POV SHINTA
Tak terasa sudah hampir satu tahun, kami pindah disini. Orang-orang disini begitu hangat dan sangat kekeluargaan. Abiempun sudah punya banyak teman disini. Dia begitu bahagia.
Lagi-lagi hari ini, Pak Rendy datang mengunjungi rumah kami. Pak Rendy adalah kepala kantor cabang di Semarang. Orangnya masih muda tapi sudah dapat memimpin perusahaan dengan sangat baik, sungguh mirip dengan Juna. Cuma kepribadiannya saja yang berbeda. Pak Rendy lebih dewasa dibanding Juna yang kadang agak kekanak kanakan. Seperti biasa dia datang sambil membelikan banyak sekali mainan buat Abiem.
"Sudahlah Pak, kalau ke sini gak usah pakai beliin mainan segala. Ntar Si Abiem jadi manja sama Bapak." Kataku merasa tak enak padanya.
"Gak apa-apa kan, Shin. Namanya juga lagi usaha ndeketin calon anak sendiri." Jawab Pak Rendy. Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya.
Entah sudah berapa kali, aku menolaknya. Dia berhak mendapatkan yang lebih baik dari aku. Aku hanyalah janda beranak satu yang masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku belum bisa melupakan mantan suamiku.
"Aku bersedia menunggumu, Shin. Menunggu sampai kau mau membukakan hatimu untukku. Menunggu sampai kau benar-benar dapat dengan tulus menerimaku."
"Namun aku sungguh tidak dapat menjanjikan kapan hal itu akan terjadi, Pak." Ucapku jujur padanya
_____Kantor begitu sibuk akhir-akhir ini, karena akan ada kunjungan dari kantor pusat. Akhir-akhir ini aku juga jarang bertemu dengan Pak Rendy.
Pak Yoga mengumumkan bahwa besok jam 08.00 pagi, rombongan sudah sampai ke kantor, dan diharapkan semua karyawan sudah siap sebelum waktunya.
Bagaikan sebuah Dejavu. Kejadian penyambutan Juna saat pertama kali menginjakkan kaki di kantor kami kembali terbayang diingatanku. Saat dimana dia menghukumku, gara-gara aku lupa tidak memakai id card saat itu. Aku menghela nafas panjang mengusir semua bayangan itu.
"Emangnya yang datang siapa saja sih, pak. Kok sampai seribet ini??" Tanya Susan, sahabatku.
"BOS BESAR DAN ROMBONGANNYA." Kata Pak Yoga kemudian.
Aku sangat terkejut mendengar jawaban pak Yoga.
"MAKSUD PAK YOGA?? BOS BESAR KITA......PAK...?? PAK ARJUNA ....DHARMAWANGSA??" Tanyaku kaget.
"Ya iyaaalaah... Emang bos besar kita siapa lagi." Kata Pak Yoga sambil berlalu pergi.
'SUDAH KUPUTUSKAN BESOK AKU AKAN BOLOS KERJA'
_______
Sudah tiga hari ini aku tidak berangkat kerja. Aku ijin ke Pak Rendy mau pulang kampung, karena saudara ada yang menikah.
Untungnya ijinku disetujui.
Namun sayangnya walau sudah ijin 3 hari, Big Boss belum juga balik ke Jakarta. Kata Pak Rendy banyak hal yang harus dilakukan bos. Mungkin beliau akan tinggal selama 1 bulan disini. Dan gak mungkin juga, aku ijin selama 1 bulan penuh hanya untuk menghindarinya, kecuali ijin melahirkan.Kuinjakkan kakiku lagi dikantor ini setelah mangkir selama 3 hari. Suasana kantor masih sepi karena hari masih terlalu pagi. Aku memilih pergi ke kantin, karena tentu saja aku tak ingin bertatap muka langsung dengan bos besar. Walau kurasa semuanya MUSTAHIL.
"Shin... Dipanggil Pak Juna ke kantor." Pak Yoga memberitahuku saat aku baru saja duduk dikursiku.
"Sepertinya Pak Juna menanyakan alasan liburmu selama 3 hari." Katanya lagi.
Gubraaaaakk... Aku langsung lemas. Rasanya sudah lama sekali aku tak menerima panggilan seperti ini.
Kuketuk pintu perlahan..
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU MANTAN SUAMIKU
RomanceKukira takdir kami telah terputus sejak 5 tahun lalu. Saat dia menceraikan aku dan mengusir aku dari rumahnya. Namun aku salah.... Kami dipertemukan kembali dengan takdir yang baru, sebagai atasan dan bawahan. Sifat arogan dan kasarnya padaku semak...