24. It's you

98 8 2
                                    

Zidni terus berdecak kesal sambil sesekali mengecek ponselnya. Bukannya merasa senang karena hari ini hari sabtu, Zidni malah sibuk uring-uringan. Riana sedang ada acara bersama teman arisan dan Aga pergi entah kemana bersama teman-temannya sedangkan Zidni harus tersiksa di rumah tanpa ada rencana untuk melakukan sesuatu.

Awalnya Zidni merasa senang-senang saja karena Izar mengabari bahwa turnamen yang akan mereka ikuti akan diadakan hari ini. Tapi sungguh mengecewakan mengingat Gavan tidak memperbolehkannya untuk hadir memberi dukungan.

"Aduh siapa sih? Engga tau apa yang punya rumah lagi sensi," decaknya mendengar bel rumah berbunyi.

"Ad- Gavan?"

Gavan yang berpakaian serba hitam dengan tambahan kemeja kotak berwarna merah sudah berdiri di depan pintu, menunggu sambutan.

"Biasa aja. Kayak engga pernah liat cowok cakep aja." Gavan menyentil dahi Zidni lalu melenggang masuk.

"Eh, eh mau kemana?" Zidni baru saja ingin mencegah Gavan untuk masuk namun terlambat. Lihat, lelaki itu sudah dengan santainya duduk di sofa dan meminum jus milik Zidni.

"Ih, Gavan!" seru Zidni memukul lengan Gavan sambil mengambil gelas yang isinya kini tinggal setengah itu dari tangan Gavan.

"Pelit banget," cibir Gavan.

"Itu minuman gue! Belum sempet gue minum juga main serobot aja!"

Gavan bersedekap dada sambil menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa. "Gak usah ribet. Bikin aja lagi."

"Enak banget itu mulut kalo ngomong." Zidni menahan gemas.

"Emang," balas Gavan santai.

Zidni membuang muka lalu ikut duduk di samping Gavan dengan wajah ditekuk. Gavan melirik sekilas namun setelah itu dia tetap diam.

"Ngapain sih kesini?" Zidni melirik sinis. Rasanya melihat Gavan hanya bisa membuat gejolak emosinya meningkat.

"Kenapa? Gak boleh?" Gavan mengangkat alis kanannya. "Tante Riana aja engga masalah. Kenapa lo yang heboh?"

"Kalo lo kesini mau nyari Mama mending lo pulang sekarang deh. Soalnya percuma, Mama lagi pergi."

Gavan meluruskan pinggang. "Ya engga gitu juga."

Gilirian kini Zidni yang bersedekap dada. "Ya, terus?"

Gavan kembali meminum jus Zidni hingga gelas itu benar-benar kosong sekarang. Tenggorokannya terasa kering karena jujur saja sebelum datang ke rumah Zidni, dia sempat bertengkar kecil dengan teman-temannya.

"Gue mau turnamen voli."

Zidni melirik kesal, mendengar perkataan Gavan membuatnya terasa semakin dibakar. "Ngapain bilang-bilang? Sana pergi sana. Engga akan ada yang nahan."

"Ngambek terus," ucap Gavan.

"Terserah gue," acuh Zidni.

"Masih ada beberapa jam lagi sebelum acaranya mulai."

Zidni mendengarkan namun ia tidak menatap wajah Gavan. Pandangannya berselancar kemana-mana. Tapi beberapa menit ke depan Gavan tidak kembali melanjutkan perkataannya dan berhasil membuat Zidni penasaran.

OCCASION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang