Eits sebelum baca chapter ini, sudah kah kalian ngevote chapter sebelumnya?
Kalo belum monggo divote dulu yaa, terima kasih :)
Bel berbunyi, menandakan pergantian jam pelajaran, dan mata pelajaran selanjutnya adalah Fisika. Mata pelajaran yang paling Nayla benci. Tidak hanya materi pelajaran yang ia benci, tetapi juga sosok guru yang mengajarkannya, Bu Ririn. Ia benar-benar definisi dari guru Fisika paling menakutkan sepanjang masa sekolah Nayla di sini. Minggu lalu saja, seorang teman sekelas yang berisik langsung diusir keluar dan dihukum mengerjakan 20 soal beserta penyelesaiannya, belum lagi tumpukan PR yang terus bertambah setiap minggunya.
"Selamat siang, anak-anak. Kumpulkan PR kalian yang minggu lalu sekarang," kata Bu Ririn saat memasuki kelas, menagih tugas yang diberikan minggu sebelumnya.
Seluruh murid kelas XI IPA 3 sibuk mengumpulkan buku PR ke depan meja guru. Namun, Nayla masih mencari-cari buku PR Fisika yang entah mengapa tidak dapat ditemukan, padahal semalam ia sudah memasukkan buku itu ke dalam tas.
"Lu gak kumpulin Nay?" Nia bertanya kepada teman sebangkunya setelah dia mengumpulkan PR-nya ke depan.
"Buku PR gue sepertinya ketinggalan deh Da di rumah, dari tadi gue cari gak ketemu," katanya sembari mencari buku dengan mata dan tangannya. Nayla mengobrak-abrik seisi tasnya berharap buku itu terselip di antara buku-buku lainnya.
"Waduh, alamat lu kena hukuman sama Bu Ririn dah lu."
Temen yang satu ini bukan ikut membantu malah bikin Nayla panik, "Ah, gimana ini. Perasaan gue udah naruh tuh buku di tas."
"Mana gue tau, coba cari pelan-pelan."
Nayla hanya merutuki nasibnya saat teman-teman sudah kembali ke bangku masing-masing dan Bu Ririn langsung menghitung dan mengecek buku PR anak muridnya.
"Ada 1 anak yang belum mengumpulkan buku PR ke saya itu siapa ya?" perkataan Bu Ririn berhasil membuat tubuh gue menegang. Dalam hatinya saat ini hanya mengucapkan doa-doa agar ia tidak kena hukuman.
"Nayla Ayu Adara, adakah anak ini disini?" Namanya pun dipanggil dan lebih sialnya teman-temen melihatnya layaknya maling. Seketika setengah nyawanya melayang. Saat ini Nayla bingung mau berkata apa ke guru killer itu.
Hari itu, suasana kelas terasa tegang ketika Bu Ririn menegur Nayla yang dengan ragu angkat tangan.
"I-iya saya bu," gumam Nayla, mencoba menemukan keberanian di tengah sorotan tajam Bu Ririn.
"Kemana buku PR mu?" tanya Bu Ririn, suaranya tegas memotong keheningan di kelas.
"Ee.. maafkan saya bu. Bukunya ketinggalan di rumah," sahut Nayla, kepala tertunduk tanpa berani menatap wajah guru itu.
"Halah, alasan klasik. Bosen Ibu dengerinnya, palingan kamu gak ngerjain kan," sindir Bu Ririn dengan nada tinggi.
"T-tidak bu, saya berkata jujur dan saya sudah mengerjakannya," bela Nayla dengan suara gemetar.
"Ya ya ya, terserah kamu. Sekarang keluar dari kelas ini dan salin PR yang tidak kamu kumpulkan, ditambah kerjakan 20 soal beserta penyelesaiannya di kertas portofolio bergaris. Nih soalnya, kumpulkan hari ini sebelum pulang sekolah di meja ibu," perintah Bu Ririn tanpa ampun.
"Baik Bu," jawab Nayla dengan suara lemah, lalu segera mengambil kertas soal hukuman dan keluar dari kelas.
Di luar, Nayla terus merutuki kecerobohannya hari itu. "Segala abis pula kertas folio bergaris gue," gumamnya dalam hati, sambil mencoba mencari solusi untuk menyelesaikan semua tugas yang diberikan Bu Ririn.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅
FanfictionNayla Ayu Adara, si gadis dingin, super duper jutek dengan temannya terutama teman lelakinya, dan suka baca novel. Kemudian bertemu dengan Putra Dikha Anfasa, lelaki yang penasaran dengan perempuan bernama Nayla hingga membuat gadis itu kesal yang s...