── 16

294 51 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jadi ceritanya, setelah sogokan martabak kemarin, ralat. Bukan sogokan sih, cuma pancingan aja biar Aruna mau dateng. Pokoknya mereka beneran baikan lagi sekarang. Bahkan udah mulai bawel lagi loh sekarang! Dua manusia itu tadi malam masih ada di balkon rumah keluarga Reksa sampai jam sepuluh malam dan berujung Aruna yang disamperin pakai panggilan mautnya Ayah.

Seperti yang udah diceritakan di paragraf pertama, mereka ini udah mulai baikan lagi dan udah mulai bawel lagi. Buktinya, pagi ini, masih di pukul lima pagi, handphone Aruna sudah menerima 15 notifikasi dari Reksa yang menyuruh si gadis bangun. Kira-kira seperti ini,



REKSA
| Na, bangun.
| sekolah woy!
| Na, kalo lo bangun sekarang
katanya Bunda mau ngasih bekal
| Na, masa kalah sama ayam tetangga
| Na.
| Bangun.
| Ayo sekolah.



Dan beberapa pesan tidak penting lainnya. Ya pokoknya sih tujuannya mau buat Aruna bangun. Double pula, ketukan di pintu kamarnya juga berhasil buat Aruna yang masih memadu kasih sama bantal guling dan kasurnya pagi itu jadi gagal total. Jadi yang Aruna lakuin sekarang itu bangun dari kasurnya, ambil handuk dan langsung mandi pagi walau airnya masih dingin sedikit.

Selesai mandi, Aruna siap-siap untuk pergi sekolah. Kali ini ia berangkat mengenakan seragam olahraga, sebab kelasnya jam pertama hari ini adalah olahraga. Jadi daripada repot-repot ganti baju di sekolah, lebih baik sekalian saja Aruna pakai dari rumah.

"Kak Nana, liat pulpen Daniel nggak?" tanya Daniel dari luar kamar Aruna dengan sedikit berteriak. Aruna yang ditanya jelas mengerutkan dahinya bingung.

"Loh, kok tanya kak Nana? Ya kak Nana nggak tau lah, Iel." Jawab Aruna. Tangannya sibuk meraih beberapa buku untuk dimasukkan ke dalam tas yang akan dibawanya hari ini.

"Ya kan siapa tau kak Nana liat pulpen Daniel. Soalnya pulpennya ilang nggak tau kemana."

Aruna yang ternyata sudah siap itu akhirnya keluar dan membuka pintu kamarnya. Hal yang terpampang jelas di depan pintu adalah Daniel dengan tubuh bongsornya yang hampir menutupi jalan keluar Aruna ini sedang menatap pintu kamarnya dengan bibir yang mengerucut lucu. Aruna jelas terkekeh melihat sang adik yang tiba-tiba menjadi macam iklan susu bebelac begini.

"Emang dek Iel taroh mana pulpennya?" tanya Aruna lagi. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggandeng Daniel menuju ruang makan dan tangan kirinya ia gunakan untuk membawa tasnya.

"Daniel inget narohnya di atas meja belajar, di atas buku matematika. Tapi tadi waktu dicari udah gak ada, kak Nana. Di kolong juga nggak ada." Jawab Daniel seadanya.

"Lagi ngomongin apa sih, penting banget kayaknya sampe alisnya pada mengkerut kaya gitu?" sebuah tanya dari seorang laki-laki menginterupsi keduanya. Itu suara Reksa. Lalu pertanyaannya, kapan manusia ini menjejakkan kakinya di rumah ini?

"Loh, Bang Reksa kapan kesini?" tanya Daniel makin bingung. Sudah bingung masalah pulpen, eh ini ditambah lagi bingung sebab pemuda Adhyasta itu sudah berada di dalam rumah entah sejak kapan. Padahal Daniel yakin sekali ia baru sebentar berdiri di depan kamar Aruna untuk menanyakan keberadaan pulpennya setelah sebelumnya ia terduduk lama di depan televisi.

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang