Hampir satu tahun lamanya Nara jadi anggota di klub baca dan selama itu juga banyak kisah yang terjadi di antara Denara dan Audirga
Entah kebetulan atau memang sengaja, nggak mungkin dalam kurun waktu sehari Denara gak ketemu sama Audirga.
Mulai dari yang nemenin makan terang bulan ampe jam dua pagi lah, ke kelok tiga makan gulai kambing sampe kadang Dirga rapat himpunan pun Nara bersedia nungguin.
Btw, Nara gak nyebat lagi. Entahlah, antara pake ilmu hitam atau ilmu sihir intinya Nara banyak berubah sejak kenal sama si Dirga.
"Pilih satu aja, ngerokok apa ngomong kasar?"
"Ngada-ngada banget."
"Serius ra."
"Apa dih."
"Milih ngomong anjing babi apa ngerokok? Mending anjing babi aja deh ra, soalnya ntar kalau lo ga kasar lagi anak-anak pada berani ama lo. Lagian ga yakin gue omongan lo bisa di rem, gue senggol dikit aja mau raib nyawa gue."
Kadang Nara suka bertanya tanya, Dirga yang banyak omong begini ke Nara aja atau ke yang lain juga sama?
"Mang Atuy tuh ga, sana lo jauh-jauh."
Udah jadi kebiasaan Nara dan Dirga duduk-duduk di pos mang Atuy waktu gak tau lagi mau nongkrong dimana.
Kebetulan Dirga lagi gak ada rapat himpunan, klub baca juga lagi bukan jadwalnya. Mau ke kelok tiga kayanya tiap hari banget kesana.
Apalagi si Dirga banyak gatau tempat, kemana mana ngekorin Nara mulu kerjanya.
"Aloo mang tutuy, kasep pisan euy."
Menurut Dirga, banyak hal dari Nara yang gak mungkin orang lain tau, apalagi yang kenal Nara cuma sekilas. Saking luar biasanya, Nara ini terlalu mahal buat di dengar dari cerita orang-orang. Karena ketutupan citranya yang keliatan bebas, banyak yang menilai Nara dengan semena mena.
Nara ini gak mungkin bisa kalian temukan kalau gak di cari benar benar.
Jangan tanya kenapa Dirga bisa nyaman waktu jalan sama Nara, walau selalu Dirga yang nyari topik pembicaraan atau lebih dominan cerita Dirga yang berusaha di karang-karang. Emang lebih baiknya begitu. Sekalinya Nara angkat bicara, habislah sudah, Dirga gak mungkin bisa berkata kata.
Semua hal-hal yang gak biasa pastinya akan selalu melekat sama Nara.
"Hadeuh ra, basi deh kamu, sana tidur aja udah mamang bersihin tuh di dalem."
"Wow, mang Atuy teh udah gaul yaah, basi mennn."
Nara gak pernah tertarik ngomong sama anak sepelantarannya kecuali Audirga ya, itupun pake perjuangan setengah mati bahkan waktu ada anak FK ngajak Nara jalan ke festival bahasa aja di tolak mentah mentah. Tapi uniknya, Nara malah disini, ngobrol sama orang yang gak pernah keliatan orang lain sama sekali.
Dirga beruntung, beruntung udah mengenal Nara sejauh ini, walau Nara gak sepenuhnya terbuka, Dirga akan selalu jadi orang pertama yang tau cerita tentang Nara.
"Ra inget, lo tu cewe, jangan sembarangan banget kalau main sama orang Ra, apalagi main tidur-tidur gitu aja di pos gini, mana ga keliatan ra. Kalau di apa-apain gimana? Maaf bukannya maksud gue mang Atuy ga bisa di percaya ya tapi kita kan gak tau apa apa ra."
"Tau, lo tenang aja, gak liat apa mang Atuy loyo gitu? mana kuat dia mau macem-macem sama gue, sekali jotos aja lewat kali."
"Ya tapi emang harus banget disini? Mau tidur di tempat kita juga bisa kali ra, lo juga udah ga ada kerjaan, kenapa ga balik ke kos kosan aja?"
"Makin kesini lo makin keliatan bawel banget tau ga. Entar gue tidur di klub baca lo teriak teriak kan berisik banget. Kalau ke kos ya gue malas aja, gak bisa jalan kaki ke kelok tiga, jauh kan soalnya."
"Tapi gak sama mang Atuy juga Ra."
"Ga."
"Apa?"
"Cemburu lo jelek banget ga, masa sama mang Atuy?"
"Hah?"
"Gue kenal mang Atuy udah lama, dari awal masuk juga udah kenal ga. Kasian mang Atuy apa apa sendirian, pernah lo liat ada yang ngajak mang Atuy ngobrol atau apalah? Gak ga, buat sekedar nemenin ngopi atau apa aja enggak ada, padahal mang Atuy rajin banget nyapu satu gedung, gedung lo ni ga. Orang yang harusnya di salamin malah ketutupan banget. Gue tau rasanya sendirian gak punya temen ga, tapi sekarang ada lo? Makasih ya ga, mau temenan sama gue juga berarti mau temenan sama mang Atuy hehehe."
——
KAMU SEDANG MEMBACA
AUDIRGA
Teen Fiction"Kalau gue kehilangan Dirga, sama aja gue kehilangan mata dan telinga. Gue gak bisa melihat apapun yang terang, selain gelap gulita. Gue gak bisa mendengar apapun yang indah kecuali cuman dengungan. Semuanya mati, dunia gue mati. Gak ada lagi yang n...