First touch

1.1K 62 0
                                    

Cuddle, two rounds or more, no bdsm, and long term contract.

Bukan tanpa alasan ia memberikan syarat-syarat itu. Seokjin kesepian, ia haus akan perhatian dan belaian mesra. Ia tidak ingin seolah-olah yang mereka inginkan hanya badannya, lalu dibuang. Sex sekilas, lalu dicampakkan. Seokjin benci diperlakukan seolah barang habis pakai.
***

Seharusnya Seokjin kini sedang menyiapkan dirinya di ranjang mewah di hotel pesanan Jung Hoseok untuk klien nya. Menanggalkan seluruh helai benang yang melilit dikulit, melumuri sekujur tubuh dengan body butter vanilla favorit, menaburkan wewangian di sudut-sudut ruang yang akan menjadi saksi pergumulan panas dan panjang dengan seorang klien seksi pilihannya, Kim Namjoon, yang entah mengapa menuruti segala syarat yang ia ajukan ke Jung Hoseok.

Namun di sinilah Seokjin, duduk menikmati minuman di sudut bar menantikan sosok klien seksi yang sejak tadi terbayang perut kencangnya, dada bidangnya, dan otot kuat di pahanya. Ia meminta Hoseok agar mengatur pertemuan dengan Namjoon di bar, alih-alih langsung di ranjang. Otaknya tak lagi bersih, lekukan tubuh Namjoon beserta sorotan yang mengintimidasi memenuhi sel-sel kewarasan Seokjin, namun keinginannya untuk menikmati alkohol di bar bersama lelaki pemilik tubuhnya malam ini sedikit lebih kuat.

Seokjin membalut tubuh indahnya dengan kemeja hitam berbahan sutra, melepaskan tiga kancing teratas, menampilkan tulang selangka dan dada putihnya. Membuat berpasang mata ingin mengecup ceruk leher Seokjin seganas-ganasnya. Bibirnya ranum, seperti biasa. Tak pernah ia tak mendapatkan tatapan penuh nafsu dari lelaki dan wanita brengsek yang menemukan eksistensi bibir indahnya.

'Glup'
Tegukan terakhir hingga gelas di genggamannya kosong. Seokjin menundukkan kepalanya. Sedetik kemudian ia mendongak, mengenali wajah seseorang selain dirinya yang terpantul di meja kaca. Tak sempat berbicara, tubuh Seokjin bergetar, darahnya berdesir hebat saat Namjoon tiba-tiba melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Seokjin dari belakang dan menarik badan Seokjin hingga beradu dengan perut kencangnya. Namjoon menggigit pelan kuping Seokjin, tak sekali, gigitan kecil ia lancarkan berkali-kali, membuat Seokjin membelalak untuk yang kedua kali.

"Hey pretty" Namjoon berbisik penuh rayu tepat di kuping Seokjin, bibirnya menyentuh daun telinga Seokjin, tak ada tanda akan melepaskannya, justru kini Namjoon memainkan lidahnya di tiap lekuk daun telinga, sengaja menghembuskan nafas kuat-kuat. Seokjin menggelinjang, geli disekujur tubuh membangunkan hasratnya.

"Uh, hey hottie. Stop teasing me, hm?" Seokjin merasakan panas di tubuhnya naik berlipat, tangan kirinya ia lingkarkan ke tengkuk Namjoon yang masih mendekapnya dari belakang, Ia balik menggoda sang klien. Seokjin memainkan jemari jenjangnya di sana, memilin rambut-rambut tipis di sekitar tengkuk, menjambaknya sesekali sambil mendaratkan bibir ranumnya ke pipi dan kuping lawan mainnya —sontak membuat lutut Namjoon melemas sekian detik.

Namjoon manarik tangan kanan Seokjin mempertemukannya dengan tangan Seokjin yang lain di tengkuk yang memanas. Jemari Seokjin tak pernah diam, meremas rambut dengan cengkeraman penuh nafsu, menggelitiki daun telinga Namjoon dengan liar sambil menggoyangkan pinggang rampingnya yang masih dalam kuasa Namjoon. Entah sesuai dengan irama lagu atau tidak, Seokjin tak peduli. Ia terus menggerakkan tubuh moleknya agar bergesekan, Seokjin menuntut ciuman bibir berkali-kali dan selalu diamini. Seokjin suka ini, dia menikmati perkenalannya dengan baik.

Masih dengan posisi memeluk Seokjin dari belakang, Namjoon mencoba menahan nafsu yang memberontak, ada sesuatu yang membakar hasratnya melihat lelaki cantik dipelukannya menuntut ini itu, aneh, ia sama sekali tak keberatan.

Namjoon menikmati setiap inci tubuh Seokjin yang melekat di kulitnya,
Namjoon menikmati seluruh racauan Seokjin,
Namjoon menikmati semua tuntutan Seokjin; ciuman di ceruk leher, gigitan di puncak daun telinga, hingga ciuman rakus selama sepuluh detik.

"May I call you Captain, instead of Daddy?" Seokjin menghujani ceruk leher Namjoon dengan ciuman dan jilatan kecil, sambil merengek manja, memohon dengan tatapan sayu, menciptakan wajah se sensual mungkin untuk menggoda lawan bicaranya.

"As you wish, pretty. Make sure you'll scream it loudly"

"Ummm which one? 'harder capt' 'faster capt?' or? Seokjin sengaja menjeda 'deeper, Captain' ?"

"Fuck." Namjoon melumat habis bibir Seokjin yang sedari tadi berada tepat di bawahnya, mendongak lucu tanpa babibu.

"Pindah? Udah cukup kan pemanasannya di sini, hm? Udah ngga tahan pengen makan kamu, pretty" ucap Namjoon, lebih mirip desahan daripada rayuan. Suara rendahnya dipenuhi nafsu, tak sabar untuk segera melesak masuk ke tubuh lelaki manis yang dipeluknya.

Namjoon dengan sengaja menggesekkan miliknya yang menegang dibalik celananya ke punggung Seokjin, tangannya terus menggerayang perut rata dambaannya sejak empat puluh menit yang lalu. Namjoon hampir gila.

"Uh nakal" lagi-lagi Seokjin menghujani Namjoon dengan ciuman, kali ini bibir menjadi tujuannya. Tangan kanannya berpindah dari tengkuk, kini menyusur dada bidang Namjoon, meraba pelan penuh hasrat, memilin puting Namjoon dari balik sweater ketat yang mencetak jelas garis tubuhnya.

"Fuck me hard, Capt" Seokjin memastikan permintaannya dengan gigitan manja di rahang Namjoon. Seketika darah Namjoon mendidih.

Bukan masalah bagi tubuh besar Namjoon, ia mengangkat Seokjin ala bridal dengan tangan Seokjin yang kembali melingkar di tengkuknya. Keduanya kehilangan akal, sepanjang jalan dari bar menuju mobil, mereka berciuman, rakus, tanpa ampun. Puluhan pasang mata yang menginginkan Seokjin hanya mampu menelan ludah dalam-dalam.

Namjoon tau ialah pemenangnya.

Take it? | NamJin  & Taekook 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang