.
.
.
.
.
.
.
***Lantun musik bising menggema bersahutan di dalam sebuah ruangan yang luas. Cukup untuk diisi puluhan kepala dengan berbagai macam barang sebagai pelengkap. Tempat itu didesain macam kafe, dengan sebuah panggung kecil tempat seorang Disjoki memainkan musiknya. Lalu pada bagian tengah ruangan itu, terdapat meja berbentuk lonjong yang panjang, dengan tiga tiang besi berdiri dengan jarak masing-masing lima langkah.
Kemudian di sisi kiri dekat panggung DJ, terdapat bar dengan berbagai minuman nikmat. Sang bartender wanita melayani dengan sangat cekatan dan murah senyum. Nampak anggun dengan kemeja putih lengan pendek yang kancing atasnya terlepas. Mempertontonkan tubuh indahnya melalui gaun minim tersebut.
Lagu Animals dari Maroon 5 dengan versi remix itu hampir mencapai klimaks, bersamaan dengan makin seduktif-nya gerakan tiga pria yang berdiri di sebelah tiang besi, di atas meja lonjong panjang tadi. Satu-satunya pakaian melekat --yaitu sebuah kemeja putih tanpa kancing-- pada tubuh mereka lepas begitu saja. Memperlihatkan tubuh-tubuh berotot yang dihiasi harness belt, tidak ada apapun yang menutupi selain crotchless panties pada bagian pinggul.
Hampir seluruh pengunjung, yang dimana adalah mayoritas para laki-laki menelan teguk mereka kala salah satu dari tiga penari itu, memperlihatkan bokong mulusnya pada mereka. Yang nampak begitu menggugah selera didukung oleh cahaya violet redup di sana. Kepalanya menoleh ke belakang, lidah menjulur bak seekor anjing lalu sebuah tamparan sampai pada permukaan kenyal dua daging gendut itu. Setelahnya, berlembar-lembar uang diselipkan tepat pada belahan pantatnya, sedikit ditekan agar dapat menyentuh lubang anal yang mengintip meminta disantap.
Dia adalah bintangnya. Belum ada yang dapat menggeser posisinya sebagai penari telanjang pria termahal dan terbaik di kota itu. Semua orang jatuh hati padanya.
Tidak lama, sebuah siulan mengudara. Kepalanya bergulir ke sumber suara, di mana bartender cantik tadi segera mengedipkan sebelah mata padanya. Senyum lebar wanita itu membuat bibirnya turut menyungging lukisan yang sama. Dan saat itu ia tahu bahwa pekerjaannya itu telah selesai. Dan pekerjaan lain sedang menunggu, dengan uang yang dihasilkan lebih banyak.
"Mandilah sebentar, mereka bersedia menunggu tanpa mengurangi harga."
Sebuah handuk kecil terulur padanya, wanita bartender tadi yang dengan baik hati memberikan. Keduanya kini menjauh dari keramaian sebelumnya. Berjalan di koridor sepi menuju kamar ganti para penari. Termasuk ruangannya.
"Bayarannya berapa?" tanyanya seraya menghilangkan keringat di seluruh tubuh.
"Sekitar tiga puluh dolar untuk satu orang."
Langkahnya berhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan pintu berwarna hitam. Kedua tangannya bersidekap dan tubuhnya bersandar pada lembar pintu tertutup itu. "Memangnya ada berapa orang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMALS | 19+
Fiksi PenggemarBagi seorang penari telanjang seperti Changbin, uang adalah segalanya. Apapun akan ia lakukan agar biaya hidupnya terpenuhi. Meski harus melayani naluri binatang 7 pria brengsek. Mereka kaya, dan itu cukup baginya. WARN‼️ SEO CHANGBIN X SKZ OT7 CHAN...