17. Dewa Licik Sialan!

128 27 4
                                    

17. Dewa Licik Sialan!

Min Suga

Apa aku pernah bilang kalau aku membenci makhluk ini?
Dan makhluk yg kubenci itu adalah hewan yg ibuku benci juga. Seekor laba-laba. Sayangnya dihadapan kami bukanlah seekor laba-laba, tapi sekawanan laba-laba. Ratusan? Ribuan? Tak terhitung.
Blitzen di sampingku juga terkejut bukan main. Dari air mukanya sudah jelas kalau dia juga membenci hewan itu.

"I-itu, kawanan yg sangat besar." Ujarnya.
Tidak perlu di beritahu. Aku menyiagakan spatha.
Kawanan laba2 itu membesar dan memadat membentuk laba2 super besar dengan buih hijau di mulutnya.
Aku pernah membaca tentangnya. Salah satu yg menjadi korban kutukan Athena. Wanita penenun bernama Arachne. Wujudnya yg sekarang benar-benar menyeramkan. Kepala manusia yg berada di atas tubuh laba-laba memiliki empat mata dan empat taring tajam yg mencuat danengeluarkan lendir hijau. Aku sangat yakin lendir itu beracun atau mengandung asam mematikan seperti hydra.

Cerita singkat
Arachne merupakan seorang penenun yang menyatakan bahwa dia lebih ahli menenun dibandingkan Athena. Kesombongannya membuat Athena murka, dia menghancurkan semua tapestri dan alat tenun Arachne. Arachne akhirnya gantung diri, tapi Athena menghidupkannya kembali dan mengubahnya jadi laba-laba.

Karma tetaplah karma. Karena Arachne tidak mau menerima wujudnya dia menjadi monster menyeramkan dan dia selalu dendam pada Athena dan anak-anaknya. Itulah kenapa aku bilang aku sangat membencinya. Dia pasti mengincarku.

"Min Suga"
Sial, dia tahu namaku! Tangan yg sedang memegang spatha bergetar. Apalagi Blitzen yg hanya memegang kain2 aneh di tangannya.
"Suga, aku punya tameng tak kasat mata. Tapi aku tidak yakin kita bisa melewatinya." Ujarnya.
"Aku tidak tahu cara mengalahkannya tapi aku yakin dia pasti akan mengincarku. Akan ku usahakan untuk mengalahkannya, Blitzen, kau lindungilah dirimu sendiri."
"Kau bertindak gila lagi, Suga. Apa ini memang sifatmu?"
Nada kesal terdengar dari suara Blitzen. Aku tidak peduli dan menguatkan hati untuk menghadapi laba2 besar ini.

"Halo, Arachne." Terdengar jelas suaraku bergetar.
"Anak Athena!!" Geramnya.
"Aku yakin kau tidak mau berdamai dengan ku. Tapi aku teringat dengan kisah terakhir mu, salah satu anak Athena bernama Annabeth berhasil mengalahkanmu dan menyeret mu ke Tartarus. Dulu kau menjaga Athena Parthenos, sekarang kau menjadi penjaga labirin?" Aku membubuhi suaraku dengan ejekkan.
"Aku tidak akan termakan dengan tipuanmu! Kecerdikan dewi Athena? Omong kosong!"
"Baguslah, jadi kita bisa membicarakan fakta2 menarik."
"Ohh, sayang. Kita tak punya waktu berbincang-bincang. Tuanku memerintahkan untuk langsung membunuhmu."
"Loki. Di mana Dewa sialan itu? Dialah yang membangkitkan mu kembali dari tartarus, ya kan? Dia memiliki pilar kematian yang tidak seharusnya berada di tangannya."

Arachne mendesis menyembur2kan bisa hijau mematikan. Aku harus mundur menjauh agar tidak terkena cipratannya.
Kemudian, sebuah ide yang muncul di kepalaku. Aku melirik bitsend dibelakangku yang sudah menamengi dirinya sendiri.
"Hey Blitzen, apa kau bisa merakit tali seperti tali yg mengengkang Fenris?" Tanyaku.
"Kau gila? Aku tidak punya bahan-bahan paradoksnya. Tapi aku punya material pengengkang yang jarang di temui di Nidavellir."
"Bagus, rakitlah. Aku akan memberimu waktu."

"Jadi kau akan membunuhku?"

"Silahkan, kalau bisa."

Arachne menyerang dengan kaki-kaki tajamnya. Aku berhasil mengelak namun laba2 memiliki 8 kaki dan semua itu sedang bergerak bebas. Kaki lain berhasil melemparkanku ke dinding labirin dengan suara 'gedebuk' keras.
Ahh, kalau begini Aku tidak akan pernah bisa mengalihkan perhatiannya walau dalam waktu 5 menit. Dia akan berhasil menemukan ku sebelum waktunya.
Aku melirik Blitzen yang masih mengurai benang dan menganyamnya.
Laba2 ini cepat. Aku harus memikirkan cara lain untuk mengulur waktu.

Aku memanggil badai. Dari kecil hingga besar dan menerbangkan batu2 di dalam labirin ini. Badai menerjang si laba2 hingga makhluk itu kalut sendiri dan terkunci di sana. Badainya sama besar dengan besar si laba2, namun itulah kelemahannya. Kekuatannya akan sama besar dan di samping kemarahan Arachne yg semakin meluap, badai menjadi lebih kecil dan energiku akan cepat habis.
"Blitz,," panggilku dengan bibir terkatup rapat. Gigiku bergeletak menahan badai agar tidak padam.

"Tunggu sebentar! Sebentar lagi! Tinggal satu mantra." Jawabnya.
"Cepatlah,"

"BADAI INI TIDAK AKAN MEMBUNUHKU, MIN SUGA!!!"

"Memang tidak, bukan itu yg kuharapkan." Jawabku.
Aku mendengar blitzen berteriak 'SELESAI' dan segera menghampiriku.
"Ini, pegang ujungnya." Perintah Blitzen.
Aku memegang ujung tali transparan yang diberikan Blitzen. Kurcaci itu berlari melompati si laba-laba dengan mudah. Hingga Ia sekarang berada di seberangku. Dia merapalkan sebuah kata perintah dan tali transparan itu bersinar dengan rune-rune di sekitarnya. Badai yang kubuat menghilang, menyisakan Arachne yang terkejut karena dia sudah dikelilingi oleh jaring tak kasat mata yang membuat tubuhnya ambruk tidak bisa bergerak.

"Apa-apaan ini?!" Murkanya. "Apa yg telah kau lakukan?!"
"Ohh, blitzen hanya membuat sebuah jaring yang terbuat dari bahan paradoks. Untuk saat ini kau mungkin tidak dapat bergerak tapi itu cukup untuk membuat kami mengalahkanmu."
Aku mengangkat spatha dan mengarahkannya ke leher Arachne. "Selamat kembali ke Tartarus." Ujarku.
"Aku akan bangkit lagi! Tuanku akan-"

Abu kuning memenuhi labirin. Arachne berhasil kembali ke Tartarus. Aku menghampiri Blitzen dan tersenyum ke arahnya. "Karyamu bagus." Pujiku.
"Yaa, trims. Sebenarnya, jaring ini tidak dapat bertahan lama. Aku sangat menyayangkan bahan2 yg telah kugunakan."
"Tapi kau telah menyelamatkan nyawaku. Ayo! Kita lanjutkan perjalanan sebelum Arachne bangkit kembali."

Kami meneruskan perjalan sekitar 2 kilo meter hingga Blitzen mengeluh lelah (sebenarnya, aku juga merasakan pegal di kakiku) jadi aku menyetujuinya untuk beristirahat dan tidur terlebih dahulu. Blitzen memberitahuku kalau sekarang sudah larut malam kita bisa tidur 2/3 jam. Kami tidur bergantian pertama aku selanjutnya Blitzen.

Seperti biasa ketika aku menutup mataku Aku sudah di tempat lain. Aku berada di buritan kapal yang penuh dengan arwah, aku tahu kapal ini. Ini adalah kapal kuku. Bentuk dari kapal ini sama persis seperti yang diceritakan oleh Taehyung.
"Bagaimana baguskan?"
Suara yang ku benci untuk kudengar sekarang berada di sampingku.
"Loki. Apa lagi sekarang?" Kesalku.
"Sudah kau putuskan, Min Suga? Kau akan tetap melanjutkan perjalanan ini walaupun beberapa dari kalian akan mati? Bahkan kau akan merelakan saudaramu untuk mati?"
Aku tidak akan berpengaruh lagi dengan omongan manis Loki. "Aku sudah memutuskannya, Loki. Jika itu berarti aku bisa menyelamatkan dunia aku akan merelakannya bahkan nyawaku sendiri."

Secara insting aku berbalik dan berjalan menjauh lalu aku bangun dari tidurku. Aku memang memikirkannya, memikirkan kematian teman-temanku dan saudaraku tapi keselamatan masyarakat yang ada di bumi adalah kewajibanku. Aku akan berusaha untuk meminimalisir kematian. Aku harus memberitahu teman-temanku. Harus.

-
-

Tbc.

Siapa rindu adegan NC??

Mau masuk dalam cerita ini, atau sugar bikin oneshoot?
Kasian kalian yg tidak pernah diberi asupan.. xixixi

Like dan comment jangan lupaa..

See u..

The Gods : And The End Of Two Worlds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang