𖣌 05

8.4K 1.3K 305
                                    

𖡼໋᳝֘  Asa 𖡼໋᳝֘ 

.
..
.

Yuta tahu pasti kalau (y/n) bertemu dengan Gojou, yang akan terjadi adalah perang dunia ketiga. Mengurut pelan keningnya yang berkerut tajam, Yuta memperhatikan (y/n) yang menatap dingin Gojou sedangkan Gojou terlihat kesal dan ada banyak perempatan siku didahinya.

Sejak satu jam yang lalu, ketika mereka berdua menginjakkan kaki dikediaman keluarga Gojou, hanya ada perang dingin. Membuat Yuta seketika sakit kepala.

Makanan diatas meja terabaikan, hanya Yuta yang asik menyuap sejak tadi. Dia lapar, jadi tolong biarkan Yuta menikmati makan malamnya.

"Jadi," ucap Gojou memulai pembicaraan. Bibirnya tersenyum tapi tidak dengan matanya yang menatap tajam. "Kau terlihat kesal huh?"

"Kau bertanya hal yang sudah pasti? Kau punya enam mata untuk melihatkan?" sindir (y/n). "Gunakan mereka dengan baik, sayang sekali kalau dianggurkan."

Nyelekit, khas putri bungsu keluarga Orimoto. Gojou memasang seringai diwajahnya, "apa kau sudah move on?"

Memasang wajah datar, (y/n) menatap Gojou tajam. "Dasar pengganggu."

Gojou tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan (y/n), "ya aku memang pengganggu. Lantas?"

(Y/n) mencebik kesal dan memotong daging steak secara kasar, membuat Yuta meringis menatap ganasnya (y/n) ketika marah.

"Daging sapi itu tidak salah apa-apa padamu. Jangan lampiaskan pada yang sudah mati." ujar Gojou tersirat.

(Y/n) menunduk tak mau membantah ucapan Gojou, "kalau begitu harus kulampiaskan kemana? Aku membenci keadaan sekarang, sangat memuakkan."

Gojou menghela nafas menatap kerabatnya, Yuta dengan alis menekuk bingung. "Aku bingung harus berkata apa lagi pada istrimu. Dia sangat pendendam."

Yuta menunduk saat (y/n) menatapnya bertanya, "Okkotsu? Apa maksud sialbino ini?"

"Okkotsu?! Yuuuta! Dia bahkan masih memanggilmu Okkotsu!" pekik Gojou tak terima.

"Diam kau ubanan! Aku bertanya padamu Okkotsu, apa yang kau bicarakan pada makhluk ini?!" kata (y/n) kesal.

"Kau menyebutku apa tadi?! Ubanan?! Kau sendiri seperti tidak punya alis!"

(Y/n) terperangah, "sialan! Aku punya alis! Tipis! Tapi aku punya!"

"Kau sendiri memanggilku ubanan!"

"Itukan kenyataan! Rambutmu putih seperti beruban!"

"Bla bla bla...."

"Bla bla bla..."

Yuta pusing dan Yuta memilih menonton adu bacot antara (y/n) dan Gojou. Mengunyah makanan dengan tenang seolah tak terpengaruh ucapan (y/n) dan Gojou yang mulai merambah nama-nama hewan di kebun binatang.

.
.
.

Makan malam berakhir dengan Yuta yang terpaksa memanggul (y/n) dibahu sementara (y/n) sendiri mengumpat dan mengarahkan jari tengahnya kearah Gojou yang juga sibuk memeletkan lidahnya kearah (y/n).

"Kesini kau kakek ubanan!"

"Pulang sana tanpa alis!"

Yuta menutup pintu masuk rumah keluarga Gojou, untuk memisahkan keduanya dari acara umpat mengumpat.

"Ayo kita pulang."

Yuta menghela nafas lelah dan tersenyum tipis, hari ini dia melihat wajah lain dari (y/n). Wajah mengamuk yang sejak dulu suka dia pancing bersama Rika.

"Kalau kau marah seperti itu, itu hanya memancing Gojou-san menjahilimu." kata Yuta.

"Ck! Kerabatmu itu menyebalkan! Sudah tua masih saja menjomblo! Suruh dia nikah sana! Kekanak-kanakkan!"

Yuta tergelak, "ahahaha, Gojou-san memang kekanak-kanakkan. Dia pasti akan menjadikanmu objek kejahilan sekarang."

Kepalanya memunculkan perempatan urat, jengkel dengan Yuta yang justru mengetawainya, "jangan tertawa!"

"Ahahaha.. Maaf maaf, aku tidak bisa menahan tawaku melihat ekspresimu tadi."

(Y/n) berdecih kesal. "Turunkan aku!"

Yuta menurunkan (y/n) tepat didepan mobilnya. Menepuk pelan rambut (y/n) dan mengelusnya, "jangan cemberut, mau beli es krim dulu sebelum pulang?"

(Y/n) mengalihkan pandangannya, "tidak, aku mau langsung pulang!"

"Satu kotak es krim dengan bermacam rasa, yakin tidak mau?" tanya Yuta sekali lagi. Bibirnya menahan tawa tatkala matanya menangkap getaran pada ujung bibir (y/n).

Yuta membuka pintu dan mempersilahkan (y/n) masuk, ayo kita beli eskrim."

.
.
.

Rok span hitam selutut dengan kemeja putih dan sebuah dasi hitam dengan garis emas. Pakaian khas pegawai wanita di perusahan tempat (y/n) bekerja.

"Aku pergi dulu," ucap (y/n) pelan. Tangannya sibuk mengoles lipstik merah muda. Tangan kirinya juga mengambil sepatu hak sepuluh senti yang biasa dia gunakan.

Yuta yang mendengar ucapan (y/n) sedikit berlari mendekat. Mengamati lekat-lekat wajah (y/n). "Kau yakin pergi seperti ini? Kemejamu sedikit tembus pandang dan--"

(Y/n) melepas pegangan Yuta dari bahunya. Menatap kearah lain dan berbalik, "aku biasa memakai ini."

"Tapi--"

"Aku tidak apa-apa!" potong (y/n). "Tak perlu pura-pura khawatir seperti itu."

Yuta diam, dia hanya bisa menyendu menatap (y/n) yang ternyata masih menolak keberadaannya. Tangan kanannya merogoh saku dan mengeluarkan benda bulat dengan permata kecil yang menjadi hiasan disana, "setidaknya tolong pakai ini. Orang-orang akan berpikir dua kali jika ingin mengganggu istri orang lain."

Istri, kalimat yang terasa menggelikan ditelinga (y/n). (Y/n) berbalik dan meraup cincinnya yang ada ditangan Yuta. Sesekali mengalah tak masalah juga.

"Iya ini aku pakai. Sudah sana pergi, kau juga harus bekerja kan."

Yuta mengulas senyum, Yuta berpuas diri dengan (y/n) yang memakai cincin pernikahannya.

"Terimakasih." ujar Yuta senang.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: Gojou ngajak geludable vibenya 🤣🤣

Btw, met tahun baru readerskuuuuu 💕💕

.
.
.

See you next chapter 😗💕

1 Januari 2021

✔ ❝Wife❞ (Okkotsu Yuta X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang