"Kalian sudah tahu 'kan, minggu depan akan diadakan kegiatan tahunan sekolah untuk anak setingkat kalian?" Lee-Ssaem berdiri di depan podium mini kelas sambil meletakkan kedua tangan di atas sana. "Aku mau kalian mempersiapkan barang-barang yang bakal dibawa ke acara perkemahan, mulai dari sekarang."
Setelah itu, terdengar beberapa siswa mengeluh. Perkemahan, di satu sisi, kegiatan ini cukup menyenangkan karena mereka bisa berkumpul seharian dengan teman-teman mereka. Namun, beberapa siswa membenci betapa rumitnya prosedur kegiatan perkemahan sekolah mereka.
"Ssaem, apa kami boleh tidak ikut?" salah satu siswa bertanya.
Lee-Ssaem menatap tajam siswa itu. "Kau mau dapat nilai sikap C? Kegiatan ini wajib diikuti oleh semua siswa kecuali jika punya alasan khusus yang mendesak!" ujarnya final-terdengar beberapa keluhan malas para siswa kembali terdengar.
Tidak lama setelah itu, bel tanda istirahat berbunyi. Sanggup untuk mengubah keluhan malas para siswa menjadi sorakan senang karena akhirnya bisa pergi ke kantin untuk mengisi perut, bergosip ria dengan teman, dan melakukan hal lain.
"Yeonjun-ah, kau mau pergi belanja bersama kami?" Yeoreum buka suara setelah menghadapkan diri ke tempat Yeonjun duduk.
Yeonjun tampak ragu-ragu, tapi akhirnya pemuda itu menganggukkan kepala. "Boleh, memangnya kapan?"
Yeoreum tersenyum senang. Kali ini, ia mengubah posisinya menjadi menopang dagu. "Kapan saja bisa, kok. Lagi pula, kegiatannya juga masih lama."
Ekspresi Yeonjun kemudian berubah bingung. Beberapa kali, pemuda itu tampak ingin menyampaikan sesuatu, tapi bibirnya kembali terkatup. Hingga Yeoreum yang memperhatikan akhirnya habis kesabaran. "Hey, kalau mau bicara ya bicara saja, kenapa kau ragu-ragu begitu?"
Beomgyu ikut bergabung di sebelah Yeoreum, tapi lelaki itu belum mengatakan apa pun, memilih untuk menyimak pembicaraan dua orang lainnya.
"Emmm, itu ... anu ...."
Mendengar Yeonjun yang tidak kunjung mengutarakan isi hatinya, Yeoreum mendesis. "Apa? Kau membuatku penasaran."
Yeonjun mengusap-usap tengkuknya, merasa canggung. "Apa saja barang-barang yang dibawa saat kemah?"
Beomgyu yang sedari tadi menyimak, kini mulai tertarik untuk ikut buka suara. "Tunggu, jangan bilang kalau kau belum pernah kemah?"
Yeonjun mengangguk-angguk kecil, tampak malu karena belum pernah mengikuti kegiatan wajib sekolah itu. Pasalnya, sedari dulu Yeonjun selalu sendirian dan jadi murid buangan. Lelaki Choi itu tidak punya cukup keberanian untuk pergi jauh dari rumah bersama orang-orang yang bisa menjadi musuhnya kapan saja. Apa lagi, kegiatan kemah biasanya dilakukan di dekat hutan atau daerah-daerah lain yang mirip. Siapa tahu, mungkin ada orang seperti Chenle yang begitu berambisi untuk mencelakainya dengan memanfaatkan kegiatan semacam itu.
Tapi sekarang Yeonjun memutuskan untuk ikut kemah. Sebab, kali ini ia punya tiga orang teman yang selalu ada untuknya dan bisa ia percaya. Kemarin saja mereka membela Yeonjun sekali pun pemuda itu dipojokkan seluruh sekolah.
"Astaga, Yeonjun-ah." Yeoreum memandang Yeonjun dengan sorot sedih. "Baiklah, besok aku akan memberimu pelajaran dasar mengenai perkemahan. Kita belanja bahan-bahan untuk kemah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown || Choi Yeonjun
Fiksi Penggemar[UP SABTU] Yeonjun tidak pernah ingin hidup sebagai monster. Hal berbeda yang ia miliki bukan sebuah keistimewaan yang patut dibangga-banggakan. Namun hidupnya seketika berubah ketika ia menemukan kebahagiaan bersama orang baru yang tercatat didalam...