagus sekali Sem. Terimakasih karena membuat kami menjadi muda kembali, meskipun klimaks kejadian ini di akhir acara."

Cherry terkejut setengah mati melihat Felis.

Kita Selamanya RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang