01

6.1K 320 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



01 : Fate








Melepas penat dan semua beban adalah hal yang tepat untuk menghabiskan waktu di tempat yang sepi dan minim penerangan ini. Begitulah yang dilakukan seorang gadis berparas cantik itu. Dia terduduk sembari memainkan gelas berisi cairan kejujuran. Pandangan sayu ia layangkan ke arah gelas yang ia pegang. Tak jarang juga ia bergumam mengutarakan kefrustrasiannya pada benda mati tersebut.



Ia menenggak habis cairan itu setelah memaki hal-hal yang ia sesali. Ia seolah tak ingin menerima takdir yang telah diberikan Tuhan kepada dirinya. Bukan tak sengaja lagi, kini orang-orang mulai jengah dengan ceritanya yang terus menerus ia ulang.



Kenyataan menghadapkan ia kepada dunia yang begitu keras, ia bahkan sempat berpikiran untuk menyerah dan ingin mengakhiri hidup saja. Namun saat itu seseorang datang di tengah kekacauan yang sedang ia hadapi, dan ajaibnya orang itu bisa meredakan semuanya. Perlahan, gadis ini mulai merasa nyaman dan mereka pun mulai menjalin hubungan. Tetapi sayangnya, itu hanyalah masa lalu yang telah lama berlalu.



Lantas, apa yang membuatnya mulai kacau seperti ini lagi setelah dahulu ia sempat mereda?



Sang kekasih pergi tanpa memberi kabar. Ia berusaha untuk berpikir positif. Beberapa tahun ke belakang hubungan mereka menjadi renggang. Padatnya jadwal pekerjaanlah yang membuat mereka terpisahkan untuk waktu yang tak sebentar. Hal yang tak diinginkan itu kini telah menimpa si gadis.



"Woo, gue pesen satu lagi." Pintanya dengan cegukan kecil.



"Jangan. Lo udah mabuk banget." Dia menoleh ke arah samping, seseorang yang melarangnya tadi duduk di sana.



"Dih, kok ngatur? Suka-suka gue lah!" Dia berdecih dan kembali melihat bartender di hadapannya untuk memesan minuman. Kali ini ia tiba-tiba tertawa tanpa sebab hingga ia terjatuh dari kursi. Semua orang terkejut dan ada yang berteriak, namun tak ada satupun dari mereka yang membantunya.



"Tuh, kan! Gue bilang juga apa." Setelah beberapa saat ia berhasil berdiri lagi karena dibantu oleh orang yang sama.



"Lepasin!" Ia menghentakkan lengannya, dan dengan susah payah ia kembali menghadap bartender.



"Jisoo, kayaknya dia bener deh. Lo harus berhenti minum. Mending lo tidur dulu di atas. Gue lagi tanggung nih kalau nganter lo pulang."



Kesal karena tak mendapatkan apa yang diinginkan, ia lantas pergi dari sana dengan langkah sempoyongan.



"Biar gue aja yang nganter dia pulang. Dia temen lo, kan?" Sang bartender mengangguk.



"Oke kalau gitu gue cabut dulu." Dia tersenyum ke arah bartender itu.



"Makasih, Yong. Duh, sorry ya jadi ngerepotin."



When We Were WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang