Sederhana

15 0 0
                                    


~ Cinta itu sederhana, sesederhana alasan Tuhan menciptakanmu.

Untukku, di dunia yang fana ini. ~

Gemericik air sungai menemani soreku yang sepi. Kabut senja mulai melingkupi cakrawala. Warna langit yang mulai menggelap pun tidak dapat mengusik kesendirianku sore ini. Aku menelungkupkan wajah ke lutut sambil menatap sungai di depanku. Ya, aku sedang berada di depan sungai ditemani sebuah sepeda butut. Aku sedang sedih, tapi jangan berpikir kalau aku sedih karena masalah percintaan karena itu tidak mungkin, buang-buang waktu saja. Aku sedang sedih karena sepedaku bocor dan rantainya lepas. Menyedihkan bukan? Miris sekali kondisi sepeda bututku. Namanya "janda", sepeda bermerek phoenix dengan keranjang depan yang sudah lepas dan berwarna ungu, dengan stiker bertuliskan "Ojo cedhak-cedhak" (jangan dekat-dekat) di bagian slebornya. Oh, sepertinya aku terlalu sering menyiksanya sehingga dia sudah tidak kuat lagi haha.

Lamunanku tiba-tiba buyar ketika mendengar ucapan seseorang.

"Hayoo..mau berak di kali ya?" Ucap laki-laki yang sedang berjalan ke arahku. Apa kata dia?

"Hahhh? Berak?"

"Iya, lo mau berak sembarangan kan? Oh gue tau, makanya lo nunggu maghrib biar ga ada orang yang lewat." Dia berucap dengan wajah yang menyebalkan, serius, aku mau menonjok mukanya.

"Apa kamu bilang? Nggak lah..gila aja aku berak di kali."

"Ciee..aku-kamu. Belum kenal loh neng kita padahal." "Boleh ga si nonjok orang baru kenal, sumpah kesel banget."

"Nama gue Aksa." Ucapnya sambil duduk di sampingku

"Nggak tanya plis, siapa si lo? Syuh syuh...jauh-jauh."

"Galak banget geulis, namanya siapa?" Dia memegang sepeda bututku itu

"Janda" ucapku singkat

"Haaa? Janda???" 

"Sumpah mukanya lucu banget anjir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sumpah mukanya lucu banget anjir. Ini sungguh lucu. Siall, aku ingin tertawa."

"Sepeda gue, janda namanya." "Kan, cengo banget mukanya plisss" ucapku dalam hati lihat wajahnya itu

"Ya ampun, cantik-cantik rada ga bener. Masih mau di sini? Dah gelap nih."

Ah benar, langit sudah menunjukkan sisi gelapnya. Aku pun beranjak sambil membawa sepedaku. Laki-laki itu, ah iya Aksa namanya. Dia menawariku untuk mengantarku ke rumah. Tawaran yang bagus, daripada aku harus menuntun sepeda maghrib-maghrib begini. Kalau ada nanti ada yang duduk di atas janda gimana? Kan serem juga. Dia mengantarku dengan motor PCX-nya sambil menarik sepedaku. Setelah mengantarku, dia langsung menancapkan gas menembus kegelapan. Ah, sesingkat dan sesederhana itu pertemuan kami, aku yang tahu namanya, dia yang tidak tahu namaku. Aku tidak tahu apakah ini pertemuan pertama dan terakhir kami? Atau akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya? Tidak tahu. Yang aku tahu, takdir itu mudah mempermainkan manusia bukan? Mungkin saja ini bagian dari permainan takdir.

Sederhana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang