Bismillah,
Erra menatap Nai dengan kecewa. Sebagai sahabat Erra tahu bagaimana hubungan Nai dan Alfi sejak awal, termasuk bagaimana Nai tergila-gila pada Alfi sejak dia masih menjadi koas. Sikap Nai yang berubah dan hubungannya dengan Alfi yang menjadi dingin akhir-akhir ini, ikut membuat Erra khawatir.
"Nai, jangan kekanak-kanakan. Bisa saja perasaan kamu sama Yoga cuma pelarian, karena Alfi bikin kamu kecewa. Menurutku Yoga bukan tipe laki-laki yang bisa kamu ajak serius, pikir lagi, Nai."
Erra menatap Nai sekilas sebelum kemudian keluar dan menutup pintu ruangan. Meninggalkan Nai sendirian dengan pikirannya yang berputar-putar. Dia memang mencintai Alfi, sejak dulu. Ketika dia masih koas, Alfi sudah menjadi dokter spesialis dan Naira begitu kagum pada lelaki pendiam itu. Dokter Alfi yang introvert dan belum pernah dekat dengan perempuan. Itu kabar yang sampai pada Nai.
Alfi memang tipe lelaki serius, dia sangat sibuk belajar demi meraih cita-citanya menjadi dokter, sama seperti almarhum Ayahnya. Lelaki berkulit cerah itu pernah mengaku, dia jatuh cinta ketika masih SMP, itu pun hanya bertahan 3 bulan. Setelahnya Alfi kembali sibuk belajar, mengikuti les ini dan itu, supaya bisa diterima di fakultas kedokteran.
Naira mendesah, peringatan Erra terngiang-ngiang di telinganya. Dia pun sebenarnya tidak mau pernikahannya dengan Alfi gagal, dan jauh di dalam hatinya Nai juga mengakui Alfi suami yang baik. Sayangnya kebaikan Alfi dan sifat mengalahnya terhapus begitu saja dengan bayangan Yoga yang tiba-tiba menyeruak. Naira tersenyum, teringat Yoga yang selalu bisa mengembalikan moodnya.
Lalu, tanpa bisa ditahannya pertemuan pertamanya dengan Yoga terlintas lagi.
Flashback on
"Kamu mau makan apa?" tanya Alfi, lelaki itu sedang membaca buku menu dengan mata menyipit.
"Aku mau sup kepiting asparagus aja, deh,"
"Nggak mau makan steak? Ini steaknya recommended loh,"
"Aku mau makan yang ringan aja, Mas, lagian ini sudah malem," balas Nai. Matanya masih menelusuri deretan menu yang terlihat menggoda.
"Yakin?"
"Iya, yakin. Kalo Mas Alfi mau steak pesen aja, ntar aku nyicip,"
Nai tersenyum, begitu juga dengan suaminya yang duduk di sampingnya. Tangan Alfi menggenggam jemari Nai, mereka berpandangan dengan tatapan penuh cinta. Malam itu Alfi mengajak Nai makan malam untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang kedua. Lelaki itu sengaja tidak memberi tahu Nai bahwa setelah ini ada kejutan manis menunggu Nai. Kejutan yang sudah disiapkan Alfi sejak sebulan yang lalu.
"Sudah siap memesan, Pak?" Seorang waiter mendekat, siap mencatat pesanan Alfi.
"Iya, saya pesen black pepper beef, sup asparagus kepiting, sama jus jeruk dan lemon tea,"
"Baik, Pak. Saya ulangi lagi pesanannya." Waiter itu mengulangi lagi pesanan Alfi, kemudian berlalu. Meninggalkan Nai dan Alfi berdua saja.
5 menit kemudian ...
"Mas, ini ... apa?" Mata Nai membulat sempurna, 3 orang waiter datang dengan sebuah cake, buket bunga dan kotak kado berwarna merah mengilap. Senyum Nai langsung terbit ketika melirik tulisan di atas cake. 'Happy Wedding Anniversary Honey' ditulis dengan cokelat di atas cake beraroma mocca itu.
"Ini spesial buat istriku tercinta," kata Alfi, lelaki itu bangkit dan mencium pipi istrinya. Tangannya meraih buket bunga, lalu memberikannya pada Nai.
"Selamat ulang tahun perkawinan, sayang,"
"Ini ... kado buat kamu, I love you,"
Mata Nai berbinar-binar, Alfi mengulurkan kotak kado itu dan Nai langsung membukanya. Sebuah arloji merk ternama yang sudah lama diinginkan Nai langsung terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Untukmu
RomanceKetika Alfi mulai mencintai Nai, wanita itu memilih untuk menjauh. Spin off 'Orang Tua Sempurna'. Note: sebagaian besar kejadian dalam cerita ini tidak persis sama dengan 'Orang Tua Sempurna'. Hal ini ditujukan sebagai improvisasi untuk membuat ceri...